Bab 8 Mereka Curiga

Malam semakin larut, suasana di kontrakan Aretha pun terasa sangat sepi. Hanya ada beberapa orang pemuda yang seperti masih asyik mengobrol do depan warung pemilik kontrakan. Sementara tetangga kontrakan Aretha yang lainnya sudah menutup pintu kontrakannya rapat-rapat.

Begitu juga dengan Aretha, sepulang dia daei mall bersama dengan Yuli, dia tidak keluar rumah lagi. Bagaimana Aretha berani keluar kontrakan jika air matanya terus saja mengalir di pelupuk matanya. Semakin diingat, hatinya semakin hancur berkeping-keping.

Mas, sepertinya Mas Ringgo sangat bahagia bersama Anita Mbak Anita. Kalian memang serasi, sama-sama dari keluarga berada. Tidak seperti aku, yang menjadi yatim piatu dari kecil. Ayah, Ibu, kenapa rasanya sakit sekali melihat Mas Ringgo bahagia bersama dengan istri barunya.

Aretha terus saja meratapi kepedihan hatinya. Meskipun dia selalu berkata ikhlas melepaskan Ringgo. Namun, tetap saja hati kecilnya tidak dapat dibohongi. Terasa sulit menghapus rasa sakit karena kehilangan cinta pertamanya.

Setelah lelah menumpahkan kesedihannya, Aretha pun mengambil air wudhu. Dia ingin bermunajat pada Sang Pencipta, mengadukan segala kesedihan hatinya. Dia terus berdzikir agar hatinya menjadi tenang. Sampai tanpa terasa dia tertidur di atas sajadah hingga terdengar suara adzan subur berkumandang, barulah Aretha terbangun dari tidurnya.

"Astaghfirullah, ternyata aku ketiduran. Lebih baik aku mandi dulu dan sholat," gumam Aretha.

Dia segera bergegas membersihkan dirinya dan melaksanakan kewajibannya pada Sang Pencipta. Setelah semuanya selesai, Aretha memilih untuk membersihkan rumahnya terlebih dahulu. Barulah dia bersiap untuk pergi bekerja.

Tidak apa aku berangkat kepagian juga. Lagian di sana pasti ada produksi yang shift malam. Semangat Aretha! Kamu pasti bisa melupakannya.

Sesampainya di tempat dia bekerja, kedatangannya bersamaan dengan mobil Sadewa yang memasuki gerbang perusahaan. Aretha menundukkan kepalanya sedikit untuk menghormati pimpinan perusahaan. Hingga akhirnya Sadewa memanggil namanya saat Aretha akan berbelok ke arah lobby.

"Aretha, tunggu sebentar!"

"Iya, Pak." Aretha pun menghampiri Sadewa yang menghentikan mobilnya tepat di depan lobby

"Ini buat sarapan. Abang minta maaf, waktu itu tidak jadi pulang bareng karena ada urusan di kantor pusat." Ringgo memberikan paper bag pada Aretha.

"Bang, aku jadi gak enak hati dikasih makanan terus," ucap Aretha terlihat malu-malu. Ingin menolak tidak enak, menerima pun sama tidak enak hatinya.

"Tidak apa! Besok berangkat bersama saja, bukankah kita satu arah?"

"Tapi, Bang. Aku tidak enak dengan karyawan lain jika melihat kita jalan bersama. Pasti mereka akan berasumsi yang tidak-tidak."

"Kamu tenang saja! Mereka tidak akan berani bergosip. Abang ke parkiran dulu, jangan lupa dimakan ya!" Sadewa langsung melajukan mobilnya kembali menuju ke parkiran khusus petinggi perusahaan. Sementara Aretha masuk ke dalam lobby.

"Mbak Aretha, ada hubungan apa dengan Pak Direktur? Sepertinya dia perhatian sekali dengan Mbak Aretha," tanya Milli, di bagian resepsionis.

"Pak Sadewa kakak tingkat aku waktu kami sama-sama kuliah di Jakarta."

"Oh, pantas saja kalian saling mengenal. Apa Mbak Aretha bawaan Pak Sadewa?"

"Oh ... bukan-bukan. Aku tahu Pak Sadewa bekerja di sini setelah satu bulan aku bekerja. Kalau begitu aku permisi, Mbak." Aretha bergegas pergi dari lobby. Dia tidak mau kalau resepsionis itu terus mengorek urusan pribadinya.

Sesampainya di meja kerja, Aretha pun menyimpan tas dan paper bag dari Sadewa. Diambilnya dua kotak tempat makanan di dalam paper bag. Dia tersenyum melihat makanan kesukaannya yang ada di dalam kotak itu.

