Curhatan Nenek

"Nenek, apakah harus langsung disiram pohonnya?" tanya Hyung ke neneknya.

"Tidak perlu. Nenek baru saja memberinya pupuk. Tanahnya juga masih basah. Biarkan saja di situ. Sekarang masaklah untuk makan siang kita," pinta neneknya.

"Baik, Nek."

Hyung mengangguk. Ia lekas mencuci tangannya lalu kembali ke dapur. Hyung akan memasak makan siang hari ini. Sang nenek pun lekas membersihkan diri. Pekerjaan di taman belakang rumah sudah selesai. Waktunya untuk bersantai.

Malam harinya...

Rintik hujan mulai turun membasahi dedaunan di taman. Hyung pun sedang giat belajar di dalam kamarnya. Sebentar lagi ujian akhir akan segera tiba. Sang nenek pun membawakan secangkir susu dan juga roti basah untuk cucunya.

"Kapan kau mulai ujian?" tanya sang nenek seraya meletakkan susu dan roti ke meja di sebelah Hyung.

"Lusa sudah ujian, Nek. Doakan aku ya," pinta Hyung.

Sang nenek duduk di pinggir kasur cucunya. Di tengah kamar sederhana dengan perabotan seadanya. "Nenek selalu mendoakanmu. Kau harus jadi orang sukses suatu hari nanti. Tanpa perlu mengandalkan ayahmu lagi." Sang nenek berdoa untuk Hyung.

Hyung meletakkan penanya. Ia merasa sang nenek ingin bicara lebih lanjut. Ia pun memutar kursi belajarnya ke arah sang nenek.

"Nenek pasti merasa kesepian. Tapi bukannya ada aku, Nek?" Hyung ikut merasakan apa yang neneknya rasakan.

Sang nenek menghela napasnya. "Sejak kakekmu meninggal, nenek merasa dunia ini begitu sepi sekali. Terlebih ayahmu tidak bisa sering ke sini. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan ibumu yang amat terobsesi menjadi orang kaya. Nenek seperti tidak mempunyai teman untuk bercerita." Nenek mencurahkan isi hatinya.

Hyung merenungi hal ini. Ia lalu pindah duduk ke dekat neneknya. "Tapi bukankah Nenek bisa bercerita padaku?" tanya Hyung lagi.

Sang nenek menunduk. Ia tampak merenungi sesuatu. "Nanti jika waktunya sudah tiba, carilah wanita yang setia. Jangan mau senangnya saja. Tapi jangan juga terlalu terobsesi dengan dunia. Yang biasa-biasa saja." Sang nenek berpesan.

Saat itu juga Hyung menelan ludahnya. Ia melihat raut wajah nenek yang berubah sedih seketika. Hyung pun memeluk neneknya.

"Aku belum memikirkan hal itu, Nek. Aku masih ingin menyelesaikan studiku. Aku ingin S3." Hyung menuturkan.

Sang nenek mengusap wajah cucunya. "Nenek yakin suatu saat kau akan menemukan seorang wanita yang bisa menyayangimu apa adanya. Yang mau menerima kekuranganmu dan juga mensyukuri kelebihanmu. Carilah wanita yang penyayang terhadap keluarganya. Terutama ibunya. Karena jika dia sayang kepada ibunya, maka dia bisa menyayangimu dan juga anak-anakmu. Terlebih dia juga menyayangi keluargamu dan juga kedua orang tuamu." Sang nenek berkata lagi.

Hyung melepaskan pelukan. "Nenek mengapa berkata seperti itu?" Hyung tak mengerti.

Nenek Hyung tersenyum kecut. "Nenek ini tidak selamanya bisa bersamamu. Suatu saat nenek akan pulang dan menemui kakekmu di sana. Jadi nenek berpesan dari sekarang," tutur neneknya lagi.

Hyung memasang wajah cemberut. "Aku tidak mau mendengar yang aneh-aneh, Nek. Lebih baik Nenek beristirahat saja. Sudah lekas tidur sana!" Hyung pun meminta neneknya beristirahat segera.

"Hah, dasar anak muda."

Sang nenek pun diusir oleh cucunya. Ia kemudian segera pergi dari kamar Hyung. Terlihat Hyung yang memasang wajah cemberut kepada neneknya. Sedang sang nenek tertawa lalu menutup pintu kamar cucunya.

Cucuku, kau sudah besar. Kau harus bisa mandiri sekarang.

Nenek Hyung pun kembali ke kamarnya. Menutup malam dan membiarkan sang cucu belajar. Ia berdoa yang terbaik untuk cucu semata wayang, Hyung seorang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!