Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun

Perlahan tapi pasti kehadiran Sadewa di dalam hidup Aretha membuat rasa sakit hati yang wanita cantik itu rasakan, sedikit demi sedikit menjadi terkikis. Apalagi sikap lembut Sadewa yang memperlakukan Aretha layaknya seorang ratu, mampu menggeser posisi Ringgo dengan perlahan. Meskipun demikian, hubungan mereka selalu dalam batas koridor kesopanan. Sekali pun Sadewa tidak pernah melakukan hal yang melebihi batas norma yang berlaku di masyarakat.

Seperti saat ini, Sadewa mengantar Aretha ke kontrakannya. Pria tampan dan mapan itu, ingin mencicipi masakan Aretha yang sudah lama tidak dia rasakan. Mereka pun terlebih dahulu mampir ke supermarket yang terletak di antara kontrakan Aretha dan juga perusahaan tempat mereka bekerja.

"Retha, Abang ingin makan gulai kambing. Kamu pilihkan daging yang masih segar ya! Sama satu lagi sambal goreng ati. Abang suka kangen dengan sambal goreng ati buatan kamu."

"Baik, Bang!" sahut Aretha tersenyum.

Dia jadi teringat saat dulu sering masak di apartemen Sadewa karena memang Ringgo dan Sadewa tinggal di apartemen yang sama. Setiap mereka libur kerja dan kuliah, pasti Aretha diminta datang untuk memasak oleh Ringgo. Tentu saja, Sadewa pun ikut makan masakan Aretha karena mana mungkin dia dan Ringgo tidak mengajak makan bersama pada si pemilik apartemen.

"Retha, Abang ke sana dulu ya! Mau lihat-lihat barang elektronik. Gak apa kan pilih sayur dan daging sendiri?"

"Gak apa, Bang. Aku udah biasa kho, melakukan apa-apa sendiri. Aku ke sana dulu ya Bang," tunjuk Aretha pada bagian sayuran dan daging.

"Iya!" sahut Sadewa.

Aretha pun segera bergegas mencari apa yang ingin dibelinya. Kedua sudut bibirnya terus saja membentuk bulan sabit. Mengingat semua perlakuan Sadewa padanya. Hingga tanpa diduganya, ada seseorang yang menepuk pundak Aretha pelan.

"Kamu Aretha, 'kan?" tanya seorang wanita cantik yang terus saja melihat ke arah wajah Aretha.

Wanita cantik itu pun refleks menoleh, melihat siapa yang menyapanya. "Mbak Nita? De-dengan siapa Mbak ke sini?"

"Aku sendiri. Kenapa kamu gugup? Apa kamu tidak ingin Ringgo menemukan kamu? Tenang saja, Aretha! Ringgo sekarang hanya mencintai aku. Apalagi, ada benihnya di rahimku. Bayi yang sangat dia inginkan."

"Mbak Nita, hamil?"

"Iya, sudah jalan dua bulan. Apa kamu sudah punya laki-laki lain untuk menjadi pengganti Ringgo?"

"Maksud, Mbak apa?"

"Jangan munafik kamu, aku melihat kamu datang bersama dengan laki-laki ke supermarket. Ganteng sih, tapi kayaknya dia karyawan biasa karena tidak memakai jas seperti Ringgo. Asal kamu tahu, Retha! Sekarang Ringgo jadi manager jadi setiap hari dia berpakaian rapi dengan jas yang melekat di tubuhnya. Apa kamu tidak kangen dengan Ringgo? Pokoknya, Ringgo saat bersama aku lebih terawat dari pada saat bersama kamu."

"Aku sudah tidak berhak untuk kangen pada Mas Ringgo karena aku sudah menyerahkannya pada Mbak Nita. Oh, iya ... selamat untuk kehamilannya. Semoga proses persalinannya lancar dan menjadi anak yang sholeh sholehah," ucap Retha dengan menahan sesak di dadanya, "maaf Mbak, aku mau cari barang yang lain dulu."

"Sebentar, Aretha! Aku hanya mau kasih tahu, Ringgo merobek surat perceraian yang kami berikan pada dia. Dia juga tidak mau menceraikan kamu. Jadi kamu masih berstatus jadi istri pertamanya. Aku sarankan, kamu jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain kalau tidak mau melakukan dosa zina. Berat loh hukumannya saat seorang wanita bersuami itu berzina dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Apalagi, sekarang kamu berhijab, jangan sampai itu menjadi kedok untuk menutupi kebusukan kamu." Anita menatap sinis pada Aretha. Dia pun melihat madunya naik turun dari atas kepala hingga ke ujung kaki.

