"Bang, aku ... aku takut Mas Ringgo tidak mau menceraikan aku. Sebenarnya ... dulu aku pernah meminta dia untuk berpisah, tapi Mas Ringgo menolaknya. Kalau masalah dulu, aku masih bisa memaafkan karena bukan dia yang bersalah. Tapi untuk yang sekarang, aku tidak bisa kembali sama dia."
"Retha, aku pikir pernikahan kamu dan Ringgo selalu baik-baik saja karena aku tahu kalau Ringgo sangat mencintai kamu. Begitu juga dengan kamu, yang aku lihat kamu menggantungkan seluruh harapan kamu pada dia."
"Awalnya memang baik-baik saja sebelum aku dan Mas Ringgo pulang kampung. Tapi ... sudahlah Bang! Aku tidak ingin mengingatnya lagi. Aku ingin mengikhlaskan semua yang telah terjadi."
"Aku mengerti! Retha, Abang pulang dulu. Takut digrebek warga karena sudah jam 21:00. Kapan-kapan kita makan-makan di rumah Abang. Biar tidak sepi seperti di pemakaman."
"Memang istri Abang ke mana?"
"Tidak ada, assalamu'alaikum." Sadewa langsung pergi dari rumah kontrakan Aretha. Pria tampan itu tidak lupa menyapa tetangga kontrakan Aretha yang sedang berkumpul di depan toko pemilik kontrakan. Mereka pun tidak ada yang berani usil jika orang yang bertamu bersikap sopan pada penghuni kontrakan yang lainnya.
Sementara Aretha langsung membereskan kontrakannya sebelum dia tidur. Wanita cantik itu hanya tersenyum getir saat teringat semasa dia di kampung halaman suaminya. Sikap ibu mertuanya yang otoriter, senang sekali mengatur kehidupan anaknya.
Flashback on
"Mas, batuk aku gak berhenti. Bisa antar aku ke dokter?" Aretha terlihat kelelahan dengan batuk yang terus-menerus.
"Retha, obat dari puskesmas sudah diminum belum?" tanya Ringgo yang baru saja pulang dari kandang.
"Sudah, Mas. Tapi batuknya tetap saja tidak mau berhenti."
"Halah manja banget, batuk segitu saja minta ke dokter. Kamu tuh harus tahu diri, gak usah manja. Sudah berobat ke puskesmas ya sudah, ngapain harus pergi ke dokter juga. Hanya ngabisin duit, jadi istri harus sadar diri, harus bisa menyesuaikan dengan penghasilan suami kamu. Apa kamu lupa kalau Ringgo hanya jadi honorer?" serobot Bu Lela yang tiba-tiba saja masuk ke rumah anaknya, "Sudah Ringgo, tidak usah dituruti keinginan istri kamu itu. Sudah menghabiskan uang banyak untuk operasi kista. Sekarang minta ke dokter segala."
"Maaf, Bu! Bukan keinginan aku untuk sakit, tapi ...."
"Tapi tapi ... dasar orang miskin, hidupnya menyusahkan saja. Kamu juga Ringgo, cari istri asal cantik saja. Percuma dia cantik kalau tidak punya apa-apa. Kenapa juga, aku punya menantu seperti dia? Tidak tahu diuntung." Bu Lela kembali pulang ke rumahnya. Tadinya dia ingin menyuruh Aretha untuk membereskan rumahnya tapi dia mendengar menantunya itu merengek ingin ke dokter.
Aretha hany menundukkan kepalanya dengan sesekali batuk. Air matanya tak tertahan untuk untuk menetes membasahi pipi mulusnya. Ringgo pun hanya bisa merengkuh tubuh wanita yang dicintainya dan mendekap erat.
"Mas, jika memang kehadiran aku hanya menyusahkan saja. Mas boleh menceraikan aku dan mengembalikan aku pada paman. Aku memang orang gak punya tapi aku juga tidak mau jika aku menjadi beban hidup Mas."
"Jangan bicara begitu, Retha! Sampai kapan pun Mas tidak akan menceraikan kamu. Mas sangat mencintai kamu. Mas minta, kamu jangan memasukkan ke hati ucapan ibu karena tabiat ibu memang seperti itu. Kalau bicara tidak pernah dipikir dulu."
"Mas, bagaimana kalau ibu menyuruh Mas untuk menceraikan aku? Apa Mas akan menurut pada ibu atau mempertahankan pernikahan kita."
