"Starla Meisya," sebut Devan.
Hari itu tidak ada yang ingin Devan lakukan selain mengingat gadis yang sudah berani mencegat Juna. Berani sekali dia. Belum lagi dia juga mengumpat Devan di area parkiran kampus.
"Starla Meisya. Cantik," gumam Devan.
Sedang asyik bergelayut dalam pikirannya, samar-samar terdengar suara berisik dari lantai satu. Siapa?
Hari sudah sore. Papi dan Maminya mungkin sedang terjebak macet di jalan.
"Ebuset! Ini rumah atau asrama putri?" pekik Devan dari lantai tiga.
Segerombolan gadis di ruang tengah menghentikan latihan menari karena mendengar suaranya.
"KAK DEVAN!!!" teriak gadis-gadis itu, kecuali Cemara.
Devan membalas dengan lambaian ala bangsawan. Gadis-gadis SMA itu teman-teman Cemara dari sanggar SMA Pertiwi. Mungkin hampir setiap hari rumahnya ramai dengan Cemara yang membawa teman-temannya itu.
Devan dan Cemara jarak usianya cukup jauh, tujuh tahun. Dan sekarang Devan duduk di bangku kuliah semester empat, sedangkan Cemara menduduki kelas dua SMA.
"Lanjut!" balas Devan sedikit berteriak.
Begini kalau punya adik perempuan. Cuci mata lihat daun muda. Tapi, sayang, sepertinya gadis mandiri bernama Starla lebih menarik.
Ting …
Menatap notifikasi pesan yang baru masuk, Devan lebih bersemangat lagi. Azka Pramudya. Laki-laki bangsat satu ini tak henti mencoba adrenalin nya di jalanan.
***
"Malam ini Cafe dibooking untuk 150 orang. Jadi, saya minta kamu untuk tidak pulang dulu, Starla. Shift pagi pun akan datang sebentar lagi," ujar manager Cafe.
Starla menduduki kursi di salah satu meja. Padahal dia sudah membayangkan kasur empuk di rumahnya, dengan Ibunya yang mengusap rambutnya agar tertidur lebih cepat.
Starla mengeluarkan ponsel, mengirim pesan untuk Ibunya. Malam ini dia akan pulang lebih larut dari biasanya.
Tepat pukul delapan malam, segerombolan motor besar memasuki parkiran restoran. Waiters Hello You Cafe sudah bersiap melayani para lelaki itu.
"Selamat datang di Hello You Cafe, kak," ucap manager pada beberapa yang sudah masuk.
Dari kasir, tatapan mata Starla bertumbuk dengan laki-laki berkulit putih pucat.
Azlan Devandra.
***
Deru motor saling bersahutan di ujung jalan Cendana. Tepatnya di simpang tiga menuju perumahan Cendana. Puluhan motor sedang beradu kecepatan. Balapan ilegal yang dilakukan Geng Delta mengundang banyak pasang mata menyaksikan aksi tersebut.
Aska Pramudya, laki-laki dengan scarf hitam itu duduk di atas motor ninja, menyaksikan aksi yang dilakukan beberapa anggotanya bersama lawan. Ada tujuan lain Aska mengadakan balapan ini. Apalagi kalau bukan mengundang amarah anak Acme. Pasalnya area Cendana adalah kawasan yang dipagar mati oleh Acme untuk tidak dilintasi Geng Delta.
"Akhirnya, masuk perangkap juga," seru Aska.
Deru motor dari arah berlawanan membuat semua anak Delta menghentikan aksi mereka. Aska turun dari motor dan berdiri tepat di tengah jalan.
Disaat yang bersamaan, Yehezkiel turun dari atas ninja. Mereka saling berhadapan dengan tatapan membunuh.
"Nggak sia-sia gue buang lima puluh juta cuma buat mancing lo datang," celetuk Aska.
"Cari mati lo?" Bukan Yehezkiel, Juna maju dengan gagah, namun langsung dicegah Yehezkiel.
"Mau lo apa?" tanya Yehezkiel, masih tenang.
"Mau gue, lo buka suara kalau kematian Bian memang ada campur tangannya sama geng lo itu. Mau gue, lo mengaku kalau lo yang jebak Bian malam itu," tukas Aska menatap tajam pada Yehezkiel.
"Gue nggak sepicik lo, Azka Pramudya," tunjuk Yehezkiel.
"Ok, gue mau Devan balapan sama Lintar," Aska menatap nyalang Devan yang masih tetap diatas motornya, "Devan kalah berarti Porsche hitam lo buat gue."
Devan berdiri, menantang Aska dengan tatapan tajam, "kalau Lintar kalah, gue mau seratus juta dari lo."
Aska terkekeh, "bangkrut perusahaan nyokap lo? Kenapa nggak jual aja rumah lo yang kayak istana itu?"
Darren mendekati Devan, "kenapa jadi seratus juta? diusir lo dari rumah?" bisik Darren, namun tidak Devan tanggapi.
Yehezkiel mengabulkan permintaan Aska, lantas Devan segera menuju motornya, begitu pun dengan Lintar.
