Bab 20 Bertemu Calon Mertua

Hari yang telah direncanakan kini tiba waktunya. Aretha sudah menyiapkan buah tangan orang tua Sadewa. Meskipun Sadewa melarangnya karena biar dia sendiri yang membelinya. Namun, Aretha merasa tidak enak hati jika segala sesuatunya mengandalkan Sadewa terus.

Kini wanita cantik yang memiliki tahi lalat di sudut atas kelopak matanya itu, terlihat bertambah anggun dengan gamis yang dipakainya. Sadewa yang datang untuk menjemputnya, dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya oleh pesona janda sahabatnya itu.

"Cantik," gumam Sadewa dengan senyum yang merekah.

Blush!

Kedua pipi Aretha bersemu merah seketika. Meskipun itu hal biasa di dengarnya, tapi saat Sadewa yang mengatakan itu. Bunga cinta yang sempat layu di hatinya, kini bermekaran dan dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu.

"Bang, mau berangkat sekarang apa istirahat dulu?" tanya Aretha secepat mungkin menetralkan perasaannya.

"Langsung saja, biar sampai sana tidak terlalu sore. Kita bisa main dulu ke pantai yang tidak jauh dari rumah Ibu."

"Baik, Bang! Aku ambil tas dulu," sahut Aretha, kemudian berlalu pergi ke dalam kontrakannya. Setelah dia memastikan alat elektronik dan kompor aman untuk ditinggalkan, Aretha pun segera kembali menemui Sadewa.

"Sudah siap?" tanya Sadewa.

"Sudah, Bang." Aretha segera mengunci pintu kontrakannya. Bersamaan dengan pemilik kontrakan lewat di depannya.

"Mbak Aretha mau ke mana?" tanya Om Joni, pemilik kontrakan yang Aretha tempati.

"Mau pulang kampung dulu, Om. Titip kontrakan ya, Om."

"Oh iya, hati-hati saja di jalannya."

"Iya, Om. Aku berangkat dulu, Om!" pamit Aretha seraya tersenyum. Begitu juga dengan Sadewa yang ikut tersenyum ramah pada pemilik kontrakan itu. Sebagai tamu di sana, tentu Sadewa berusaha untuk selalu menjaga sopan santun.

Setelah cukup berbasa-basi, Aretha dan Sadewa pun segera berangkat menuju ke daerah pinggiran kota Jakarta. Selama perjalanan, Aretha terlihat cemas. Dia terus saja melihat ke luar jendela dengan tangan yang saling bertautan.

Tidak bisa dia pungkiri, ada kekhawatiran di hatinya jika nanti ibunya Sadewa akan menolak kehadirannya. Sadewa yang melihat sekilas apa yang terjadi pada Aretha, dia pun akhirnya membuka suaranya.

"Retha, kamu kenapa diam saja? Apa kamu baik-baik saja?"

"Tidak apa kho, Bang! Aku ... aku hanya takut jika nanti ibunya Abang tidak suka kalau aku akan jadi menantunya."

Mendengar jawaban dari wanita yang dicintainya, Sadewa pun melihat ke arah Aretha. Satu tangannya terulur menggenggam tangan Aretha yang terasa dingin. Dia mengerti, pasti wanita cantik itu takut kalau ibunya akan seperti mertuanya dulu.

"Retha, tidak semua ibu mertua akan seperti ibunya Ringgo. Bukan aku mau membela ibuku, tapi ibu tidak suka ikut campur dalam rumah tangga anak-anaknya. Karena yang terpenting bagi ibu, kebahagiaan anak-anaknya. Ibu tidak pernah mempermasalahkan dengan siapa anak-anaknya harus bersanding ataupun memaksa anak-anaknya harus menikah dengan pilihannya. Dia hany memberi wejangan sebelum kami menentukan pilihan."

"Beruntung sekali Abang memiliki ibu yang seperti ibu Abang. Seandainya saja, semua ibu mertua seperti ibu Abang."

"Mungkin kamu tidak akan pernah pergi ke rumah keluarga aku dan memperkenalkan diri sebagai pasangan aku," tukas Sadewa langsung kembali ke posisi semula. Dia memilih fokus dengan jalan raya dan tidak bersuara lagi.

"Maafkan aku, Bang. Kalau aku salah bicara." Aretha menatap sendu pada Sadewa yang terlihat sedikit kesal dengan ucapannya.

"Tidak apa, Abang hanya minta agar kamu mengikhlaskan semuanya. Mungkin itu susah jalan Tuhan agar kita bisa bersama. Apa mungkin, kamu masih belum bisa menerima di hati kamu?"

"Bukan seperti itu, Bang. Aku mengikhlaskan semuanya, tapi setiap teringat semua kejadian saat di kampung Mas Ringgo, sakitnya masih terasa. Aku harap Abang mengerti," ucap Aretha dengan menundukkan kepalanya.

"Maafkan Abang juga, kalau sudah tersinggung tidak jelas. Ayo kita sama-sama membuka lembaran baru. Hanya ada kita dan anak-anak kita nanti."

"Iya, Bang. Terima kasih sudah menerima aku apa adanya."

Sadewa hanya tersenyum dan menggenggam tangan Aretha kembali. Dia mencium genggaman tangan Aretha dengan mata yang tidak lepas dari jalan raya. Perjalanan yang memakan waktu lumayan lama, terasa singkat jika hati sedang berbunga-bunga.

Sampai akhirnya mobil Sadewa memasuki sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas. Rumah model jaman Belanda dulu, terlihat asri dengan taman bunga di depannya. Keduanya pun langsung turun dari mobil dengan saling melempar senyum.

"Assalamu'alaikum," ucap Sadewa seraya mengetuk pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam." Terdengar suara seorang wanita yang membalas ucapan salam Sadewa.

Sadewa langsung mencium tangan ibunya saat seorang wanita yang sudah memasuki usia senja membuka pintu rumah itu. Nampak Ibu Saraswati, ibunya Sadewa terkejut melihat kedatangan anaknya.

"Ya Allah Dewa, kenapa tidak memberi tahu ibu kalau mau pulang? Ayo masuk!"

"Ibu, kenalkan ini Aretha. Dia, calon istri aku."

"Aretha, Bu." Wanita cantik itu tersenyum pada Bu Saras. Dia langsung mencium punggung tangan Bu Saras yang terlihat mematung di tempatnya.

"Ibu, kenapa bengong?" tegur Sadewa menyadarkan Bu Saras dari keterkejutannya.

"Iya, maaf. Tadi siapa namanya?"

"Aretha, Bu."

"Iya maaf Nak Retha. Ibu kaget karena baru sekarang Sadewa membawa pulang seorang wanita cantik ke rumah Ibu. Ayo masuk! Pasti lelah sudah perjalanan jauh."

"Makasih, Bu." Aretha tersenyum ramah pada calon ibu mertuanya. Dia pun mengikuti Sadewa yang masuk ke dalam rumah yang terasa sejuk. Meskipun udara di luar rumah lumayan panas.

"Istirahatlah! Ibu ke dapur dulu, kalian pasti haus." Tanpa menunggu sahutan dari Sadewa dan Aretha, Bu Saras langsung pergi menuju ke dapur.

"Retha, Abang ke toilet dulu ya! Apa kamu juga ingin ikut ke toilet?"

"Tidak, Bang! Aku menunggu di sini saja."

Sadewa langsung berlalu pergi menyusul ibunya ke dapur. Jarak dari ruang tamu ke dapur yang lumayan jauh, membuat Sadewa yakin kalau Aretha tidak akan mendengar pembicaraan dia dengan ibunya. Hingga setibanya di dapur, Sadewa langsung mendekat ke arah Bu Saras.

"Ibu, tolong jangan bahas soal Raina di depan Aretha!" pinta Sadewa.

"Dewa, apa kamu sudah berpisah dengan istrimu?"

"Tidak, Bu. Tapi Raina sudah enam bulan tidak pulang. Dia lebih memilih karirnya dibandingkan dengan suaminya sendiri. Aku sudah berkali-kali menyuruh dia untuk berhenti dari dunia entertainment. Tapi dia selalu menolaknya," ucap Sadewa seraya menghela napas dalam, "aku ingin segera punya keturunan, tapi Raina tidak mau memiliki anak dalam waktu dekat. Lalu sampai kapan aku menunggu dia siap untuk punya anak? Sementara umurku terus bertambah."

"Kalau kamu mau menikah dengan gadis itu, kenapa kamu tidak menceraikan Raina terlebih dahulu? Apa kamu akan bisa berbuat adil pada kedua istrimu nanti?"

"Aku tidak bisa menceraikan dia, karena Raina adik ipar Andrea. Aku tidak mau perceraian aku dan Raina akan mempengaruhi karir aku. Lagipula, Raina jarang pulang. Dia tidak perlu tahu kalau aku menikah lagi."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JIAHHH, TRNYATA DEWA SDH PNY ISTRI YG MNTINGKN KARIR...

2023-12-28

1

auliasiamatir

auliasiamatir

asstaga dewa tak sebaik yang ku kira 🥺

2023-10-04

3

Ning Gedeona

Ning Gedeona

wahhh...payah lho dewa...

2023-09-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!