Jangan Aretha! Jangan mau diajak tidur oleh dia. Nanti kamu akan semakin sulit melupakannya, batin Aretha.
"Retha, kenapa diam saja?" tanya Ringgo saat Aretha tidak menanggapi ucapannya.
"Mas, aku minta maaf! Aku ... aku sedang halangan. Maaf, Mas aku tidak bisa memenuhi kewajiban aku sebagai istri Mas."
"Jangan berbohong, Retha! Kita masih pasangan suami istri. Meskipun kita tidak bertemu beberapa bulan, tapi kamu masih menjadi istriku."
"Aku tahu, tapi keadaan aku tidak memungkinkan untuk melayani Mas di tempat tidur. Please sedikit mengerti, Mas."
"Baiklah! Aku tidak mungkin memaksa orang yang hatinya sudah berpaling. Apa kamu sudah menjalin hubungan dengan Dewa?"
"Tidak Mas! Bang Dewa menjadi direktur di tempat kerjaku. Oh iya, selamat Mas, sekarang sudah menjadi manager. Kemarin Mbak Anita bercerita banyak soal Mas dan anak kalian. Aku ikut senang mendengarnya."
"Kapan kamu bertemu Anita?" tanya Ringgo dengan menatap dalam Aretha.
"Beberapa hari yang lalu. Mas, ayo kita pulang. Aku harus tidur cepat karena besok harus bangun pagi-pagi." Aretha langsung bangun dari duduknya.
Namun secepat kilat Ringgo menarik tangan wanita cantik itu hingga terjatuh ke pangkuannya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Ringgo langsung meraup bibir merah jambu itu. Aretha berusaha melepaskan diri. Tapi Ringgo semakin memperdalam ciumannya.
"Ehm ... apa acara perpisahannya sudah selesai?" tanya Sadewa di ambang pintu.
Seketika Ringgo langsung melepaskan Aretha. Wanita cantik itu pun segera membereskan bajunya yang berantakan akibat ulah calon mantan suaminya itu. Dia langsung berlari dari ruangan itu karena merasa malu ketahuan oleh Sadewa.
"Ck! Kedatangan kamu tidak tepat waktu, Dewa. Aku sedang melepas rindu dengan istriku." Ringgo berdecih sebal karena merasa terganggu oleh Sadewa.
"Ringgo Ringgo ... Apa kamu tidak puas dengan istrimu di rumah? Sampai memaksa Aretha untuk melayani kamu? Sudahlah! Aku akan menuntut kamu di pengadilan." Sadewa langsung pergi meninggalkan Ringgo. Dia sengaja kembali ke sana saat mendengar suara-suara aneh dari alat penyadap yang dia simpan di bawah meja. Setelah dia membayar semua pesanan makanan, barulah Sadewa menemui Aretha yang sedang berjongkok di samping mobilnya.
"Retha, kamu tidak apa-apa?" tanya Sadewa seraya membangunkan Aretha.
"Tidak, Bang! Aku ... aku kaget dengan sikap Mas Ringgo. Dia tidak pernah memaksa aku tapi tadi ...."
"Sudahlah lupakan! Setiap orang pasti akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Entah itu dari sikap, cara pandang dia, perasaannya dan yang terlihat jelas pasti fisiknya." Sadewa membukakan pintu dan menyuruh Aretha untuk masuk.
"Abang benar, kehidupan manusia tidak mungkin konstan. Pasti akan berubah. Begitu juga dengan perasaan seseorang. Mungkin sekarang perasaan Mas Ringgo pun sudah mulai berubah sama aku."
***
Setelah pertemuan itu. Sadewa pun membuktikan ucapannya. Dia tidak tanggung-tanggung untuk membantu Aretha. Bahkan, Sadewa meminta pengacara terbaik yang dimiliki perusahaan tempatnya bekerja untuk membantu proses perceraian Aretha. Hingga hanya butuh waktu sekitar kurang lebih dua bulan, palu persidangan itu diketuk oleh hakim.
Terlihat di sana, Ringgo meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Aretha yang sedari tadi terus menunduk. Meskipun benar dia yang menginginkan perceraian itu. Akan tetapi, hati kecilnya tidak dapat dia bohongi kalau sebenarnya Aretha juga sangat sedih harus berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai.
"Retha, meskipun sekarang kita sudah bercerai, Mas harap kita tidak akan putus silaturahmi. Datang saja ke Mas jika kamu membutuhkan bantuan," ucap Ringgo setelah dia duduk di samping Aretha.
