Wanita cantik itu nampak mengerutkan keningnya. Dia membolak-balik makanan yang ada di mejanya. Hingga akhirnya sebuah pesan masuk ke ponselnya, dia pun langsung membukanya.
08584xxxxxxx: [Selamat makan siang, Retha. Semoga kamu menyukai menu yang kau pilihkan. Oh, iya ... bagaimana kalau nanti kita pulang bersama. Ada hal yang ingin aku tanyakan sama kamu.]
Aretha: [Maaf, ini dengan siapa ya?]
08584xxxxxxx: [Hampir lupa kalau kamu pasti belum menyimpan nomor ponselku. Aku Dewa, Sadewa Wibisana.]
Aretha segera menyimpan nomor ponsel Sadewa sebelum dia membalas pesan dari pria tampan itu. Setelah tersimpan di memori ponselnya, barulah dia kembali mengirim pesan pada Sadewa.
Aretha: [Makasih, Bang makan siangnya. Tadi aku bingung, kirain dari siapa? Soalnya aku belum banyak teman di sini.]
Sadewa: [Sama-sama, tadinya aku ingin mengajak makan siang tapi ada tamu dari luar negeri yang harus aku temui, jadinya aku kirim saja makanannya. Dihabiskan ya, biar badan kamu tidak kurus.]
Aretha: [Iya, Bang. Sekali lagi makasih.]
Tidak ada balasan lagi dari Sadewa. Sepertinya laki-laki sedang sibuk dengan tamunya. Sementara Aretha hanya tersenyum tipis melihat kantong makanan dari Sadewa.
Dia tidak menyangka laki-laki yang sudah dia tolak cintanya ternyata masih perhatian padanya. Sementara laki-laki yang dia cintai dan dia pikir akan membawanya ke surga, justru memberikan kekecewaan yang mendalam. Aretha menengadahkan kepalanya ke atas, membendung cairan bening yang memaksa ingin keluar.
Meskipun dia sudah sebulan pergi meninggalkan Ringgo. Akan tetapi, setiap dia mengingat laki-laki itu, hatinya selalu terasa perih. Apalagi setiap kali dia teringat bagaimana perlakuan mertuanya dulu. Membuat Aretha ingin sekali menghapus semua memori tentang Bu Lela.
"Retha, kamu kenapa?" tanya Yuli yang baru saja datang, "tadi aku nelpon kamu tapi kena reject terus. Kamu sedang kirim pesan sama siapa? Apa Ringgo datang ke sini?"
"Enggak! Tadi Bang Dewa mengirim makan siang untuk aku. Ayo kita makan bersama!" ajak Aretha seraya berusaha menetralkan perasaannya.
"Aciee ... cinta lama belum kelar nih. Maaf Retha, sebelumnya aku gak kasih tahu kamu kalau direkturnya Bang Dewa. Aku khawatir kamu merasa terganggu."
"Tidak apa! Meskipun aku tidak pernah jadian dengan Bang Dewa, tapi dia selalu baik kho! Oh iya Li, besok sepulang kerja kita ke mall yuk! Bukankah kita gajian? Aku sudah janji akan traktir kamu."
"Tidak usah Retha. Lebih baik uangnya kamu tabung saja."
"Jangan begitu, Li! Kalau kamu menolak, berarti kamu tidak menghargai aku sebagai sahabat kamu."
"Bukan begitu maksud aku Retha! Baiklah kalau kamu memaksa. Hanya kali ini ya! Maaf Retha bukan apa-apa, kamu harus mulai menabung untuk membeli rumah."
"Iya, aku mengerti. Hanya kali ini kho karena lain kali aku mau berhemat seperti saran kamu."
"Nah gitu dong!"
"Sudahlah ngobrol mulu. Ayo kita makan!"
Kedua sahabat itu menikmati makan siang bersama seraya saling bercerita. Yuli memang sering datang ke ruangan Aretha. Bahkan, saat sedang suntuk dengan pekerjaannya, Yuli sering bermain ponsel di antara rak barang-barang yang siap dikirim bersama dengan Aretha.
***
Keesokan harinya, terlihat Aretha begitu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan Yuli yang disibukkan mengurus karyawan baru. Hingga tanpa terasa bel pulang kerja pun berbunyi dengan nyaring.
"Alhamdulillah selesai pekerjaan hari ini. Aku mau ke toilet dulu agar tidak terlihat paling kucel saat berada mall," gumam Aretha seraya bangun dari duduknya.
