Tidak Mau Jujur

"Vi?! Apa yang kau lakukan?! Mengapa seperti ingin maling saja?!" tanya Saras dengan nada yang tinggi.

"Em, maaf. Aku ... aku hanya ingin mengetahui keadaanmu," jawab Hyung jujur.

"Keadaanku?" Saras pun tampak bingung dengan maksud jawaban Hyung.

Hyung mengangguk sambil menunduk. "Aku khawatir kau kenapa-napa di dalam. Jadi aku ingin memastikan kau baik-baik saja." Hyung merasa bersalah.

Saras terdiam. "Sudah. Kita masuk lagi."

Pada akhirnya Saras pun meminta Hyung masuk ke dalam rumah. Dan dengan segera Hyung juga mengikutinya. Tak tahu mengapa ia tidak ingin membuat Saras sampai marah. Terlepas dari kontrak perjanjian yang mengikat dirinya.

Mungkin aku harus lebih banyak belajar lagi tentang cara menghadapi wanita.

Dan akhirnya mereka masuk ke dalam rumah bersama. Saras pun duduk di kursi tamunya. Ia lalu berbicara.

"Maaf, mungkin aku mau mens jadinya seperti ini. Emosiku tidak stabil menjelang datang bulan. Aku harap kau mengerti." Saras mengatakan sambil memijat keningnya sendiri.

"Perlu kubantu?" Hyung pun duduk di dekat Saras. Ia ingin membantu memijat kepala wanita itu.

Saras terdiam sambil memerhatikan Hyung. "Vi, apa kau menjual diri di situs itu untuk membiayai pengobatan pacarmu?" Saras pun bertanya pada Hyung.

"Eh?! Mengapa bertanya seperti itu?" Hyung pun balik bertanya dengan perasaan heran.

Saras memalingkan muka. "Mungkin saja seperti itu. Tadi kan habis menerima telepon," kata Saras lagi.

Dia benar-benar cemburu.

Semburat senyum itu pun terlukis di wajah Hyung. "Saras, aku ... belum punya pacar. Tadi sungguh yang menelepon adalah ibuku. Sudah hampir dua minggu ini aku tidak pulang ke rumah, dan dia merindukanku." Hyung menjelaskan kepada Saras.

"Istri?" tanya Saras lagi.

Dia menanyakan istri padaku? Apa aku sudah terlihat seperti pria beristri?!

Hyung pun bertanya-tanya sendiri. Saat itu juga ia mengusap kepalanya seperti orang yang frustrasi. "Belum, Saras. Pacar saja tidak punya apalagi istri. Bukankah kemarin kau memintaku untuk menafkahi anak kita?" tanya Hyung balik.

"Eh?!" Saras pun menatapnya dengan sewot. "Itu hanya bercanda. Aku juga tahu diri jika kita hanya sebatas perjanjian selama enam bulan ke depan. Selebihnya tidak." Saras mengklarifikasi.

Ternyata hanya bercanda ....

Hyung mengangguk-anggukkan kepala lalu menyandarkan punggung di kursi. "Kau tidak berniat selamanya?" tanya Hyung, ingin memastikan seraya menoleh ke Saras.

Saras pun terlihat bingung menjawabnya. "Aku lapar." Dan akhirnya ia berkata seperti itu kepada Hyung.

Eh?!

Hyung pun tak mengerti mengapa Saras pergi darinya. Tapi sebagai pria, Hyung mulai dapat merasakan getaran cinta itu dari Saras. Walaupun mereka belum pernah bersentuhan, sorot mata Saras seperti tidak bisa membohonginya. Jika Saras memang menyukai Hyung.

Dia mencoba beralibi.

Beberapa hari kemudian...

Cuaca malam ini tampak cerah. Bintang-bintang juga bertaburan indah. Hyung pun baru saja pulang dari mini market untuk membeli keperluan harian. Ia mendapatkan uang dari Saras untuk membelinya sendiri. Hyung pun membeli beberapa keperluan pribadinya. Begitu juga dengan Saras yang telah menitipkan sebelumnya.

Akhirnya sampai juga.

Hyung pun masuk ke dalam rumah yang tampak sepi. Terlihat ia membawa dua plastik belanjaan di tangannya. Hyung pun menuju kamar Saras untuk memberikan barang titipan. Ia pelan-pelan membuka pintu. Tapi saat itu juga ia melihat Saras tengah menerima telepon dari seseorang. Hyung pun mendengarkannya dari balik pintu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!