Setelah puas menangis, Alyssa mencoba untuk tetap tenang. Ini masih jam kerja meskipun tidak ada pekerjaan karena semua orang sibuk menyambut si boss besar, tapi tetap saja dia tidak boleh seperti ini di kantor. Yang ada nanti dia dicurigai kalau habis menangis.
Perlahan Alyssa keluar dari kamar mandi dan menata kembali make up-nya di cermin. Setelah itu, tanpa berniat untuk mengikuti acara lagi, Alyssa kembali ke mejanya.
Dia memilih untuk kembali mengerjakan pekerjaan yang dia tunda demi acara ini. Ya setidaknya perasaan dia sedikit lebih baik kalau dia sibuk begini.
Namun tiba-tiba ...
"Ekhm ... Bisa ikut ke ruangan saya?"
Alyssa menatap ke sumber suara yang dia kenali itu adalah Jevano. Perlahan dia menghela napasnya seraya menganggukkan sedikit kepalanya. "Baik, Pak."
Jevano tersenyum, setelah itu tanpa ada kata-kata lagi mereka berdua masuk ke ruangan Jevano.
Untuk beberapa saat tidak ada kata-kata yang terlontar dari mereka. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Jadi ada apa bapak memanggil saya ke sini?" Tanya Alyssa berusaha profesional.
"Kamu lupa denganku, Alyssa?" Tanyanya sembari bersidekap dada.
"Apa ada yang bisa saya bantu? Perlu saya jelaskan tentang perusahaan ini lebih detail?"
"Kamu kemana saja?"
"Baik kalau tidak ada–"
"Aku merindukanmu, Alyssa. Aku mencarimu kemana-mana tapi kamu menghilang tanpa memberi kabar sedikitpun."
Cukup Alyssa tidak tahan kalau begini. Tapi dia tidak bisa bicara apa-apa dan memutuskan untuk diam, membuat Jevano gemas sendiri karena gadisnya itu masih setia diam dari tadi seolah menghindarinya.
"Mau sampai kapan kamu berpura-pura tidak mengenalku, Alyssa?" Tanya Jevano dengan suara pelan namun dalam.
"Lebih baik tidak saling mengenal dan fokus dengan kehidupan yang kita jalani. Jadi apa masih ada yang bisa saya bantu, Pak Jevano?"
Jevano mengangguk-anggukkan kepalanya. Baik kalau Alyssa masih ingin diam, dia akan mengikuti permainan gadis yang ada di hadapannya dan lihat seberapa kuat dia bertahan.
"Jangan panggil saya Pak, panggil saya Tuan," pintanya yang kali ini mengubah gaya bahasanya.
"Baik, Tuan. Ada lagi?"
"Temani saya makan siang sekarang," ucap Jevano seraya berdiri dari tempatnya seolah tidak ada penolakan.
Namun itu tidak bisa diterima begitu saja oleh Alyssa, apa-apaan. Kenapa Jevano tidak pernah berubah dan selalu menjadi orang yang berpendirian mutlak. Kenapa dia bisa menjadi seenaknya setelah menghancurkan hatinya berkeping-keping?
Apa dia tidak ingat saat dia sendiri lah yang memutuskan untuk pergi dari kehidupannya? Apa dia lupa saat di mana dia mencium orang lain di hadapan matanya sendiri setelah satu jam putus dengannya? Sialan sekali Jevano Gautama Alarie itu!
Ingin sekali Alyssa mencakar-cakar wajah tampannya agar tidak menjadi sok kecakepan lagi padahal memang begitu adanya. Sayangnya dia harus mengakui kalau mantannya itu sangat tampan!
"Tuan, untuk itu saya tidak bisa! Saya tidak bisa makan siang dengan Tuan," ucap Alyssa tegas. Dia tidak mau kalau sampai nanti dia kebablasan atau nanti dia bersikap tidak sopan saking kesalnya.
Jevano berbalik dan mendekat ke arah gadisnya. "Itu pernyataan dan bukan pertanyaan."
"Saya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."
"Daddy mengatakan kalau saya bisa bertanya pada kamu soal perusahaan ini, soal jadwal untuk beberapa Minggu ke depan. Jadi, itu bukan pekerjaan?" Simpel sebenarnya. Kalau Alyssa tidak mau bicara dengannya, mari buat pekerjaan menjadi alasan agar mereka bisa bicara.
"T-tapi."
"Saya bilang ini pernyataan. Saya tunggu di loby jika kamu tidak menyusul, akan langsung saya pecat."
Tanpa ada kata-kata lagi Jevano keluar dari ruangannya. Alyssa mendengus kesal. Kalau begini caranya bagaimana dia bisa tahan bekerja di kantor yang sama dengan Jevano yang sangat pemaksaan. Oh Tuhan sekarang apa yang harus dia lakukan?
Pada akhirnya dengan sangat-sangat terpaksa Alyssa mengejar Jevano, tapi sebelumnya dia telah mengambil tasnya terlebih dahulu.
Tapi saat dia mengejar tepat dibelakang tiba-tiba Jevano berhenti dan membuat Alyssa menabrak punggungnya.
"Kamu tidak bisa berjalan dengan baik?"
"Kamu– Maksudnya Tuan yang berhenti lebih dulu hingga membuat saya menabrak Tuan."
"Kamu berani menyalahkan saya?" Tanyanya.
"Tidak, Tuan. Saya yang salah."
"Bagus, sekarang masuklah." Jevano membukakan pintu depan dan mempersilahkan Alyssa untuk masuk.
Sengaja memang dia mengendarai mobilnya sendiri agar bisa berduaan saja dengan Alyssa, tapi nampaknya gadis itu seperti tertekan walaupun pada akhirnya dia masuk juga.
Melihat itu Jevano tersenyum puas, untuk sementara waktu bukan masalah kan menyalahgunakan kekuasaannya? Lagi pula dia benar-benar sangat merindukan Alyssa.
Tak selang beberapa lama mobil pun melaju, Alyssa fokus menatap kaca jendela sementara Jevano sesekali melirik ke arahnya.
"Apakah pemandangan di luar lebih menarik daripada saya, Alyssa."
"iya," singkatnya.
"Ck, kamu ini sekarang senang sekali membuat saya kesal. Padahal dulu kamu adalah gadis paling manis yang pernah saya temui."
Alyssa menelan salivanya dengan susah payah, namun dia tidak boleh goyah. Pria ini memang suka saja mempermainkan perasaan orang lain. Mentang-mentang wajahnya tampan!
"Kamu habis menangis?" Tanya Jevano.
"Tidak."
"Jangan bilang kamu menangisi pria yang pernah kamu cintai." Ini di luar kantor, jadi tidak masalah kan kalau dia sedikit nyeleneh? Dia ingin tau saja, karena sejujurnya dia khawatir juga melihat Alyssa menangis.
"Untuk apa? Tidak ada gunanya juga saya menangisi orang yang tidak penting. Buang-buang waktu." Bahkan sepertinya dia sudah tidak peduli lagi kalau Jevano akan memecatnya, salah sendiri dia memancing kemarahan Alyssa.
Boomm ...
Selain jadi lebih galak, ternyata gadisnya ini semakin tajam saja bibirnya. Benar-benar gadisnya ini sudah jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur dia semakin cantik.
Dia bukan seperti Alyssa saat masih SMA dulu, dia sekarang tumbuh menjadi seorang wanita karier yang mempunyai aura dan kharismatiknya sendiri. Benar-benar jauh dari Alyssa yang lugu dan polos seperti dulu.
"Kamu yakin tidak merindukannya?" Tanya Jevano sekali lagi, siapa tau pertahannya goyah. Kalau benar-benar goyah tentu akan dia lamar sekarang juga agar Alyssa tidak pergi darinya lagi.
"Tidak akan pernah." iya percayalah itu adalah sebuah kebohongan yang dia ciptakan untuk menutupi semua perasaan yang berkecamuk dalam pikirannya.
Ada senang, sedih, kecewa, kebencian, sakit hati dan semuanya bersatu padu membuat kepalanya hampir pecah hanya karena bertemu lagi dengan Jevano.
Bohong kalau dia tidak ingin memeluk pria itu sekarang juga dan bohong kalau Alyssa tidak lagi mencintainya. Karena selama ini alasan dia masih bertahan dengan status kesendiriannya adalah dia – Jevano Gautama Alarie.
Dia rindu sekali, tapi apa pantas seseorang seperti Jevano mendapat atensinya? Tidak, kali ini dia tidak akan menjadi bodoh lagi. Dia bukan Alyssa di 3 tahun lalu. Sekarang dia harus lebih kuat dari sebelumnya.
Jevano tersenyum miris. Sebenarnya dia sakit mendengar pernyataan Alyssa. Tapi ini baru awal. Dia masih punya banyak waktu untuk kembali meyakinkan Alyssa agar mau kembali dengannya.
Namun dia tidak kuat ingin memeluk tubuh Alyssa dan menghirup aroma tubuhnya yang selalu Jevano sukai. Iya serindu itu memang. Padahal dia selalu berharap kalau bertemu dengan Alyssa lagi dia bisa memeluknya dengan erat tanpa mau melepaskannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments