Perlahan tapi pasti kehadiran Sadewa di dalam hidup Aretha membuat rasa sakit hati yang wanita cantik itu rasakan, sedikit demi sedikit menjadi terkikis. Apalagi sikap lembut Sadewa yang memperlakukan Aretha layaknya seorang ratu, mampu menggeser posisi Ringgo dengan perlahan. Meskipun demikian, hubungan mereka selalu dalam batas koridor kesopanan. Sekali pun Sadewa tidak pernah melakukan hal yang melebihi batas norma yang berlaku di masyarakat.
Seperti saat ini, Sadewa mengantar Aretha ke kontrakannya. Pria tampan dan mapan itu, ingin mencicipi masakan Aretha yang sudah lama tidak dia rasakan. Mereka pun terlebih dahulu mampir ke supermarket yang terletak di antara kontrakan Aretha dan juga perusahaan tempat mereka bekerja.
"Retha, Abang ingin makan gulai kambing. Kamu pilihkan daging yang masih segar ya! Sama satu lagi sambal goreng ati. Abang suka kangen dengan sambal goreng ati buatan kamu."
"Baik, Bang!" sahut Aretha tersenyum.
Dia jadi teringat saat dulu sering masak di apartemen Sadewa karena memang Ringgo dan Sadewa tinggal di apartemen yang sama. Setiap mereka libur kerja dan kuliah, pasti Aretha diminta datang untuk memasak oleh Ringgo. Tentu saja, Sadewa pun ikut makan masakan Aretha karena mana mungkin dia dan Ringgo tidak mengajak makan bersama pada si pemilik apartemen.
"Retha, Abang ke sana dulu ya! Mau lihat-lihat barang elektronik. Gak apa kan pilih sayur dan daging sendiri?"
"Gak apa, Bang. Aku udah biasa kho, melakukan apa-apa sendiri. Aku ke sana dulu ya Bang," tunjuk Aretha pada bagian sayuran dan daging.
"Iya!" sahut Sadewa.
Aretha pun segera bergegas mencari apa yang ingin dibelinya. Kedua sudut bibirnya terus saja membentuk bulan sabit. Mengingat semua perlakuan Sadewa padanya. Hingga tanpa diduganya, ada seseorang yang menepuk pundak Aretha pelan.
"Kamu Aretha, 'kan?" tanya seorang wanita cantik yang terus saja melihat ke arah wajah Aretha.
Wanita cantik itu pun refleks menoleh, melihat siapa yang menyapanya. "Mbak Nita? De-dengan siapa Mbak ke sini?"
"Aku sendiri. Kenapa kamu gugup? Apa kamu tidak ingin Ringgo menemukan kamu? Tenang saja, Aretha! Ringgo sekarang hanya mencintai aku. Apalagi, ada benihnya di rahimku. Bayi yang sangat dia inginkan."
"Mbak Nita, hamil?"
"Iya, sudah jalan dua bulan. Apa kamu sudah punya laki-laki lain untuk menjadi pengganti Ringgo?"
"Maksud, Mbak apa?"
"Jangan munafik kamu, aku melihat kamu datang bersama dengan laki-laki ke supermarket. Ganteng sih, tapi kayaknya dia karyawan biasa karena tidak memakai jas seperti Ringgo. Asal kamu tahu, Retha! Sekarang Ringgo jadi manager jadi setiap hari dia berpakaian rapi dengan jas yang melekat di tubuhnya. Apa kamu tidak kangen dengan Ringgo? Pokoknya, Ringgo saat bersama aku lebih terawat dari pada saat bersama kamu."
"Aku sudah tidak berhak untuk kangen pada Mas Ringgo karena aku sudah menyerahkannya pada Mbak Nita. Oh, iya ... selamat untuk kehamilannya. Semoga proses persalinannya lancar dan menjadi anak yang sholeh sholehah," ucap Retha dengan menahan sesak di dadanya, "maaf Mbak, aku mau cari barang yang lain dulu."
"Sebentar, Aretha! Aku hanya mau kasih tahu, Ringgo merobek surat perceraian yang kami berikan pada dia. Dia juga tidak mau menceraikan kamu. Jadi kamu masih berstatus jadi istri pertamanya. Aku sarankan, kamu jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain kalau tidak mau melakukan dosa zina. Berat loh hukumannya saat seorang wanita bersuami itu berzina dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Apalagi, sekarang kamu berhijab, jangan sampai itu menjadi kedok untuk menutupi kebusukan kamu." Anita menatap sinis pada Aretha. Dia pun melihat madunya naik turun dari atas kepala hingga ke ujung kaki.
