5. Pelanggan Baru

"Ibu, aku mau jahit baju untuk brides maid di pernikahan Arina. Apa di sini ada penjahit yang bagus?" Tanya Widuri pada Dewi, ibunya.

"Ya itu tho nduk, Budhe Siti lumayan tho jahitannya?" sahut Bu Dewi.

"Nggak mau, Bu. Model Budhe Siti jahitannya terlalu kuno dan ndeso. Kurang rapi juga, aku kurang suka," tolak Widuri. Ia mencebik kesal karena ia membutuhkan baju baru segera untuk menghadiri undangan pesta pernikahan sahabatnya di kota, hanya saja bajunya rata-rata kebesaran. Yah, sejak putus cinta dengan Gandhi, berat badan Widuri menurun drastis. Dan jika harus menjahit kepada Budhe Siti, ia tidak terlalu suka.

"Aha! Ibu ingat seseorang, Nduk!" Bu Dewi berseru secara tiba-tiba.

"Siapa, Bu? Apa dia penjahit lain yang lebih recomended?"

"Tentu saja betul, sayang. Dia pendatang baru di Desa Merbayu ini. Jahitannya lumayan rapi. Dia juga masih muda, sehingga dia memahami model-model baju kekinian. Rata-rata pelanggannya adalah anak-anak muda di sini ," terang Bu Dewi.

"Pendatang baru? Siapa dia, Bu?" tanya Widuri penasaran. "Empat tahun pergi merantau, sepertinya aku jadi kurang gaul."

"Dia memang baru satu tahun menikah dan resmi tinggal di sini, Duri. Sebetulnya asalnya pun di desa Sabrang Kidul, sedikit jauh dari kota kecamatan. Usianya juga sebaya denganmu."

"Oh, ya? Sepertinya aku punya teman di Desa Sabrang Kidul, Ma. Tapi aku lupa namanya," kata Widuri seraya mengingat-ingat. Ia tak tahu pasti, hanya saja untuk desa yang letaknya cukup terpencil dari kota kecamatan itu, ia memang memiliki seorang kenalan. Namun karena sudah lama sekali yaitu saat ia masih belia dan masih berada di sekolah dasar, ia tidak terlalu ingat.

"Yah, ditemui saja. Ibu juga lupa namanya, padahal kemarin sempat ngobrol sebentar waktu berpapasan di pasar," saran Bu Dewi.

"Oke, Bu. Memang rumahnya di mana? Nanti biar aku minta Pak Untung untuk mengantarkan aku ke sana," kata Widuri.

Bu Dewi menghela nafas. Setelah menghembuskannya secara perlahan, ia berkata, "Ibu minta kamu berhati-hatilah dalam berteman dengannya, Duri."

Widuri mengernyitkan kedua alisnya heran. Tak seperti biasanya Bu Dewi berpesan demikian padanya. Maka, ia pun bertanya, "Memangnya kenapa, Bu? Bukankah dia orang baik?"

"Kamu akan sangat terkejut jika tahu siapa suaminya, sayang."

"Memang siapa suaminya, Bu?" Tanya Widuri penasaran.

"Raka." Jawaban Bu Dewi sontak membuat jantung Widuri seakan meledak. Matanya melebar terkejut, membola dengan begitu indahnya.

Netra Bu Dewi itu memicing tajam ke arah putri tercintanya. Ia berkata, "Ibu tahu kamu masih mencintai Raka, Nduk. Tapi ingatlah bahwa dia sudah menikah. Tolong berhati-hatilah dalam bergaul dengan mereka berdua, karena biar bagaimanapun, kisah di antara kamu dan Raka sudah berakhir dan dia sudah memulai kisah dengan wanita lain."

***

Sore itu juga, Widuri meminta diantar oleh Pak Untung, supir pribadi keluarganya ke rumah Raka. Meski berada di desa yang sama, namun karena desa mereka berada di kawasan perbukitan, jalan yang harus mereka lalui cukup terjal dan curam. Selain itu, Widuri sama sekali belum mengetahui perkiraan letak rumah baru Raka bersama istrinya.

"Heran deh, kenapa juga Raka harus tinggal di desa Merbayu?" Keluh Widuri dengan hati yang terasa terbakar. "Kenapa nggak beli tanah atau rumah di desa ibunya saja, di Desa Caruban? Kenapa juga harus beli tanah di sini dan bertetangga denganku?"

Setelah menempuh jalan yang berliku dengan bebatuan di beberapa ruas jalan, tibalah Widuri di sebuah rumah sederhana dengan papan pengumuman di bagian depan rumah.

Tertulis di sana, "Penjahit Seruni".

"Seruni? Siapa itu Seruni? Apakah itu nama temanku? Tapi, aku tidak punya teman yang bernama Seruni," Pikir Widuri seraya turun dari mobilnya. Lalu dengan ragu, ia memasuki gerbang sederhana rumah semi permanen itu.

"Permisi!" sapanya di depan pintu rumah seraya mengetuk pintu.

Pintu pun terbuka, menampilkan seraut wajah cantik menyembul di balik pintu.

Untuk sesaat, dua gadis saling bertatapan dengan heran, seolah telah mengenal satu sama lain.

"Lho, Aruni?" seru Widuri kaget. Ia mengerling bingung pada papan pengumuman yang baru saja ia baca. 'Seruni' dan 'Aruni'. Ya, sedikit mirip, sih. Tapi, apakah betul ia tidak salah alamat? Apakah Runi adalah penjahit yang ibunya maksudkan?

"Eh, iya! Ini kan, Tika? Cantika, kan?" tanya Runi yang tak kalah terkejutnya dengan Widuri, atau yang lebih ia kenal sebagai Tika atau Cantika. Namun rupanya, ia hanya mengetahui nama Widuri sebagai Cantika saja, tanpa embel-embel nama belakangnya.

"Wah, iya! Kamu masih mengenalku?" Widuri bertanya balik.

"Tentu saja! Kamu adalah seorang bintang sekolah di SD Merbayu, yang selalu juara satu di setiap perlombaan sekolah," seloroh Runi.

"Idih, dasar hobby merendah. Yang selalu juara satu ya ini, bintang sekolah dari SD Sabrang Kidul, Arunika Swasthi. Kalau ada daftar namamu di antara peserta lomba, aku pasti udah keder duluan karena pastilah kamu yang jadi pemenang lomba!" kenang Widuri seraya tertawa.

"Ah kamu, bisa aja!" seru Runi. Ia yang cukup terkejut mengetahui kedatangan tamu tak diundang ini pun mempersilakan Widuri untuk masuk. "Masuk dulu, Tika!

"Ah, ya. Makasih," ucap Widuri alias Tika seraya mengikuti langkah Runi masuk ke dalam rumahnya.

Hawa dingin mulai menusuk saat Widuri melangkahkan kaki ke dalam rumah. Matanya berkeliling menyapu ruangan, mencari sesuatu yang mungkin bisa membuatnya memastikan identitas gadis ini.

Siapakah dia?

Apakah betul kata ibunya, bahwa penjahit ini adalah istri dari Raka, mantan kekasih yang masih sangat ia cintai dengan sepenuh hati?

Di sebuah sudut ruangan, Widuri bisa melihat sebuah foto pernikahan! Kebaya putih yang membalut tubuh ramping Runi dan make up natural seadanya yang menghias wajah cantik itu, membuat rival perlombaan antar sekolah Widuri dahulu kala itu terlihat begitu cantik dan anggun.

Dan ... Hati Widuri serasa makin terbakar saat matanya mengerling ke arah sosok pria tampan bertubuh tinggi menjulang yang berdiri tegap di sebelah Runi. Mengenakan jas hitam dengan dasi kupu-kupu, dengan senyumnya yang begitu menawan tersungging menatap kamera. Tak lupa, tangan besar nan kekar melingkar di perut ramping sahabat sekaligus rivalnya semasa sekolah dasar itu. Senyum mereka berdua terlihat merekah dan begitu bahagia.

Widuri tersenyum pahit. Nekat melarikan diri selama empat tahun dan meninggalkan semua miliknya di Desa Merbayu rupanya telah membuatnya tertinggal segala hal. Empat tahun bisa sangat merubah segalanya! Pria yang dahulu selalu mencari dan mengejar cintanya setengah mati, kini di depan matanya sendiri, tengah memeluk wanita lain.

Meskipun hanya dengan sebuah foto, tetapi rasa hati Widuri, tak terlukis lagi betapa sakitnya. Seharusnya, dirinya lah yang kini berada di foto itu, dengan tubuh dipeluk oleh lengan kekar Raka, tersenyum menghadap kamera!

Seharusnya dia, bukan Runi!

"Runi ... Apakah benar jika kamu adalah istri dari Raka, pria yang aku cintai?" tanya Widuri perih dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Jihan Khanaya

Jihan Khanaya

ingat Widuri jangan merusak rumah tangga orang lain. ibu mu aja gk percaya kalo kamu gk akan merusak rumah tangga nya Raka Runi karena dia tau siapa kamu duri. tapi aku kok gk yakin ya kalo si duri gk akan jadi duri dalam hubungan Raka Runi

2023-07-18

0

Jihan Khanaya

Jihan Khanaya

oh oh oh kayak nya perang akan di mulai dan udah saling mengenal juga. ternyata duri dari dulu selalu merasa kalo Runi saingannya dan dalam hal laki laki pun begitu. apa jadinya kalo Runi tau si Cantika itu Widuri y

2023-07-18

0

mom's Vie'

mom's Vie'

baru nyesel, Duri....
dan ternyata istri dari laki² masa lalu mu adalah temanmu sendiri.....
tega kamu.mau merebut Raka....???

2023-07-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!