Berkali-kali Aretha mengucapkan istighfar dalam hatinya untuk menetralkan kekesalan dia pada seniornya tadi. Dia tadi kedua wanita tadi memiliki posisi penting di perusahaan, sehingga wajar saja merasa sok senior dan ingin diprioritaskan. Namun, tetap saja dia merasa terganggu karena dikira mendekati Sadewa. Padahal Sadewa sendiri yang memberikan perhatian berlebih padanya.
Sudahlah! Lebih baik diam daripada harus meladeni ego mereka. Kebaikan apa pun yang aku lakukan, tidak akan pernah berarti bagi orang yang tidak menyukai aku karena pikiran mereka sudah dipenuhi oleh hal negatif tentang aku.
Aretha menarik napas dalam sebelum dia memulai pekerjaannya. Setelah menghembuskannya perlahan, dia pun tidak lupa berdo'a terlebih dahulu. Dia tersenyum saat ada anak gudang yang menghampirinya.
"Mbak Aretha, minta surat jalan untuk pengiriman barang ke PT. Erlangga Group," pinta anak gudang itu.
"Baik, Mas tunggu sebentar!"
Dengan sigap dia pun membuatkan apa yang diminta anak gudang itu. Selain mengirim barang untuk ekspor, perusahaannya juga menerima pesanan untuk perusahaan dalam negeri. Staf admin juga dibagi menjadi beberapa bagian, disesuaikan dengan tugas khususnya masing-masing. Sementara Aretha menangani pengiriman lokal.
Banyaknya pengiriman lokal, membuat Aretha hanyut dalam pekerjaannya. Dia harus mengecek persediaan barang dan memastikan barang yang akan dikirim sesuai dengan kartu PO. Sampai-sampai tidak terasa, matahari tepat berada di kepalanya dan bel istirahat makan siang pun berbunyi dengan nyaring. Dia yang masing memeriksa barang di gudang menyelesaikan dulu pekerjaannya sebelum pergi makan siang. Namun, bunyi pesan di ponselnya membuat dia menghentikan sejenak pekerjaannya.
Sadewa: [Kamu masih sibuk? Abang tunggu di mobil ya!]
Ya ampun aku lupa udah janji mau makan siang, batin Aretha.
Aretha: [Bang, mungkin aku agak telat, soalnya nanggung mau aku tinggalkan. Tinggal sedikit lagi selesai.]
Sadewa: [Oke gak apa! Abang tunggu kamu.]
Wanita cantik itu tidak membalas lagi pesan dari Sadewa. Dia langsung melanjutkan pekerjaannya. Sementara dia sebuah ruangan yang luas dengan interior bergaya modern, nampak seorang pria tampan menaikkan kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit.
Ya, Sadewa sedari tadi memperhatikan Aretha melalui rekaman CCTV yang terpasang di gudang. Semenjak dia mengetahui kalau Aretha bekerja di bagian gudang. Pria tampan yang memiliki jambang tipis itu sering memperhatikan Aretha diam-diam. Apalagi, saat dia merasa suntuk dengan pekerjaannya, pasti wajah cantik Aretha yang menjadi penyemangatnya untuk kembali bekerja.
Rasa ini tidak pernah hilang untuk kamu, Retha. Meskipun kamu pernah menjadi milik Ringgo, tapi aku tidak pernah bisa menghapus perasaanku.
Sadewa mengelus pelan layar monitor yang ada di depannya. Benih-benih cinta yang pernah layu kini bersemi kembali. Dia bertekad agar bisa memiliki Aretha seutuhnya.
Setelah melihat Aretha menyudahi pekerjaannya, dia pun segera beranjak pergi menuju ke parkiran. Dia ingin tiba lebih dulu di mobilnya. Agar wanita yang dicintainya tidak harus menunggunya.
"Pak Salim, aku mau bawa mobil sendiri. Bapak istirahat saja di cafetaria. Ini uang untuk makan siangnya," ucap Sadewa pada supir kantor yang bisa mengantar jemput dia. Dia pun memberikan satu lembar uang Soekarno-Hatta untuk makan siang supirnya.
"Baik, Bos! Ini kunci mobilnya," sahut Pak Salim dengan wajah sumringah. Dia memberikan kunci mobil setelah menerima uang pemberian dari Sadewa.
Sadewa hanya tersenyum tipis seraya menerima kunci mobil. Dia pun menuju ke mobilnya dan menunggu Aretha di sana. Ditemani alunan lagu lawas milik Andra and The Backbone yang berjudul 'Sempurna' Sadewa terlihat merapikan penampilannya. Dia benar-benar ingin terlihat sempurna di mata Aretha.
