Saat pulang berboncengan dengan Runi ke rumah mereka di desa Merbayu, Raka banyak termenung. Demikian juga dengan Runi yang tidak berani menanyakan apapun. Ia berusaha bersikap wajar seolah tidak terjadi apa-apa. Ia hanya berharap, Raka hanya memandang satu wanita di dunia ini, yaitu dirinya. Ia juga yakin, bahwa apa yang Aswini sampaikan tadi sore hanya serupa angin lalu di telinga Raka.
"Kok sepertinya lelah sekali, Mas?" Runi duduk di sebelah Raka saat mereka tiba di rumah. Lalu di dalam kamar, ia memberi beberapa pijitan lembut di bahu suaminya. Raka tak mengelak, namun tak jua menjawabnya. Dia hanya memberikan diamnya sebagai jawaban atas ribuan tanya yang bersarang di benak Runi.
"Tadi waktu aku sedang mencuci piring di belakang, kamu dan ibu membicarakan apa?" Tanya Runi, penasaran dengan jawaban apa yang akan diberikan omeh Raka untuknya. Namun Runi harus menelan kecewa karena Raka tak jua menjawabnya. Lama tak terdengar balasan, Runi bertanya lagi untuk mencoba memancing Raka bicara.
"Ah, tidak ada apa-apa. Tak usah dipikirkan, sayang," sahut Raka setengah melamun.
Runi masih memijit pelan pundak Raka, namun entah mengapa, Raka meletakkan tangannya di sana dan menurunkan tangan Runi, seolah menepisnya untuk segera menyingkir dari sana.
Runi tertegun hingga tangannya mengambang di udara untuk sesaat. Tidak biasanya Raka mengabaikannya seperti ini.
Raka yang baru saja menepis tangan Runi tanpa sadar melihat perubahan ekspresi di raut wajah Runi yang terlihat terkejut. Ia segera menyunggingkan senyum tipisnya. Mengangkat tangan kanannya, lalu diusapkannya ke wajah Runi dengan lembut.
Raka berkata lembut dengan menepis perasaan bersalah."Sudah malam. Tidurlah dulu, Sayang."
Runi tersenyum pahit. Tidak seperti yang ia harapkan, Raka tidak jujur padanya. Bahkan jika Raka bercerita tentang hasil pertemuan dengan Aswini yang membuat gundah hatinya, mungkin Runi bisa memaklumi. Tetapi nyatanya tidak. Raka memilih untuk memendam informasi dari ibunya, tentang wanita bernama Widuri. Dan justru, bungkamnya Raka semakin membuat Runi bertanya-tanya. Mengapa Raka harus diam jika memang Widuri bukan siapa-siapa bagi suaminya itu? Apakah itu artinya, Widuri adalah sosok yang istimewa bagi Raka?
"Apa yang terjadi padamu, sayang? Kenapa kamu diam saja?" Tanya Raka yang mungkin sudah menyadari perbedaan sikap Runi semenjak pulang dari kediaman sang ibunda.
Runi, yang memang tidak mau membuat keributan, hanya menggeleng pelan. Ia menyunggingkan senyum tipis yang menipu, seolah ingin menunjukkan pada Raka bahwa dirinya baik-baik saja. "Tidak ada apa-apa, sayang. Aku hanya sedikit lelah."
"Kalau begitu, mau aku pijit? Kemarilah, sayang!" Raka tersenyum lembut sembari menepuk ranjang di sebelah Runi, meminta istrinya datang mendekat. Entah betul akan memijat tubuh Runi, atau justru meminta yang lainnya.
Runi menghela nafas panjang. Ia hembuskan perlahan, namun dadanya terasa begitu sesak begitu udara di paru-parunya itu ia keluarkan secara perlahan. Namun meskipun hatinya merasa kalut, setengah hati, ia turuti panggilan Raka untuk mendekat. Ia meletakkan bobot tubuhnya membelakangi tubuh suaminya.
"Kenapa diam saja, Runi sayang?" Tanya Raka dengan tangan melingkar di perut Runi. Hembusan nafasnya terasa memburu di ceruk leher Runi, seolah menuntut haknya malam itu. Betul saja, bukannya memijiti tubuh Runi, namun justru tangan Raka menggerayang kesana dan kemari.
Dan yah, Runi pun terbuai. Sebelum malam itu berlalu dalam sepi yang mencekam, pelukan Raka masih menghangatkan raga Runi. Belaian bibir Raka masih saja membuatnya terlena. Sentuhan demi sentuhan yang Raka berikan juga baru saja membuainya. Namun, jiwa Runi serasa hampa, seolah-olah cinta Raka telah menguap, bersamaan dengan rasa percayanya yang terkikis oleh seribu tanya.
Siapakah Widuri?
Apakah hubungan antara Widuri dengan Raka di masa lalu?
Apakah betul mereka dulu pernah saling mencintai?
Benarkah Widuri masih mengharapkan suaminya?
Bagaimanakah perasaan Raka saat ini terhadap Widuri?
