Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa

Berkali-kali Aretha mengucapkan istighfar dalam hatinya untuk menetralkan kekesalan dia pada seniornya tadi. Dia tadi kedua wanita tadi memiliki posisi penting di perusahaan, sehingga wajar saja merasa sok senior dan ingin diprioritaskan. Namun, tetap saja dia merasa terganggu karena dikira mendekati Sadewa. Padahal Sadewa sendiri yang memberikan perhatian berlebih padanya.

Sudahlah! Lebih baik diam daripada harus meladeni ego mereka. Kebaikan apa pun yang aku lakukan, tidak akan pernah berarti bagi orang yang tidak menyukai aku karena pikiran mereka sudah dipenuhi oleh hal negatif tentang aku.

Aretha menarik napas dalam sebelum dia memulai pekerjaannya. Setelah menghembuskannya perlahan, dia pun tidak lupa berdo'a terlebih dahulu. Dia tersenyum saat ada anak gudang yang menghampirinya.

"Mbak Aretha, minta surat jalan untuk pengiriman barang ke PT. Erlangga Group," pinta anak gudang itu.

"Baik, Mas tunggu sebentar!"

Dengan sigap dia pun membuatkan apa yang diminta anak gudang itu. Selain mengirim barang untuk ekspor, perusahaannya juga menerima pesanan untuk perusahaan dalam negeri. Staf admin juga dibagi menjadi beberapa bagian, disesuaikan dengan tugas khususnya masing-masing. Sementara Aretha menangani pengiriman lokal.

Banyaknya pengiriman lokal, membuat Aretha hanyut dalam pekerjaannya. Dia harus mengecek persediaan barang dan memastikan barang yang akan dikirim sesuai dengan kartu PO. Sampai-sampai tidak terasa, matahari tepat berada di kepalanya dan bel istirahat makan siang pun berbunyi dengan nyaring. Dia yang masing memeriksa barang di gudang menyelesaikan dulu pekerjaannya sebelum pergi makan siang. Namun, bunyi pesan di ponselnya membuat dia menghentikan sejenak pekerjaannya.

Sadewa: [Kamu masih sibuk? Abang tunggu di mobil ya!]

Ya ampun aku lupa udah janji mau makan siang, batin Aretha.

Aretha: [Bang, mungkin aku agak telat, soalnya nanggung mau aku tinggalkan. Tinggal sedikit lagi selesai.]

Sadewa: [Oke gak apa! Abang tunggu kamu.]

Wanita cantik itu tidak membalas lagi pesan dari Sadewa. Dia langsung melanjutkan pekerjaannya. Sementara dia sebuah ruangan yang luas dengan interior bergaya modern, nampak seorang pria tampan menaikkan kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit.

Ya, Sadewa sedari tadi memperhatikan Aretha melalui rekaman CCTV yang terpasang di gudang. Semenjak dia mengetahui kalau Aretha bekerja di bagian gudang. Pria tampan yang memiliki jambang tipis itu sering memperhatikan Aretha diam-diam. Apalagi, saat dia merasa suntuk dengan pekerjaannya, pasti wajah cantik Aretha yang menjadi penyemangatnya untuk kembali bekerja.

Rasa ini tidak pernah hilang untuk kamu, Retha. Meskipun kamu pernah menjadi milik Ringgo, tapi aku tidak pernah bisa menghapus perasaanku.

Sadewa mengelus pelan layar monitor yang ada di depannya. Benih-benih cinta yang pernah layu kini bersemi kembali. Dia bertekad agar bisa memiliki Aretha seutuhnya.

Setelah melihat Aretha menyudahi pekerjaannya, dia pun segera beranjak pergi menuju ke parkiran. Dia ingin tiba lebih dulu di mobilnya. Agar wanita yang dicintainya tidak harus menunggunya.

"Pak Salim, aku mau bawa mobil sendiri. Bapak istirahat saja di cafetaria. Ini uang untuk makan siangnya," ucap Sadewa pada supir kantor yang bisa mengantar jemput dia. Dia pun memberikan satu lembar uang Soekarno-Hatta untuk makan siang supirnya.

"Baik, Bos! Ini kunci mobilnya," sahut Pak Salim dengan wajah sumringah. Dia memberikan kunci mobil setelah menerima uang pemberian dari Sadewa.

Sadewa hanya tersenyum tipis seraya menerima kunci mobil. Dia pun menuju ke mobilnya dan menunggu Aretha di sana. Ditemani alunan lagu lawas milik Andra and The Backbone yang berjudul 'Sempurna' Sadewa terlihat merapikan penampilannya. Dia benar-benar ingin terlihat sempurna di mata Aretha.