"Roti sandwich dan salad buah. Bang Dewa masih hapal makanan kesukaan aku. Dulu, saat menjadi adik tingkatnya, dia sering membawakan aku makanan. Tapi saat dia tahu kalau aku sudah pacaran dengan Mas Ringgo dan menolak cintanya, Bang Dewa jadi menjauhi aku. Salah aku juga dulu pernah memberi harapan pada Bang Dewa saat aku sudah dekat dengan Mas Ringgo," gumam Aretha.

"Wih, sarapan sandwich. Aku bawain ketoprak buat kita sarapan bareng," ucap Yuli yang baru saja datang.

"Bu Yuli, Anda baik sekali membawakan sarapan. Saya jadi sangat terharu," canda Aretha. Dia tersebut pada sahabatnya.

"Aku senang kamu sudah tersenyum lagi. Semalaman aku kepikiran kamu, apa semalam kamu habis nangis ya? Terakhir ya kamu menangisi dia. Lupakan laki-laki yang tidak bisa tegas. Kamu pantas bahagia bersama laki-laki yang mencintai kamu dengan tulus. Mulai hari ini, buka lebar-lebar pintu hati kamu untuk menerima cinta yang baru, yang membawa kebaikan dan kebahagiaan."

"Do'akan aku ya! Biar bertemu dengan orang yang benar-benar tulus mencintai aku."

"Aamiin ... udah yuk kita sarapan biar jadi wanita seterong."

"Strong Li!"

"Sama saja!"

Keduanya pun sarapan bersama menikmati ketoprak yang dibawa oleh Yuli. Setelah menghabiskannya, barulah Yuli pergi ke ruangannya. Baru saja Aretha akan pergi ke toilet, terdengar ada pesan masuk di ponselnya.

Sadewa: [Sudah sarapan, belum? Abang lagi sarapan tapi rasanya tidak enak kalau sendiri.]

Aretha: [Sudah, Bang! Tadi makan ketoprak sama Yuli. Sarapan dari Abang buat makan siang saja. Abang baru sarapan?]

Sadewa: [Iya, tadinya mau ajak makan siang sama kamu. Mumpung tidak ada jadwal ke pusat. Disimpan saja sandwich-nya buat di rumah. Nanti kita makan siang bersama saja.]

Aretha: [Gimana ya, Bang? Aku gak enak sama karyawan lain.]

Sadewa: [Tidak apa, Retha. Mereka tidak akan macam-macam kho!]

Aretha: [Baiklah, Bang. Tapi tunggu aku di mobil saja.]

Sadewa: [Oke! Aku akan menunggu kamu.]

Selesai berkirim pesan dengan Sadewa, Aretha pun pergi ke toilet. Sialnya dia harus mendengar orang-orang bergosip tentangnya. Dia hanya tersenyum samar seraya masuk ke dalam toilet, berpura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka.

"Mbak Aretha beruntung sekali ya! Baru satu bulan tapi sudah bisa memikat hati Pak Direktur. Padahal kita yang bekerja dari semenjak perusahaan ini berdiri tidak pernah mendapatkan perhatian berlebihan seperti itu," celetuk salah seorang wanita yang sedang menebalkan make-up yang dipakainya.

"Dia kan cantik, sholehah pula penampilannya. Tapi ternyata kelakuannya solehot," timpal temannya.

"Makanya kamu berpakaian seperti dia biar dikira sholehah padahal mah solehot," timpal teman yang satunya lagi.

"Astaghfirullah, Mbak. Aku berhijab karena Allah, bukan karena ingin pujian dari manusia. Aku hanya ingin berusaha lebih baik lagi dengan menutup semua aurat aku. Bukan karena ingin dianggap sholehah. Aku sadar belum bisa menjadi wanita sholehah. Aku hanya sedang berusaha untuk memperbaiki semua kesalahanku di masa lalu"

"Pinter ngomong juga ternyata. Kalau kamu ingin memperbaiki kesalahan kamu, kenapa kamu mendekati gebetan aku?"

"Gebetan? Siapa yang Mbak maksud? Pak Dewa? Ya Allah, Mbak! Mbak tuh sudah salah paham. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Pak Dewa, selain atasan dan bawahan."

"Awas saja kalau kamu berusaha mendekatinya!"

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

EMANGNYA LO BSA DAPATIN DEWA.. PEDE AMAT LO.. KLO MMG DEWA MMG MAU MA LO, KNP GK DRI DLU..