Wanita cantik itu memaksakan tersenyum sebelum dia berbicara. "Makasih Mas. Jaga diri Mas baik-baik! Jangan lupa sedia salep alergi, jika sewaktu-waktu alergi dingin Mas kambuh. Terima untuk semua waktu dan kenangan indah kita."
"Kamu juga jaga diri. Jangan lupa makan, sehancur apa pun hati kita. Semua kenangan indah kita akan selalu Mas kenang di sepanjang hidup Mas. Hanya kamu wanita terbaik yang pernah Mas miliki. Maafkan Mas, Retha. Maafkan Mas atas semua luka yang pernah kamu dapatkan selama pernikahan kita. Maafkan Mas tidak bisa menjadi suami yang baik untuk kamu."
"Aku sudah mengikhlaskan semuanya, Mas. Semoga kita bisa mendapatkan kebahagiaan dengan pasangan kita yang baru. Aku pergi dulu, semoga Mas dan Mbak Anita selalu bahagia bersama anak kalian." Aretha pun segera bangun dari duduknya.
Baru saja dia melangkah hingga ke pintu keluar pengadilan, Ringgo segera mengejarnya dan memeluk mantan istrinya dari belakang. Sungguh hatinya terasa sangat sakit karena harus kehilangan wanita yang sangat dicintainya. Yang lebih sakit lagi, Aretha pergi karena kesalahannya yang tidak bisa bersikap adil pada istri dan ibunya.
"Sebentar Retha, ijinkan Mas memeluk kamu untuk yang terakhir kalinya."
Tidak ada sahutan dari Aretha. Dia hanya memejamkan mata dengan air mata yang bercucuran. Bukan hanya Ringgo yang merasa saat mereka harus berpisah, dia pun merasakan hal yang sama seperti yang Ringgo rasakan.
"Mas, aku sudah ditunggu Bang Dewa. Maafkan aku, jika harus pergi."
Perlahan Ringgo pun melepaskan pelukannya. Dia hanya menatap dalam kepergian wanita yang dicintainya. Meskipun benar dia dan Anita sudah melakukan hubungan suami-istri pada umumnya tapi nama Aretha masih memenuhi isi hatinya.
Sementara Aretha segera menghampiri Yuli dan Sadewa yang sedang menunggunya. Dia langsung memeluk sahabatnya dan menangis tersedu dalam pelukannya. Setelah puas mencurahkan kesedihannya, barulah dia melepaskan diri dari Yuli.
"Sabar ya! Semoga ini menjadi awal kebahagiaan kamu," ucap Yuli seraya mengelus punggung sahabatnya.
"Makasih, Li. Padahal aku yang menginginkan perceraian ini, tapi hatiku terasa sangat sakit."
"Retha, kamu jangan khawatir! Aku akan mengganti setiap kesedihan kamu dengan kebahagiaan," ucap Sadewa yang sedari tadi menjadi penonton.
"Terima kasih, Bang untuk semuanya. Aku tidak mungkin bisa membalas semua kebaikan Abang."
"Cukup dengan kamu selalu tersenyum dan bahagia berada di sisi Abang."
"Aciee Retha ... sudah ada yang siap jadi pengganti Ringgo nih," goda Yuli untuk mencairkan suasana.
"Kamu bisa saja, Yuli. Do'akan ya agar aku dan Retha bisa bersama. Ayo kita pulang! Yuli, hubungi suami kamu, kenapa dia belum kembali dari toilet? Padahal sudah lama lho."
"Astaga iya, Pak. Aku susul dulu ke toilet, dari awal persidangan sampai sekarang sudah berakhir masih belum juga kembali." Yuli pun segera beranjak pergi menyusul suaminya. Hingga sampai di toilet, dia celingukan mencari keberadaan Firman.
"Mas .. Mas Firman dimana?" teriak Yuli.
"Mas di toilet Yul. Perut Mas sakit sekali. Dari tadi keluar masuk toilet terus."
"Ya ampun, Mas. Ayo kita ke dokter! Kenapa tidak menelpon aku?"
"Ponsel Mas ketinggalan di mobil. Tolong belikan obat dan celana ganti. Celana Mas kecipratan cipirit."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DEWA DTG DI WAKTU YG TEPAT.. KLO GK, DPT TU RINGGO SETUBUHI ARETHA
2023-12-27
1
Sulaiman Efendy
ANJRITTTTT😂😂😂😂😂😂
2023-12-27
1
Sri Sulis
adoohhhh firman Eneng Eneng wae ....utk mengecoh yg lg bucin sm Retha ya
2023-06-19
0