"Terima kasih, Mbak! Sudah mengingatkan aku, tapi satu hal yang harus Mbak tahu, aku berhijab karena ingin memperbaiki diri bukan untuk menutupi kebusukan aku seperti yang Mbak tuduhkan. Mengenai laki-laki yang Mbak lihat datang bersamaku, beliau direktur di tempat kerja aku dan beliau ingin aku memasakan makanan kesukaannya. Kami pun tidak berpacaran. Apalagi melakukan hal yang dilarang agama. Permisi, Mbak!"

Aretha langsung pergi meninggalkan Anita. Rasanya tidak mungkin jika dia terus berdebat mengenai masalah pribadi saat mereka berada di supermarket. Makanya dia memilih pergi, meskipun belum semua barang yang dibutuhkannya masuk ke dalam keranjang.

"Astaghfirullah al'adzim. Bisa-bisanya Mbak Nita berpikiran seperti itu sama aku. Apa mungkin orang lain yang hanya melihat tanpa tahu yang sebenarnya terjadi antara aku dan Bang Dewa, akan berpikiran sama. Aku memang sering diantar pulang dan dibawakan makanan tapi Bang Dewa tidak pernah menuntut apa-apa. Memegang tangan pun saat tidak sengaja atau keadaan darurat. Kalau secara sengaja Bang Dewa menggandeng tangan aku, dia tidak pernah melakukannya," gumam Aretha seraya memegang dadanya.

Dia terus menetralkan perasaannya dengan memejamkan mata dan berkali-kali menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sampai saat dia merasa lebih baik, barulah dia membuka matanya kembali. Namun, wanita cantik itu langsung terkejut, kala melihat Sadewa sudah ada di depannya dengan wajah khawatir.

"Kamu kenapa? Apa dadamu sakit? Ayo kita ke dokter!" ajak Sadewa.

"Tidak apa, Bang! Tiba-tiba saja dada aku sakit. Aku sudah baikan kho jadi tidak perlu ke dokter," tolak Aretha lembut.

"Jangan menahan sakit sendiri, Retha! Jika kamu merasa tidak baik-baik saja atau merasa tidak nyaman, katakan saja pada Abang. Setidaknya Abang bisa bantu untuk meringankan beban hati kamu, ya meskipun hanya sedikit." Sadewa menautkan ibu jari pada jari kelingkingnya seraya menarik pelan ke atas.

"Tidak apa, Bang! Makasih untuk semuanya. Ayo kita cari bahan makanan lagi, masih ada yang belum aku ambil."

Sadewa hanya menganggukkan kepala seraya mengikuti Aretha dari belakang. Dia ikut memilih beberapa cemilan dan minuman bersoda. Setelah dirasa semua yang mereka inginkan dan mereka butuhkan sudah masuk ke dalam keranjang, barulah keduanya pergi ke kasir untuk membayar.

Namun, di saat bersamaan lagi-lagi Aretha harus bertemu dengan Anita. Istri kedua Ringgo langsung menuju ke kasir saat melihat Aretha sedang mengantri dengan seorang laki-laki di belakangnya. Dia merasa penasaran dengan ucapan Aretha kalau laki-laki itu memang benar seorang direktur.

"Dilihat dari jauh seperti biasa saja. Tapi saat sedekat ini, dia benar-benar laki-laki yang menawan. Badannya bagus, lebih bagus dari Mas Ringgo. Wangi parfumnya segar dan terasa sekali maskulinnya, pasti parfum mahal. Jam tangan yang dipakainya juga bukan merek kaleng-kaleng. Celana dan bajunya juga semuanya keluaran brand ternama. Pantas saja Aretha meninggalkan Mas Ringgo, ternyata gebetannya kakap. Tapi kenapa laki-laki ini bodoh ya, kho mau sama Aretha? Padahal cantiknya standar. Udah gitu bukan orang yang berkelas," gumam Anita.

Meskipun terdengar sangat pelan, Sadewa masih bisa mendengar ucapan Anita. Dia pun berbalik dan melihat ke arah Anita lalu berkata, "Maaf Nona, saya tidak butuh penilaian Anda! Tolong jaga attitude Anda saat berada di tempat umum."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JIAHH BRU MANAGER, TU DEWA DIREKTUR...

2023-12-27

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

YAKIN TU BENIH RINGGO..

2023-12-27

1

auliasiamatir

auliasiamatir

ammpiuuunn, jadi cewek kepo banget ya anita

2023-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!