Tidak seperti biasanya, rumah kontrakan Aretha malam terasa hangat. Yang biasanya selalu sepi kini terdengar gelak tawa. Ya, bukan hanya Sadewa yang makan malam di kontrakan wanita cantik itu. Akan tetapi, Yuli dan suaminya pun diajak makan malam bersama. Aretha tidak ingin ada fitnah jika dia hanya berdua dengan Sadewa di rumah petak itu.
Pembawaan Sadewa yang mudah bergaul dengan orang baru yang dikenalnya, membuat dia dan Firman-suaminya Yuli terlihat cepat akrab. Kedua lelaki itu terlibat obrolan seru saat Aretha dan Yuli memasak di dapur yang hanya berukuran 1,5x2 meter itu.
"Retha, tumben Mas Firman mau ngobrol banyak dengan Pak Dewa. Padahal dia orangnya termasuk pilih-pilih kalau mengobrol," bisik Yuli pelan seraya menggoreng kentang.
Aretha hanya tersenyum tipis mendengar ucapan sahabatnya. "Mungkin Bang Dewa masuk dalam kategori orang yang nyaman diajak berbicara."
"Pak Dewa emang orangnya menyenangkan. Makanya di kantor banyak yang mengidolakan dia. Aku hanya pesan sama kamu, tidak usah diladeni jika ada berbicara kurang enak didengar. Soalnya sudah menjadi rahasia umum, para gadis dan janda saling berebut perhatian Pak Dewa. Kamu salah orang beruntung karena mendapatkan perhatian dari dia."
"Yuli, apa Bang Dewa sudah menikah?"
"Aku tidak tahu kalau soal itu. Tapi aku tidak pernah melihat dia dekat dengan gadis mana pun."
"Apa kamu mulai bisa menerima dia?"
"Aku belum bisa menyimpulkan tapi aku merasa nyaman berada di dekat Bang Dewa. Hanya saja, Mas Ringgo tidak mau menceraikan aku. Tadi saat di supermarket, aku bertemu dengan istri keduanya."
"Lalu-lalu ... dia bicara apa sama kamu?" Yuli terlihat lebih mendekat ke arah Aretha yang sedang memasak gulai kambing.
Aretha pun menceritakan semua yang dia bicarakan bersama dengan Anita. Tidak ada yang ditambah maupun dikurangi. Aretha bicara apa adanya.
"Gila tuh istri Ringgo, lagi hamil saja mulutnya gak bisa dijaga. Gimana kalau nanti anaknya kenapa-napa." Yuli terlihat kesal mendengar apa yang Aretha katakan.
"Hush ... gak boleh gitu! Biarkan saja dia mau bicara apa. Toh manusia pasti akan menuai hasil perbuatannya sendiri."
"Ampun Aretha, kamu tuh gak ada niat gitu buat balas sakit hati kamu sama mereka. Mendengar semua cerita kamu, aku yang gedeg tahu. Sudahlah Retha, kamu gak usah pedulikan lagi mereka. Kalau Ringgo tidak mau menceraikan kamu, bukankah kamu bisa menggugat cerai dia?"
"Memang bisa, tapi waktu kemarin aku pergi dari rumah. Uangku tidak akan cukup untuk biaya hidup di sini kalau aku pakai untuk menggugat cerai. Makanya aku hanya menandatangani surat yang aku minta dari teman yang kebetulan bekerja di pengadilan negeri. Aku pikir, Mas Ringgo mau menerima keputusan aku untuk pisah dari dia karena sekarang dia sudah memiliki istri baru."
"Mana mau dia berpisah sama kamu. Aku tahu dia cinta banget sama kamu tapi dia tidak bisa adil sama kamu. Dari sudut pandang aku, Ringgo terlalu menurut pada ibunya. Meskipun benar anak laki-laki itu milik ibunya. Tapi tidak seharusnya juga seorang ibu ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya. Apalagi, menjadikan menantunya sebagai pembantu. Itu namanya dzolim!"
"Siapa yang dzolim, Sayang?" tanya Firman tiba-tiba.
"Tidak ada, Mas! Masakannya sebentar lagi matang, tolong beliin minuman dingin ya Mas. Aku kho haus sekali," kelit Yuli.
"Retha mau sekalian juga?"
"Iya, Mas. Retha kalau ditawari pasti jawabannya gak mau. Mending kita langsung beliin aja."