Dia pun mencuci mukanya dan bersiap untuk pulang. Aretha sengaja menunggu Yuli yang pasti masih merapikan pekerjaanmya. Tidak berapa lama kemudian, Yuli datang dengan senyum yang mengembang.
Keduanya segera bergegas menuju ke parkiran motor. Mereka pergi ke mall dengan berboncengan. Setibanya di sana, keduanya tidak langsung ke restoran seperti yang sudah mereka janjikan. Melainkan pergi ke supermarket untuk membeli perlengkapan rumah.
"Retha, gak apa kan sekalian aku belanja bulanan?" tanya Yuli seraya mengambil troli.
"Gak apa Li, aku juga mau belanja buat di kontrakan. Beli sabun dan teman-temannya sama beli cemilan," jawab Aretha seraya mengambil keranjang.
Keduanya nampak asyik memilih barang-barang yang ingin dibelinya. Namun, tiba-tiba saja Yuli melihat seseorang yang sangat dikenalnya bersama dengan seorang wanita cantik. Dia pun segera menghampiri Aretha yang sedang memilih buah lengkeng.
"Retha, bukankah itu Ringgo? Apa itu madu kamu?" tunjuk Yuli ke arah bagian daging.
Degh!
Dada Aretha terasa sangat sesak melihat Anita bergelayut manja di tangan kekar Ringgo. Sepertinya hubungan mereka berjalan baik. Ringgo pun seperti tidak risih dengan sikap manja Anita kepadanya.
"I-iya Li. Ayo kita pergi! Aku tidak mau Mas Ringgo melihat aku. Apalagi memaksa aku untuk pulang. Aku selalu tidak kuasa saat melihat tatapan matanya."
"Ayo! Kamu keluar lewat samping saja, biar belanjaan aku yang bayar."
"Aku titip ya! Ini uangnya," Aretha memberikan dua lembar Sukarno-Hatta untuk membayar semua belanjaannya karena memang dia hanya berbelanja sedikit.
Setelah memberikan uang pada Yuli, Aretha segera keluar dari supermarket lebih dulu. Namun di saat yang bersamaan Ringgo melihat ke arah Yuli. Wanita cantik itu menyadari sedang diperhatikan oleh Ringgo, sehingga dia pun berputar-putar dulu di supermarket untuk mengecoh Ringgo.
Sorry Ringgo, meskipun kamu mencari Aretha sampai ke ujung dunia pun, aku tidak akan pernah memberitahu kamu di mana Retha. Apalagi, setelah melihat sikap kamu pada wanita itu. Sepertinya kamu tidak benar-benar tulus mencintai Retha. Buktinya saja kamu bisa membagi hatimu untuk Retha dan wanita itu. Memang sudah tepat jalan yang Aretha ambil. Jika dia terus bersama kamu, maka dia akan mendapatkan luka hati dari tiga orang sekaligus. Dari kamu, istri mudamu dan juga daei ibumu dan aku tidak akan membiarkan sahabat aku terluka lebih dalam lagi karena kalian.
Setelah Yuli berhasil mengecoh Ringgo dan istrinya, dia pun segera menuju ke kasih dan membayar semua belanjaannya. Dia segera menemui Aretha yang sudah menunggu dia tidak jauh dari supermarket. Yuli dan Aretha bernapas dengan lega karena akhirnya bisa terbebas dari jangkauan Ringgo.
"Kita langsung pulang saja yuk! Kamu traktir kapan-kapan saja. Tadi Ringgo melihat aku. Tapi aku ajak putar-putar dulu, jadinya dia tidak melihat aku sudah keluar dari supermarket."
"Makasih ya, Li. Berkat kamu, aku bisa menghindar dari dia. Tapi kenapa dia ada di sini. Apa mungkin sekarang mereka bekerja di sini?"
"Sepertinya begitu. Biarkan saja, Retha! Kota ini luas. Perusahaan di sini juga banyak, tidak mungkin dia bisa menemukan kamu. Apalagi sekarang kamu sudah berhijab. Pasti Ringgo tidak akan mudah mengenali kamu kalau tidak berhadapan langsung."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LBH BAIK LO PAKE MASKER KLO KTMPAT KRAMAIAN..
2023-12-27
0
Sulaiman Efendy
KN UDH KURUS,,KNP MSH KEKAR..
2023-12-27
1
Sulaiman Efendy
ITULH GOBLOK LO MNOLAK CINTA SADEWA,, KLO GK LO UDH BAHAGIA... LO UDH TAU IBUNYA RINGGO TK MNYUKAI LO, TPI LO MSH NEKAT...
2023-12-27
1