Ibu kota, pukul 17.17 waktu sekitarnya...
Hyung menjemput ayahnya di bandara ibu kota. Terlihat Saki yang memberi hormat kepada ayah Hyung dengan membungkukkan sedikit badannya. Pengawal sang ayah pun segera menjaga sang tuan dari bahaya tak terduga. Sedang Hyung sendiri tampak malas-malasan membawakan koper ayahnya. Tapi mau tak mau hal itu harus dilakukannya.
"Bagaimana kabarmu di sini?" tanya sang ayah kepada Hyung.
"Kabarku baik, Yah." Keempatnya berjalan bersama menuju parkiran bandara.
Cuaca sore ini tampak cerah. Semburat merah juga sudah terlukis di angkasa. Petang pun tak lama lagi akan tiba. Mereka kemudian memasuki mobil bersama.
"Hah ... perjalanan yang jauh." Sang ayah duduk di belakang mobil bersama Hyung.
"Ibu tidak ikut, Yah?" tanya Hyung kepada ayahnya.
Mobil mulai melaju, sesaat setelah mereka masuk ke dalam mobil. Koper sang ayah pun diletakkan di bagasi mobil.
"Ibu masih sibuk di kantor pusat. Kemungkinan tiga atau empat minggu lagi baru ke sini. Ayah sendiri tidak bisa berlama-lama," cetus sang ayah.
Tiga, empat minggu lagi? Ternyata ibu masih lama ke sini. Tapi tak apa. Aku jadi punya banyak waktu untuk terus melakukan penyamaran.
"Hyung."
"Ya, Yah?"
"Kau punya waktu satu minggu untuk mempelajari semuanya. Jangan banyak bersantai," pinta sang ayah.
Hyung mengangguk. Ia menganggap mudah hal yang akan dipelajarinya. Perjalanan pun diteruskan hingga sampai ke dekat kantor cabang. Saki kemudian menanyakan kepada bosnya.
"Tuan, Anda ingin mampir sebentar?" tanya Saki kepada ayah Hyung saat sebentar lagi akan sampai di gedung kantor.
Saat itu juga Hyung menelan ludahnya. Ia khawatir sang ayah ingin mampir dan memperkenalkan dirinya kepada karyawan perusahaan. Yang mana Saras juga ada di sana.
Jangan. Ini tidak boleh terjadi. Aku masih ingin menyamar.
Hyung pun mulai risih mendengar pertanyaan yang diajukan ke ayahnya. Ia berharap sang ayah melewatkan kantornya. Keringat dingin itu pun mulai bermunculan di dahinya, manakala tinggal dua ratus meter lagi mendekati kantor sang ayah. Hingga akhirnya...
"Nanti saja. Ada hal yang lebih penting."
Dan akhirnya sang ayah menjawabnya. Saat itu juga Hyung bisa bernapas lega. Penyamarannya bisa terjaga. Ia pun merasa senang seketika.
.........
...Hyung...
.........
Sesampainya di apartemen...
Menjelang malam Hyung beserta ayahnya sudah sampai di apartemen. Sang pengawal dan Saki pun ikut masuk ke dalam. Yang mana sang ayah meminta Saki untuk menghidangkan teh hijau untuknya. Saki kemudian membuatkan secangkir teh hijau untuk ayah Hyung. Sedang Hyung beserta pengawal ayahnya disajikan minuman kaleng oleh Saki sebagai pelepas dahaga. Keempatnya pun kemudian duduk di sofa.
"Ada temuan selama satu tahun terakhir ini, Tuan Saki?" tanya ayah Hyung kepada Saki.
"Tidak ada, Tuan. Untuk audit pembiayaan perusahaan masih aman," jawab pria berjas hitam itu.
Ayah Hyung mengangguk. "Bram, tolong keluarkan semua dokumen dari dalam koper." Ayah Hyung pun meminta kepada pengawalnya untuk mengambilkan dokumen.
"Baik, Tuan." Pengawal sang ayah pun lekas pergi untuk mengambilkannya.
"Lalu bagaimana dengan temuan pelanggaran lewat CCTV?" tanya ayah Hyung lagi.
Saki terdiam sejenak. "Ada beberapa karyawan yang pulang sebelum jam kantor berakhir. Tapi setelah kutanyakan kepada manajer mereka, karyawan yang bersangkutan ternyata mempunyai keperluan mendesak pada hari itu. Sehingga pulang kerja lebih awal." Saki menceritakan.
"Banyak?" tanya Ayah Hyung sambil mengambil cangkir tehnya dari atas meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments