Bab 18 Ajakan Sadewa

Hari-hari yang Aretha lewati bersama dengan Sadewa terasa begitu berwarna. Perlahan tapi pasti, posisi Ringgo di hati Aretha tergeser oleh keberadaan Sadewa. Apalagi sikap Sadewa yang lembut dan memperlakukan Aretha dengan begitu baik, membuat wanita cantik itu merasa sangat nyaman bersama laki-laki yang dulu pernah dia tolak cintanya.

"Aretha, tahun ini acara gathering perusahaan ke Kota Gudeg. Nanti Abang akan suruh Yuli untuk mengatur kamar kamu dekat dengan kamar Abang," ucap Sadewa saat mereka berangkat kerja bersama.

"Bang, apa tidak akan jadi bahan gosip?"

"Kamu tenang saja! Kamar hotel untuk karyawan, staf dan para petinggi perusahaan di lantai yang berbeda. Kamu bisa satu kamar dengan Yuli."

"Gimana ya, Bang? Aku takut jadi bahan gosip."

"Tidak akan ada yang tahu, nanti biar Abang yang atur semuanya."

Aretha hanya diam saja tidak menyahut ucapan Sadewa. Meskipun dia ingin dekat dengan laki-laki itu, tapi Aretha khawatir, karyawan lain akan bergosip. Apalagi dia tahu, kalau banyak karyawan perempuan yang menyukai Sadewa.

Sesampainya di parkiran, Aretha tidak langsung turun dari mobil. Dia menunggu parkiran sepi terlebih dahulu. Setelah dirasa tidak ada orang, dia baru keluar dari mobil.

"Abang, aku duluan ya!" pamit Aretha.

"Sebentar! Retha mau tidak, nanti main ke rumah orang tua Abang? Bukankah masa iddah kamu sudah selesai?"

"Su-sudah, Bang."

"Bagaimana? Apa kamu mau Abang kenalkan dengan orang tua Abang?"

"Gimana ya, Bang? Apa tidak akan jadi masalah?"

"Tidak!"

"Aku pikirkan dulu ya, Bang. Aku butuh waktu meyakinkan hati aku karena ... rasanya terlalu cepat jika aku harus menjalin hubungan yang serius."

"Abang hanya ingin menghindari fitnah. Kita sudah sama-sama dewasa dan sudah mengerti tentang kehidupan orang dewasa seperti apa. Daripada kita menjalani hubungan tanpa status, lebih baik kita meresmikannya saja."

"Aku kasih jawaban besok ya, Bang. Sekarang aku kerja dulu."

"Iya!" sahut Sadewa seraya melihat kepergian Aretha.

Sementara Aretha langsung pergi menuju ke ruangannya. Dia menyimpan tas yang dibawanya dan langsung menuju ke toilet. Namun, saat sampai di sana, Aretha mendapatkan tatapan tidak bersahabat dari dua orang wanita cantik yang sedang memoles wajahnya.

"Aku kho bingung ya, apanya yang bagus coba dari janda itu? Kenapa Pak Dewa selalu saja memberi perhatian khusus sama dia? Padahal banyak gadis cantik yang lebih cocok mendapatkan perhatian Pak Dewa," cibir salah seorang wanita cantik yang sedang mengaplikasikan eye shadow di kelopak matanya.

"Mungkin dia pake susuk. Makanya bisa memikat Pak Dewa. Kamu tahu sendiri, 'kan kalau Pak Dewa tidak pernah menanggapi wanita yang mencari perhatiannya. Bahkan Mbak Ine, yang cantik dengan body goal, tidak digubris oleh Pak Dewa." temannya yang sedang memoles bibirnya dengan lipstik yang berwarna merah merona itu ikut menimpali.

"Sepertinya begitu, kenapa kita tidak ikuti cara dia saja? Punya suami seperti Pak Dewa dan Tuan Andrea pasti hidup kita akan terjamin. Udah gitu, kita gak akan malu kalau bawa ke kondangan."

Kedua wanita cantik itu terus saja mengobrol tidak karuan. Aretha yang mendengar obrolan mereka saat buang air kecil, hanya bisa menggelengkan kepala. Rasanya percuma dia meladeni orang yang iri kepadanya. Lebih baik bersikap tidak ambil pusing daripada bikin kepala jadi berdenyut menanggapi tuduhan yang tidak mendasar.

"Maaf, Mbak. Aku hanya mau kasih tahu kalau Pak Dewa dan Tuan Andrea itu kurang suka pada wanita yang berdandan menor. Mereka type laki-laki yang suka dengan wanita yang terlihat cantik alami tanpa make-up tebal. Kalau Mbak tidak percaya, coba Mbak perhatian Nyonya Mitha, istrinya Tuan Andrea. Apa pernah Nyonya Mitha berpenampilan yang mencolok atau berdandan menor? Tidak pernah, Mbak!" tukas Aretha setelah dia keluar dari bilik kamar mandi. Dia melirik ke arah dua wanita cantik itu yang melongo melirik ke arah Aretha.

"Sok, tahu kamu!"

"Aku tahu karena dulu Tuan Andrea dan Pak Dewa itu senior saya di kampus." Aretha langsung pergi setelah selesai mencuci tangannya di wastafel. Tanpa menunggu ucapan dari kedua wanita cantik itu, Aretha langsung pergi dari toilet.

"Retha, dari mana?" tanya Yuli saat berpapasan di jalan.

"Dari toilet, Li. Kamu mau ke mana?"

"Biasa ada anak baru. Aku mau interview dulu ya!"

"Iya, semangat ya, Li!"

"Siap, Bu Direktur!" canda Yuli seraya berlalu pergi.

Aretha hanya tersenyum mendengar candaan dari sahabatnya. Dia jadi berpikir, mungkin saat nanti dia menikah dengan Sadewa, tidak akan ada lagi yang merendahkannya dan melihat dia hanya dengan sebelah mata.

Baiklah, aku akan mengiyakan ajakan Bang Dewa. Tidak enak juga dituduh yang tidak-tidak. Bismillah aja, semoga keputusan aku yang terbaik untuk masa depan aku, batin Aretha.

Wanita cantik itu melangkahkan kakinya menuju ke meja kerjanya. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. Ada kelegaan di hatinya saat dia memutuskan untuk menerima Sadewa.

"Mbak Retha, sepertinya lagi bahagia. Dari tadi tersenyum terus," tegur Mira yang datang ke meja Aretha.

"Eh Mira, bikin kaget saja. Ada apa, Mir?" tanya Aretha seraya melihat ke arah Mira.

"Anu Mbak, Minggu depan aku mau nikah. Ini undangan buat Mbak Retha." Mira memberikan kartu undangan yang dia simpan di kantong plastik.

"Selamat ya, Mira. Mau nikah di mana? Di kampung apa di sini?"

"Di kampung, Mbak."

"Kenapa kamu memutuskan menikah muda? Memangnya tidak ingin menikmati masa muda dulu?"

"Aku takut khilaf, Mbak. Aku dan sama-sama kerja di sini. Daripada nanti kami khilaf dan berbuat dosa besar, lebih baik nikah muda. Katanya lebih seru pacaran setelah menikah loh, Mbak."

"Kamu benar Mira. Ternyata pikiran kamu sudah dewasa. Meskipun umur kamu terbilang masih sangat muda untuk menikah."

"Kepahitan hidup yang membuat seseorang cepat dewasa, Mbak."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2023-12-28

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BETUL SEKALI.... KRN DI ISLAM, SBENARNYA DIHARAMKN PACARAN...

2023-12-28

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BETUL, BUAT APA DILADENIN ORG2 JULID...

2023-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!