Mengapa Raka tidak menolak mentah-mentah perintah ibunya?
Dan ... Mengapa Raka tidak jujur padanya?
***
Setelah pembicaraan dengan sang ibunda, Raka mulai mempertimbangkan bujukan ibunya untuk bertemu dengan Widuri. Tidak sulit untuk membuat alasan kepada Runi, karena ia juga terbiasa singgah ke manapun setelah pulang bekerja di perkebunan sawit milik Pak Baskara, ayah Widuri. Dan tidak setiap hari juga ia harus pulang tepat waktu.
Awalnya, Raka merasa ragu untuk mengiyakan permintaan ibunya. Ia takut hatinya goyah untuk mempertahankan cintanya kepada Runi. Karena sejujurnya, kisah antara dirinya dengan Widuri belumlah usai. Widuri pergi empat tahun yang lalu tanpa sepatah katapun dengan alasan untuk menempuh pendidikannya jauh ke luar kota meninggalkan Raka. Padahal sejatinya Raka tahu, Widuri tengah mengejar cinta yang lain, membuat cinta Raka padanya hanya bertepuk sebelah tangan dan kandas sebelum berkembang.
Namun nyatanya, setitik rindu ternyata masih ada untuk Widuri. Raka masih menginginkan Widuri. Bahkan setelah empat tahun berlalu, saat-saat menanti waktu pertemuan dengan wanita masa lalunya itu masih membuat hati Raka kembali berdebar dengan begitu gilanya.
Lalu di suatu sore, waktu pulang bekerja telah datang saat cahaya keemasan mulai menyapa. Hembusan angin sejuk mulai membelai dalam senja yang menawan. Matahari sudah sangat condong ke arah barat, bahkan akan segera masuk ke peraduannya. Raka keluar dari pintu keluar perkebunan sawit Pak Baskara tempatnya bekerja dengan langkah ringan, meskipun jantungnya berdebar tak karuan.
Dan yah, itulah dia. Berdiri di sana, sesosok wanita berambut sebahu melambai kepadanya di pintu gerbang. Menjemputnya! Gaun merahnya berkibar tertiup angin, tubuh indahnya tersinari cahaya mentari sore hari yang melukiskan sebuah siluet cantik di bebatuan. Bibir cantiknya melengkung keluar, menyungging senyum yang nyatanya hingga detik ini belum bisa Raka lupakan sepenuhnya.
Ah, Widuri! Senyum itu sama seperti empat tahun yang lalu saat masih memadu kasih dengan Raka di desa ini.
Raka tak bisa mengabaikan senyum itu. Dengan gugup, ia pun memantapkan langkahnya untuk mendekati sosok cantik bergaun merah itu.
"Hai, a-apa kabar?" Tanya Raka berbasa-basi.
Widuri mengawali jawabannya dengan senyuman manis. "Kabar baik. Kamu?"
"Yah, beginilah," sahut Raka seraya mengedikkan kedua bahunya. Ia melanjutkan, "Tidak ada perubahan. Masih jadi pekerja yang sama di perkebunan ayah kamu."
"Ck, dasar merendah," Decak Widuri sebal. Ia tahu dengan pasti bahwa Raka adalah salah satu pegawai kepercayaan ayah Widuri yang bertugas untuk membukukan omset perkebunan.
Decakan Widuri membuat Raka salah tingkah. Widuri tersenyum dan bertanya, "Kamu tidak ingin tahu bagaimana kabarku?"
Raka mengusap tengkuknya seraya menyengirkan giginya yang rapi. Gestur ini biasa terlihat saat seseorang tengah merasa salah tingkah.
Ucapnya, "Maaf. A-aku terlalu gugup sampai lupa menanyakan kabarmu. Em, kamu bagaimana kabar?"
"Baik, baik sekali bahkan," sahut Widuri seraya tersenyum lebar. Ia merasa Raka sangatlah lucu, karena kesalahtingkahan pria itu terlihat begitu menggemaskan di matanya.
"Mau mampir ke cafe sebelah dulu?"Tawar Widuri.
Raka pun mengangguk. "Boleh," sahut Raka dengan senyum terkembang lebar di bibirnya
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Jihan Khanaya
eleh memang bilang aja kalo kamu masih cinta sama Widuri Raka. pura pura nolak lagi. jangan kamu jadikan Runi pelampiasan kamu ya, kasian Runi. ini aja kamu udah mulai berubah sama Runi apalagi nanti kedepannya. mending kamu lepaskan Runi
2023-07-18
0
mom's Vie'
Raka masih menyimpan rasa untk Widuri....
Widuri,,,kamu pasti juga tau,,,, kalo Raka dah berkeluarga..... gk malu....???
dulu kan kamu yg ninggalin Raka pas sayang² e demi mengejar cinta laki² lain....
2023-07-10
0
𝖙𝖙ƚ_ɳΑʂΙ Ƙυɳιɳɠ_𝖙𝖙𝖙
inget dong Raka,, ada Runi loh dihatimu,
jangan goyah gitu aja dong😕
2023-07-06
0