"Terima kasih, Mbak! Sudah mengingatkan aku, tapi satu hal yang harus Mbak tahu, aku berhijab karena ingin memperbaiki diri bukan untuk menutupi kebusukan aku seperti yang Mbak tuduhkan. Mengenai laki-laki yang Mbak lihat datang bersamaku, beliau direktur di tempat kerja aku dan beliau ingin aku memasakan makanan kesukaannya. Kami pun tidak berpacaran. Apalagi melakukan hal yang dilarang agama. Permisi, Mbak!"
Aretha langsung pergi meninggalkan Anita. Rasanya tidak mungkin jika dia terus berdebat mengenai masalah pribadi saat mereka berada di supermarket. Makanya dia memilih pergi, meskipun belum semua barang yang dibutuhkannya masuk ke dalam keranjang.
"Astaghfirullah al'adzim. Bisa-bisanya Mbak Nita berpikiran seperti itu sama aku. Apa mungkin orang lain yang hanya melihat tanpa tahu yang sebenarnya terjadi antara aku dan Bang Dewa, akan berpikiran sama. Aku memang sering diantar pulang dan dibawakan makanan tapi Bang Dewa tidak pernah menuntut apa-apa. Memegang tangan pun saat tidak sengaja atau keadaan darurat. Kalau secara sengaja Bang Dewa menggandeng tangan aku, dia tidak pernah melakukannya," gumam Aretha seraya memegang dadanya.
Dia terus menetralkan perasaannya dengan memejamkan mata dan berkali-kali menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sampai saat dia merasa lebih baik, barulah dia membuka matanya kembali. Namun, wanita cantik itu langsung terkejut, kala melihat Sadewa sudah ada di depannya dengan wajah khawatir.
"Kamu kenapa? Apa dadamu sakit? Ayo kita ke dokter!" ajak Sadewa.
"Tidak apa, Bang! Tiba-tiba saja dada aku sakit. Aku sudah baikan kho jadi tidak perlu ke dokter," tolak Aretha lembut.
"Jangan menahan sakit sendiri, Retha! Jika kamu merasa tidak baik-baik saja atau merasa tidak nyaman, katakan saja pada Abang. Setidaknya Abang bisa bantu untuk meringankan beban hati kamu, ya meskipun hanya sedikit." Sadewa menautkan ibu jari pada jari kelingkingnya seraya menarik pelan ke atas.
"Tidak apa, Bang! Makasih untuk semuanya. Ayo kita cari bahan makanan lagi, masih ada yang belum aku ambil."
Sadewa hanya menganggukkan kepala seraya mengikuti Aretha dari belakang. Dia ikut memilih beberapa cemilan dan minuman bersoda. Setelah dirasa semua yang mereka inginkan dan mereka butuhkan sudah masuk ke dalam keranjang, barulah keduanya pergi ke kasir untuk membayar.
Namun, di saat bersamaan lagi-lagi Aretha harus bertemu dengan Anita. Istri kedua Ringgo langsung menuju ke kasir saat melihat Aretha sedang mengantri dengan seorang laki-laki di belakangnya. Dia merasa penasaran dengan ucapan Aretha kalau laki-laki itu memang benar seorang direktur.
"Dilihat dari jauh seperti biasa saja. Tapi saat sedekat ini, dia benar-benar laki-laki yang menawan. Badannya bagus, lebih bagus dari Mas Ringgo. Wangi parfumnya segar dan terasa sekali maskulinnya, pasti parfum mahal. Jam tangan yang dipakainya juga bukan merek kaleng-kaleng. Celana dan bajunya juga semuanya keluaran brand ternama. Pantas saja Aretha meninggalkan Mas Ringgo, ternyata gebetannya kakap. Tapi kenapa laki-laki ini bodoh ya, kho mau sama Aretha? Padahal cantiknya standar. Udah gitu bukan orang yang berkelas," gumam Anita.
Meskipun terdengar sangat pelan, Sadewa masih bisa mendengar ucapan Anita. Dia pun berbalik dan melihat ke arah Anita lalu berkata, "Maaf Nona, saya tidak butuh penilaian Anda! Tolong jaga attitude Anda saat berada di tempat umum."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JIAHH BRU MANAGER, TU DEWA DIREKTUR...
2023-12-27
1
Sulaiman Efendy
YAKIN TU BENIH RINGGO..
2023-12-27
1
auliasiamatir
ammpiuuunn, jadi cewek kepo banget ya anita
2023-06-23
1