Tidak berapa lama kemudian, jendela mobilnya ada yang mengetuk. Pria dewasa itu tersenyum lebar melihat wanita cantik yang ditunggunya berdiri di pinggir mobil. Dia pun membukakan pintu samping agar Aretha masuk dan duduk di sampingnya.
"Masuklah!" suruh Sadewa dengan tersenyum manis
"Terima kasih, Bang!" sahut Aretha seraya membalas tersenyum.
Setelah memastikan Aretha duduk dengan nyaman, Sadewa pun segera membawa mobilnya keluar dari area perusahaan. Dia menuju restoran yang sudah dia reservasi. Tidak butuh waktu lama mereka pun sampai di restoran yang dituju.
Sadewa langsung membawa Aretha ke meja yang sudah dia pesan sebelumnya. Dengan sigap, Sadewa menarik kursi untuk Aretha duduki. Tentu saja hal itu membuat Aretha menjadi tersanjung dengan sikap Sadewa.
"Terima kasih, Bang."
"Jangan berterima kasih terus. Sudah seharusnya aku melakukan itu semua sama kamu. Menunya sudah aku pesankan, kalau kamu tidak suka, kamu boleh memesan menu makanan yang lain. Kalau terasa kurang, kamu juga boleh memesan menu yang lainnya."
"Cukup, Bang." Aretha kembali tersenyum saat pelayan datang membawa semua makanan yang sudah dipesan oleh Sadewa.
Setelah semua tersusun rapi di atas meja, keduanya pun langsung memulai makan siang mereka yang sedikit terlambat. Tidak ada yang berbicara selama mereka menikmati hidangan makan siang. Hingga keduanya sudah selesai makan, barulah Sadewa memulai berbicara.
"Retha, boleh aku menanyakan sesuatu. Mungkin sedikit sensitif, tapi kalau kamu keberatan ... kamu boleh tidak menjawabnya."
"Tanya soal apa, Bang?" tanya Aretha saat seraya menatap dalam Sadewa.
"Kenapa kamu berpisah dengan Ringgo?"
Aretha menghela napas dalam sebelum dia berbicara. "Mas Ringgo ... dia ... dia menikah lagi. Aku ... tidak mau berbagi suami dengan wanita lain."
"Aku mengerti! Maaf sudah mengorek kembali luka hati kamu."
"Tidak apa, Bang! Meskipun aku menghindari pertanyaan seperti itu, tapi aku tidak akan bisa lari dari kenyataan. Sekarang aku sedang berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. Meskipun rasanya sangat sulit buat aku menghilangkan rasa sakitnya."
"Kamu wanita yang kuat, tegar. Mungkin hal itu yang sangat aku kagumi dari diri kamu. Kalau kamu mengijinkan, aku bersedia menjadi pelipur laramu. Apa kamu pernah mendengar jika luka hati obatnya harus hati yang baru? Agar rasa sakitnya cepat hilang dan tak berbekas."
"Bang ... maaf aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku tidak mau kalau Bang Dewa hanya akan menjadi pelarian aku saja. Lebih baik, kita menjalaninya secara perlahan. Agar tidak ada penyesalan di kemudian hari."
"Baiklah! Aku menghargai keputusan kamu. Tapi aku minta, jangan pernah sungkan jika kamu membutuhkan bantuan aku."
"Iya, Bang. Abang bersiap saja dari sekarang jika nanti aku merepotkan.
"Aku justru senang jika kamu merepotkan aku karena aku merasa jadi orang yang berarti buat kamu."
"Abang bisa saja." Aretha tersenyum manis yang sangat manis. Membuat Sadewa termangu di tempatnya. Dia sangat menikmati senyuman manis itu. Hingga rasanya mata Sadewa enggan untuk berkedip."
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Ringgo. Dia membuang berlian yang sangat berharga, hanya demi sebuah batu kerikil. Kamu tenang saja, Retha! Aku pasti akan membuat kamu bahagia kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JGN LO LEPASKN LAGI SI RETHA DEWA,, BIARLH DIA JANDA DN BEKAS PAKE RINGGO SLMA 7 THN, TPI MSH TRSEGEL JLN LAHIRNYA, BLM DITROBOS BAYI.. MSH LEGITLH.. DN SMOGA RUDAL LO LBH GEDE DRIPADA PNY RINGGO.. JDI PNYNY RETHA GK MELAR2 AMAT SLMA 7 TH DIPAKE RINGGO
2023-12-27
0
auliasiamatir
sabar ya babang dewa, dianya masih istri orang
2023-06-23
1
Dwisya12Aurizra
niat kamu mungkin baik dewa, ingin menjadi obat pelipur lara, namun sekali lagi aku tekankan, Aretha belum sepenuh bebas, jgn karena saat ini kalian dekat jadi ada alasan ringgo buat memutar balikkan fakta, so.. kalian tahan dulu
2023-06-10
0