Tidak berapa lama kemudian, jendela mobilnya ada yang mengetuk. Pria dewasa itu tersenyum lebar melihat wanita cantik yang ditunggunya berdiri di pinggir mobil. Dia pun membukakan pintu samping agar Aretha masuk dan duduk di sampingnya.

"Masuklah!" suruh Sadewa dengan tersenyum manis

"Terima kasih, Bang!" sahut Aretha seraya membalas tersenyum.

Setelah memastikan Aretha duduk dengan nyaman, Sadewa pun segera membawa mobilnya keluar dari area perusahaan. Dia menuju restoran yang sudah dia reservasi. Tidak butuh waktu lama mereka pun sampai di restoran yang dituju.

Sadewa langsung membawa Aretha ke meja yang sudah dia pesan sebelumnya. Dengan sigap, Sadewa menarik kursi untuk Aretha duduki. Tentu saja hal itu membuat Aretha menjadi tersanjung dengan sikap Sadewa.

"Terima kasih, Bang."

"Jangan berterima kasih terus. Sudah seharusnya aku melakukan itu semua sama kamu. Menunya sudah aku pesankan, kalau kamu tidak suka, kamu boleh memesan menu makanan yang lain. Kalau terasa kurang, kamu juga boleh memesan menu yang lainnya."

"Cukup, Bang." Aretha kembali tersenyum saat pelayan datang membawa semua makanan yang sudah dipesan oleh Sadewa.

Setelah semua tersusun rapi di atas meja, keduanya pun langsung memulai makan siang mereka yang sedikit terlambat. Tidak ada yang berbicara selama mereka menikmati hidangan makan siang. Hingga keduanya sudah selesai makan, barulah Sadewa memulai berbicara.

"Retha, boleh aku menanyakan sesuatu. Mungkin sedikit sensitif, tapi kalau kamu keberatan ... kamu boleh tidak menjawabnya."

"Tanya soal apa, Bang?" tanya Aretha saat seraya menatap dalam Sadewa.

"Kenapa kamu berpisah dengan Ringgo?"

Aretha menghela napas dalam sebelum dia berbicara. "Mas Ringgo ... dia ... dia menikah lagi. Aku ... tidak mau berbagi suami dengan wanita lain."

"Aku mengerti! Maaf sudah mengorek kembali luka hati kamu."

"Tidak apa, Bang! Meskipun aku menghindari pertanyaan seperti itu, tapi aku tidak akan bisa lari dari kenyataan. Sekarang aku sedang berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. Meskipun rasanya sangat sulit buat aku menghilangkan rasa sakitnya."

"Kamu wanita yang kuat, tegar. Mungkin hal itu yang sangat aku kagumi dari diri kamu. Kalau kamu mengijinkan, aku bersedia menjadi pelipur laramu. Apa kamu pernah mendengar jika luka hati obatnya harus hati yang baru? Agar rasa sakitnya cepat hilang dan tak berbekas."

"Bang ... maaf aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku tidak mau kalau Bang Dewa hanya akan menjadi pelarian aku saja. Lebih baik, kita menjalaninya secara perlahan. Agar tidak ada penyesalan di kemudian hari."

"Baiklah! Aku menghargai keputusan kamu. Tapi aku minta, jangan pernah sungkan jika kamu membutuhkan bantuan aku."

"Iya, Bang. Abang bersiap saja dari sekarang jika nanti aku merepotkan.

"Aku justru senang jika kamu merepotkan aku karena aku merasa jadi orang yang berarti buat kamu."

"Abang bisa saja." Aretha tersenyum manis yang sangat manis. Membuat Sadewa termangu di tempatnya. Dia sangat menikmati senyuman manis itu. Hingga rasanya mata Sadewa enggan untuk berkedip."

Sepertinya aku harus berterima kasih pada Ringgo. Dia membuang berlian yang sangat berharga, hanya demi sebuah batu kerikil. Kamu tenang saja, Retha! Aku pasti akan membuat kamu bahagia kembali.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JGN LO LEPASKN LAGI SI RETHA DEWA,, BIARLH DIA JANDA DN BEKAS PAKE RINGGO SLMA 7 THN, TPI MSH TRSEGEL JLN LAHIRNYA, BLM DITROBOS BAYI.. MSH LEGITLH.. DN SMOGA RUDAL LO LBH GEDE DRIPADA PNY RINGGO.. JDI PNYNY RETHA GK MELAR2 AMAT SLMA 7 TH DIPAKE RINGGO

2023-12-27

0

auliasiamatir

auliasiamatir

sabar ya babang dewa, dianya masih istri orang

2023-06-23

1

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

niat kamu mungkin baik dewa, ingin menjadi obat pelipur lara, namun sekali lagi aku tekankan, Aretha belum sepenuh bebas, jgn karena saat ini kalian dekat jadi ada alasan ringgo buat memutar balikkan fakta, so.. kalian tahan dulu

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!