"Mas akan mempertahankan pernikahan kita. Tapi Mas mohon, jangan terpengaruh dengan ucapan ibu! Hal buruk apa pun yang dia katakan, jangan kamu masukkan ke hati. Kita sebagai anak tidak mungkin jika harus melawan ibu. Lebih baik kita menghindari perdebatan dengan ibu."
Flashback off
"Aku selalu menghindari perdebatan dengan ibu dan sekarang aku memilih untuk menyerah. Maafkan aku, Mas! Meskipun mungkin aku tidak bisa melupakan Mas, tapi berpisah lebih baik untuk kewarasan jiwaku," gumam Aretha pelan.
Keesokan harinya, Aretha berangkat kerja seperti biasanya. Hari ini dia sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar Sadewa tidak usah menjemputnya. Dia memilih ikut dengan bus karyawan. Meskipun harus berjalan lumayan jauh ke jalan raya.
Siapa sangka, dia melihat Ringgo membonceng istrinya. Aretha hanya bisa tersenyum samar dengan dada yang terasa sesak. Saat melihat Anita memeluk mesra suaminya. Ringgo pun seperti tidak terganggu dengan apa yang dilakukan oleh istri keduanya.
Posisi aku sudah benar-benar tergantikan. Tapi biarlah, mungkin jodoh kita hanya sampai di sini, Mas. Aku akan bicara dengan Bang Dewa, agar dia menemani aku untuk bertemu dengan Mas Ringgo.
"Loh Mbak Aretha, tumben naik jemputan?" tanya salah satu anak gudang.
"Eh iya, Mira tinggal di daerah sini juga?" Aretha balik bertanya ran berusaha tersenyum pada gadis yang baru lulus sekolah SMA itu.
"Iya, Mbak. Aku di belakang pasar ini, berdua dengan temanku. Kalau Mbak Aretha di sebelah mana?"
"Saya di belakang. Bukankah yang itu jemputannya?"
"Iya, Mbak! Ayo kita naik!" ajak Mira seraya menarik tangan Aretha. Keduanya pun mencari tempat duduk yang kosong. "Mbak kalau besok mau naik jemputan lagi kita bareng lagi ya, Mbak. Aku belum banyak teman di sini."
"Iya Mira, makasih ya mau temenan sama Mbak."
"Loh, kho makasih sih Mbak. Aku malah seneng loh bisa kenal dekat dengan Mbak Retha. Kalau di gudang suka malu mau menyapa duluan."
"Kenapa harus malu?"
"Karena Mbak Retha kan temannya orang office semua. Aku takut Mbak Retha gak mau diajak ngobrol."
"Kamu tuh belum nyapa sudah su'udzon duluan. Aku hanya orang biasa, hanya saja dikelilingi oleh orang-orang hebat. Mungkin nanti kamu juga akan jadi orang hebat karena berada di sekeliling aku," ucap Aretha seraya tersenyum manis pada Mira.
"Aamiin."
Obrolan keduanya terhenti saat bus yang mereka tumpangi sudah memasuki area parkiran perusahaan. Mereka pun berpisah karena mesin absen untuk karyawan dan staf berada di tempat yang berbeda. Aretha langsung menuju ke meja kerjanya setelah dia melakukan absensi dengan mesin pemindai sidik jari.
"Loh Aretha! Kamu sudah datang?" tanya Sadewa kaget. Pria tampan itu terlihat kusut saat berpapasan dengan Aretha di lobby perusahaan.
"Iya, Bang. Apa Bang Dewa menginap di sini?"
"Iya, semalam ada sedikit masalah jadinya aku langsung ke sini sepulang dari kontrakan kamu. Aku mau cari sarapan dulu untuk Andrea. Dia masih sibuk di ruang komputer."
"Apa masalahnya berat, Bang?"
"Ada yang mau menerobos situs web perusahaan. Kamu jangan kaget kalau hari ini banyak orang ganteng datang ke sini. Mereka mau membuat pengamanan untuk semua komputer yang ada di sini."
"Semoga masalahnya cepat selesai, Bang. Aku ke ruanganku dulu." Aretha tersenyum sebelum dia berlalu pergi.
Bang Dewa pasti sangat sibuk. Lebih baik aku menunggu waktu saat dia lengang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BUKTINYA LO SLALU TURUTI UCAPAN IBU LO, DN TDK BSA BELA RETHA DIDEPAN IBU LO..
2023-12-27
1
auliasiamatir
setuju
2023-07-15
1
Yuli Yulianti
semakin kuat Aretha untuk berpisah darimu Ringgo setelah melihat Mu dgn istri br mu ..
2023-06-15
0