2023-12-27

0

Musniwati Elikibasmahulette

Musniwati Elikibasmahulette

dasar kegatalan ,kalian

2023-07-02

1

Agung Sunarno

Agung Sunarno

di mana mana pasti ada yg suka dan tidak retha .... yg sabar ya

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2 Bab 2 Menjauh Pergi
3 Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4 Bab 4 Mencari Aretha
5 Bab 5 Memulai Hidup Baru
6 Bab 6 Harapan Ringgo
7 Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8 Bab 8 Mereka Curiga
9 Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10 Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11 Bab 11 Makan Malam Bersama
12 Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13 Bab 13 Istrinya Ringgo
14 Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15 Bab 15 Ketuk Palu
16 Bab 16 Kerinduan Sadewa
17 Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18 Bab 18 Ajakan Sadewa
19 Bab 19 Keputusan Aretha
20 Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 Restu
22 Bab 22 Foto Bersama Mantan
23 Bab 23 Kapan selingkuh?
24 Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25 Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26 Bab 26 Alibi
27 Bab 27 Aku Istrinya
28 Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29 Bab 29 La Tahzan
30 Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31 Bab 31 Kecelakaan?
32 Bab 32 Diajak Rujuk
33 Bab 33 Saya Aretha
34 Bab 34 Apa itu namamu?
35 Bab 35 Kecantikan Hati
36 Bab 36 Dikejar Mantan
37 Bab 37 Minta Balik Lagi
38 Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39 Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40 Bab 40 Jangan Ikut Campur
41 Bab 41 Tamparan Buat Raina
42 Bab 42 Sindiran Andrea
43 Bab 43 Sekretaris Baru
44 Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45 Bab 45 Pungky Kepanasan
46 Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47 Bab 47 Menahan Diri
48 Bab 48 Alhamdulillah Sah
49 Bab 49 Terpesona
50 Bab 50 Berapa Ronde?
51 Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52 Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53 Bab 53 Telat
54 Bab 54 Anugerah Dari Allah
55 Bab 55 Alhamdulillah
56 Extra part (end)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Maaf, Jika Aku Harus Pergi
2
Bab 2 Menjauh Pergi
3
Bab 3 Aretha, kamu dimana?
4
Bab 4 Mencari Aretha
5
Bab 5 Memulai Hidup Baru
6
Bab 6 Harapan Ringgo
7
Bab 7 Cinta Lama Belum Kelar
8
Bab 8 Mereka Curiga
9
Bab 9 Makan Siang Bersama Sadewa
10
Bab 10 Bertemu Madu Yang Beracun
11
Bab 11 Makan Malam Bersama
12
Bab 12 Lebih Baik Menyerah
13
Bab 13 Istrinya Ringgo
14
Bab 14 Tolong lepaskan aku!
15
Bab 15 Ketuk Palu
16
Bab 16 Kerinduan Sadewa
17
Bab 17 Mau apa ke penghulu?
18
Bab 18 Ajakan Sadewa
19
Bab 19 Keputusan Aretha
20
Bab 20 Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 Restu
22
Bab 22 Foto Bersama Mantan
23
Bab 23 Kapan selingkuh?
24
Bab 24 Baik Karena Ada Maunya
25
Bab 25 Pengkhianat dikhianati
26
Bab 26 Alibi
27
Bab 27 Aku Istrinya
28
Bab 28 Keputusan Sepihak Aretha
29
Bab 29 La Tahzan
30
Bab 30 Aku Bukan Pelakor
31
Bab 31 Kecelakaan?
32
Bab 32 Diajak Rujuk
33
Bab 33 Saya Aretha
34
Bab 34 Apa itu namamu?
35
Bab 35 Kecantikan Hati
36
Bab 36 Dikejar Mantan
37
Bab 37 Minta Balik Lagi
38
Bab 38 Akal-akalan Sadewa
39
Bab 39 Wajahnya Manis Sekali
40
Bab 40 Jangan Ikut Campur
41
Bab 41 Tamparan Buat Raina
42
Bab 42 Sindiran Andrea
43
Bab 43 Sekretaris Baru
44
Bab 44 Jangan Tersenyum Seperti Itu
45
Bab 45 Pungky Kepanasan
46
Bab 46 Kala Senja Di Atas Bukit
47
Bab 47 Menahan Diri
48
Bab 48 Alhamdulillah Sah
49
Bab 49 Terpesona
50
Bab 50 Berapa Ronde?
51
Bab 51 Jangan Berkecil Hati!
52
Bab 52 Ulah Mertua Dzolim
53
Bab 53 Telat
54
Bab 54 Anugerah Dari Allah
55
Bab 55 Alhamdulillah
56
Extra part (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!