"Kamu tuh Li suka bener." Aretha tersenyum tipis mendengar ucapan sahabatnya. Dia memang merasa segan pada suami Yuli.
"Baiklah, Mas ke warung dulu. Ada lagi yang ingin dibeli?" tanya Firman sebelum dia beranjak pergi.
"Sudah Mas cukup!" sahut Yuli.
Firman pun langsung pergi menuju ke waring pemilik kontrakan. Sementara Aretha dan Yuli segera menyelesaikan masakannya. Setelah semuanya siap dihidangkan, kedua sahabat itu segera menyajikannya di atas karpet spon.
Dewa yang sedang menelpon, hanya tersenyum melihat Aretha menyajikan makanan di depannya. Dia masih serius mendengarkan ucapan lawan bicaranya di seberang sama. Hingga akhirnya Sadewa menutup sambungan teleponnya.
"Aromanya wangi sekali, kalian pintar sekali memasak." Sadewa tersenyum hangat pada kedua wanita cantik itu.
"Aretha yang pintar masak, Pak. Aku hanya membantu sedikit," sanggah Yuli.
"Bu Yuli, sepertinya seru jika nanti kita adakan lomba memasak saat gathering perusahaan. Nanti juri istri Tuan Andrea. Beliau pintar masak dan rasanya pun selalu pas di lidah."
"Wah boleh tuh, Pak. Nanti akan saya agendakan."
Saat Yuli baru selesai bicara, suaminya datang dengan satu kantong minuman dingin. Firman memberikan pada istrinya seraya tersenyum manis. "Ini minumannya, Sayang."
"Makasih, Mas. Tapi kita makan dulu yuk! Biar tidak keburu dingin."
Mereka pun segera menikmati hidangan makan malam. Lagi-lagi Sadewa tersenyum manis menikmati makan malam bersama dengan wanita yang dicintainya. Rasanya dia ingin cepat-cepat menghalalkan Aretha.
"Rasanya sama persis dengan saat dulu semasa kuliah. Makasih Retha untuk makan malam hari ini," ucap Sadewa saat dia sudah selesai menikmati makan malamnya.
"Sama-sama, Mas! Terima kasih juga dibelanjain. Aku hanya masakin, semua bahan kan mas yang beliin."
"Meskipun Mas yang beli, tapi rasanya tidak akan seenak ini kalau bukan kamu yang masak."
"Ehm ... Pak Dewa, Retha, aku dan Mas Firman pulang dulu ya! Kasian anakku sudah menunggu. Lagian, perut aku sudah kenyang. Makanya, lebih baik aku pulang saja. Tinggal bobo cantik sambil pelukan," pamit Yuli. Dia menjadi tidak enak hati saat melihat tatapan penuh cinta Sadewa pada sahabatnya.
"Iya gak apa. Hati-hati di jalan ya!" sahut Aretha seraya tersenyum manis.
"Mari Pak Dewa, Retha, saya permisi!" Firman pun ikut berpamitan.
"Iya, Mas. Terima kasih audah berkunjung ke sini." Aretha pun mengantarkan sahabatnya sampai ke mobil mereka.
Setelah kepergian Yuli dan suaminya, Sadewa pun segera mendekat ke arah Aretha. Dia ingin sekali menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dengan hati-hati Sadewa berbicara.
"Retha, apa benar kamu belum bercerai dari Ringgo."
"Aku tidak tahu, Bang! Kata istri keduanya, surat perceraian yang aku tanda tangani dulu sudah disobek oleh Mas Ringgo."
"Retha, aku tidak akan menyuruh kamu untuk bercerai dengan Ringgo dan aku pun tidak akan menyuruh kamu untuk bertahan di sisinya. Tapi jika kamu memang ingin berpisah dari Ringgo aku bisa membantu kamu."
"Aku yakin untuk berpisah dari Mas Ringgo. Apalagi, sekarang istri keduanya sedang hamil. Sudah pasti Mas Ringgo akan lebih memilih dia dibandingkan dengan aku."
"Apa kamu sudah siap untuk bertemu dengan Ringgo? Aku tahu di mana dia tinggal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
lanjut thor
2023-06-13
3
༄༅⃟𝐐AzzaDzaky
Lanjut akak othor...semangat
2023-06-13
2
Ana_Mar
diam2 dewa awasi gerak gerik ringgo...
retha biar dewa yg bantu kamu selesaiin masalah kalian.
2023-06-13
2