"Dan satu dari gue, jangan jadikan Bian sebagai alat untuk balas dendam omong kosong lo itu," tukas Yehezkiel.
Aska menyeringai kecil, "lepasin Dania buat gue, dan gue bakal tutup kasus kematian saudara gue," bisik Aska di hadapan wajah Yehezkiel.
"Bahkan dalam mimpi pun tidak akan!"
Suara bisingnya dua motor itu pertanda bahwa balapan sebentar lagi dimulai. Sepanjang lintasan Cendana dipenuhi ratusan anak muda yang siap menyaksikan dua joki terbaik dari dua geng tersebut. Devan menutup kaca helm fullface nya, menoleh ke samping Lintar yang menatap lurus ke depan.
Seorang wanita cantik mengambil posisi di depan garis start dengan pakaian kurang bahannya, bersiap memberi aba-aba kepada Devan dan Lintar. Dalam hitungan ketiga, bendera balap tersebut diangkat tinggi wanita itu.
Dua motor ninja itu melaju tinggi meninggalkan garis start, dengan Devan yang memimpin kecepatan. Lintar terus mengejar ketertinggalannya.
Demi apapun Devan memang pantang kalah dalam balapan. Namun Lintar tidak akan menyerah begitu saja.
Dua lap Devan unggul. Saat mendekati simpang perumahan Cendana, seorang gadis cantik berhasil membuat Devan gagal fokus, dan lebih parahnya Lintar mengambil kesempatan untuk meninggalkan Devan.
Bukannya segera sampai tujuan, motor ninja yang dikendarai Lintar menghantam sebuah mobil Alphard putih. Alhasil benturan keras itu membuat Lintar terhempas cukup jauh dari lokasi, dan mobil tersebut menabrak sebuah Pom mini disana. Kebakaran terjadi pada mobil tersebut, api membakar pom tersebut.
"Cemara!" teriak Devan saat gadis itu mencoba untuk mendekati mobil tersebut.
***
"Itu cewek bukannya anak Sastra siang tadi, Dev?" Juna memastikan.
Darren menyipitkan mata, tahu maksud sahabatnya. "Dev, you crazy!"
Tatapan Starla masih tertuju padanya. Sampai akhirnya Devan menggodanya dengan satu kedipan mematikan. Duh, Starla hampir menjatuhkan gelas disana.
Devan nyaris tertawa. "MALAM INI GUE YANG TRAKTIR. PESAN APAPUN ITU!"
Tatapannya jatuh pada manajer wanita yang usianya diperkirakan seperti sang Mami. "Untuk meja nomor sepuluh, saya mau cewek rambut hitam panjang itu yang urus."
Starla mendelik ketika semua mata tertuju padanya.
"Aku di nomor lima!" seru Starla.
"Oh, ok. Bintang satu untuk Cafe ini," ucap Devan mengancam.
"Starla," perintah Manajer itu.
Ingin Starla berteriak sekarang. Apa maksud laki-laki bertato itu. Mau tidak mau, Starla menjalani perintah itu.
Tersenyum kemenangan. Devan pun menghampiri mejanya.
"Udah lo anter Cemara?" tanya Yehezkiel saat Devan baru duduk di sampingnya.
Balapan itu akhirnya berakhir tanpa ada pemenang. Devan mengantar Cemara pulang setelah menyidik gadis kecilnya itu. Awas jika dia berbohong.
"Lo bukannya malam ini harus ketemu cewek yang dijodohkan Papa lo itu?"
"Gue belum siap."
"Om Dilan kayak nggak ada kerja aja main perjodohan," celetuk Darren.
"Dev, kalau lo dijodohkan gimana?" tanya Juna.
"Mami nggak akan jodohkan gue walau perusahaannya diambang bangkrut. Papi gue banyak duit tanpa perusahaan itu," ujar Devan.
Ketika banyak berbincang, Starla datang dengan buku menu. Gadis itu nampak biasa saja, namun jantungnya berdegup kencang.
"Hai, cantik. Ketemu lagi, ya kita."Juna mengedepankan mata, "apa ini yang namanya jodoh?"
Starla ini masih di Cafe. Kamu harus selalu tersenyum.
"Juna," panggil Darren, memberi kode melalui ekor mata. Devan tengah memperhatikan Starla.
"Holyshit."
Yehezkiel, Darren , dan Juna mulai memesan beberapa menu disana.
Giliran Devan, sepertinya ia bingung ingin memesan apa. Melirik sekilas pada Starla.
"Nggak ada yang enak. Nggak ada menu yang lain?" tanya Devan.
"Lasagna menu favorite disini kak," jawab Starla.
"Kentang saus keju juga tidak kalah enak," imbuh Starla.
"Ok."
"Lo alergi keju, Dev," peringat teman-temannya.
Devan tidak menanggapi. "Gue mau."
Tatapan pria itu tak lepas dari waiters Cafe tersebut. "Gue mau lo dan Lasagna malam ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
devan dh bucin dulu blm ap2
2023-07-09
0