Bab 17 Mau apa ke penghulu?

Menyandang status janda, membuat Aretha semakin menjaga jarak dengan kaum Adam. Dia tidak ingin karena statusnya itu, orang beranggapan miring kepadanya. Mungkin hanya Sadewa yang berani mendekatinya secara pribadi. Seperti saat ini, laki-laki itu tiba-tiba saja datang ke kontrakan Aretha tanpa memberi tahu dulu.

Tok ... tok ... tok ....

Sadewa terus saja mengetuk pintu kontrakan Aretha. Tidak berapa lama kemudian, pintu kontrakan itu terbuka perlahan. Aretha hanya menyembulkan kepalanya, melihat siapa yang bertamu di hari sabtu sore.

"Loh, Bang. Sebentar ya! Aku ganti baju dulu. Habis benerin kran air yang bocor, jadinya basah semua," ucap Aretha.

"Ya sudah ganti baju saja dulu, nanti Abang benerin keran airnya."

"Iya, Bang. Aku tutup dulu ya!" Aretha segera menutup kembali pintu kontrakannya. Tidak mungkin dia membiarkan Ringgo melihatnya dalam keadaan basah kuyup dan lekuk tubuhnya tercetak jelas. Bisa-bisa akan mengundang syahwat Sadewa.

Sementara Sadewa hanya tersenyum tipis. Dia merasa lucu saat tadi melihat wajah Aretha dengan tetesan air di wajahnya. Pria tampan itu memilih duduk di pagar pembatas teras Aretha dengan tetangga kontrakannya.

"Dia semakin cantik saja," gumam Sadewa.

Tidak berapa lama kemudian, Aretha keluar dengan baju yang terlihat rapi. Tidak ketinggalan dengan hijab yang menutupi kepalanya. Dia tersenyum hangat pada Dewa yang sedang asyik bermain ponsel seraya menunggunya.

"Bang, silakan masuk!" ujar Aretha dengan membuka pintu kontrakannya lebar-lebar.

"Abang lihat krannya dulu. Biar nanti tinggal beli bahan yang diperlukan."

"Itu, Bang. Sebenarnya sudah ada kran barunya, tapi pasang malah longgar."

"Pake selotip gak?"

"Emang harus ya!"

"Iya Retha. Selotip khusus untuk kran. Ya sudah kita ke toko bangunan dulu buat beli selotip, sekalian beli makan. Bukankah di depan ada swalayan bahan bangunan?"

"Iya, Bang. Di dekat pertigaan."

Keduanya pergi ke toko bahan bangunan. Mencari apa yang Aretha butuhkan. Setelah mendapatkan semuanya, mereka pergi mencari penjual sate.

"Retha, dibungkus saja ya! Abang ingin makan di kontrakan kamu saja. Abang tunggu di sini saja." Sadewa mengambil dompetnya dan mengeluarkan lembaran uang berwarna pink. Dia pun memberikannya pada Aretha.

"Aku ada kho, Bang."

"Ambil saja, kalau jalan sama Abang, kamu tidak boleh mengeluarkan uang. Biar Abang yang bayar semuanya karena Abang laki-laki yang harus bertanggung jawab pada wanitanya."

Wanitanya? Apa maksud Bang Dewa? Apa mungkin dia menganggap kalau aku ....

"Retha, kenapa melamun?" tanya Sadewa yang sukses mengagetkan wanita cantik itu.

"Enggak kho, Bang. Aku keluar dulu ya!" sahut Aretha seraya keluar dari mobil.

Sadewa hanya tersenyum tipis melihat kepergian Aretha. Sementara wanita cantik itu terlihat terburu-buru keluar dari mobil Sadewa. Sampai-sampai dia hampir menabrak Anita yang baru keluar dari kedai sate bersama dengan seorang laki-laki muda.

"Hati-hati dong, Mbak! Jalan kho buru-buru amat," gerutu Anita mendelik tidak suka pada Aretha.

"Maaf, Mbak Nita. Saya tadi tidak melihat kalau Mbak Nita mau keluar. Mbak dengan siapa?" Aretha celingukan mencari keberadaan Ringgo.

"Ngapain kamu cari suami aku? Kamu jangan coba-coba mendekati Mas Ringgo kalau tidak mau di-cap pelakor karena sekarang hanya aku yang menjadi istrinya."

"Mbak Nita tenang saja, aku tidak ada niat untuk kembali dengan Mas Ringgo. Kalau memang aku masih mengharapkan dia, untuk apa menggugat cerai kemarin. Mbak Nita tenang saja, aku tidak akan pernah menjadi orang ketiga dalam pernikahan Mbak Nita dan Mas Ringgo."

"Baguslah kalau tahu diri. Seharusnya dari awal kamu begitu, sehingga tidak perlu merasakan sakitnya dimadu. Salah kamu juga sih, kenapa jadi wanita kho mandul. Ayo Dek kita pergi!" ajak Anita pada laki-laki yang usianya lebih muda dari dia.

Sementara Aretha hanya tersenyum samar dengan kelakuan mantan madunya. Beruntung saja Aretha sudah berpisah dengan Ringgo. Kalau masih bersama, pasti akan menambah daftar luka hatinya.

Dia pun segera memesan sate dan sop kambing yang ingin dibelinya. Setelah mendapatkan semua makanan yang diinginkannya, Aretha segera kembali masuk ke dalam mobil Sadewa.

"Bang, jendelanya dibuka saja ya! Biar bau satenya keluar."

"Iya! Tadi ngobrol dengan siapa di depan?" tanya Sadewa seraya menyimpan ponselnya dan bersiap melajukan mobilnya.

"Oh, yang tadi itu istrinya Mas Ringgo. Bukankah Abang pernah bertemu di supermarket. Waktu kita sedang antri di kasir."

"Oh, cewek songong itu ya! Apa dia berkata yang tidak-tidak. Tadi mau menghampiri kalian, Andrea sedang menelpon. Aku tidak bisa memutuskan sambungan telepon dari dia. Bisa-bisa nanti orangnya ngamuk."

"Gak apa, Bang. Aku bisa mengatasinya sendiri kho. Bukan masalah yang sulit buat aku."

"Syukurlah! Kamu memang wanita yang tegar. Aku semakin kagum sama kamu Retha. Rasanya aku ingin cepat-cepat membawa kamu ke penghulu."

"Mau apa ke penghulu?"

"Hanya mau tanya, kira-kira menikah dengan wanita cantik yang bernama Aretha Fortuna itu harus dirayakan dengan meriah atau cukup syukuran biasa saja."

"Syukuran biasa saja, upss!" Aretha langsung menutup mulutnya sendiri karena malu dia sudah keceplosan.

"Serius, hanya syukuran biasa saja? Kenapa tidak ingin meriah? Biasanya para kaum hawa selalu ingin pernikahan meriah."

"Aku tidak mau, Bang. Karena setahu aku, sebaik-baik wanita ialah yang paling murah maharnya."

"Abang jadi ingin cepat-cepat menghalalkan kamu." Sadewa langsung menyalakan mobilnya dan membawanya menuju ke kontrakan Aretha.

"Abang, bisa saja becandanya."

"Abang serius kho!"

"Aku masih masa iddah. Tidak mungkin bisa menikah secepat itu."

"Abang akan menunggunya. Menunggu sampai kamu siap untuk membuka lembaran baru dengan cerita cinta yang baru."

Apa aku harus mengiyakannya? Kata orang, obat mujarab untuk hati yang terluka adalah hati yang baru agar proses penyembuhannya cepat. Bang Dewa juga sudah sangat baik sama aku. Kehadirannya, perhatiannya membuat aku bisa dengan cepat bisa bangkit lagi dari keterpurukan .

"Retha, kenapa melamun? Kamu tenang saja, Abang tidak akan mendesak kamu untuk secepatnya menyetujui keinginan Abang. Kita jalani saja dulu sampai kamu benar-benar siap untuk menikah lagi."

"Iya, Bang. Makasih udah ngertiin aku!"

"Ayo turun! Kita sudah sampai di kontrakan kamu," Sadewa langsung turun dari mobilnya, diikuti oleh Aretha.

Mereka pun langsung menyantap makanan yang tadi dibelinya. Setelah selesai menikmati makan malamnya, Sadewa segera membetulkan kran air Aretha yang bocor. Tidak butuh waktu lama, keran air itu diganti oleh Sadewa.

"Abang ternyata bisa juga ganti kran air. Aku pikir kalau seorang direktur gak akan bisa melakukan hal seperti itu," ucap Aretha.

"Direktur juga manusia. Lagipula, Abang bukan orang berada sedari lahir. Seandainya tidak bersahabat baik dengan Andrea, mungkin Abang hanya karyawan biasa di perusahaan. Apa yang Abang miliki sekarang, berkat campur tangan Andrea. Makanya Abang selalu mengalah sama dia karena dia sudah berjasa banyak untuk hidup Abang."

"Aku jadi ingin bertemu dengan istrinya Tuan Andrea. Pasti dia seorang istri yang hebat. Bukankah di belakang laki-laki yang sukses, ada istri yang hebat?"

"Kamu benar, seperti kamu yang selalu menjadi penyemangat buat Abang."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BUAT HALALIN LO RETHA, GITU AZA GK NGEH....😁😁😁😁

2023-12-28

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

ADEKNYA NITA, ATAU BRONDONG SLINGKUHAN NITA TUHHH

2023-12-28

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JIAHHH TYPO THOR, DEWA, BUKAN RINGGO..

2023-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!