Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang bersinar terang. Membuat seorang wanita cantik nampak begitu bersemangat melangkahkan kakinya menuju ke perusahaan yang akan menjadi tempatnya mengais rejeki. Semalam Aretha sudah bertekad untuk memulai hidup barunya sebagai seorang janda. Dia pun ingin merubah penampilan dan perilaku agar bisa jadi orang yang lebih baik lagi. Aretha memantapkan hatinya untuk mulai berhijab dan melupakan semua kenangan pahitnya.
"Bismillah aja. Semoga pimpinan dan karyawan di sini semuanya orang baik dan selalu memanusiakan manusia," gumam Aretha setibanya dia di depan pintu gerbang perusahaan itu. Aretha segera menuju ke pos satpam untuk mengkonfirmasi kedatangannya. Dia pun disambut ramah oleh satpam yang berjaga.
"Ada perlu apa, Mbak?" tanya seorang satpam yang terlihat masih muda.
"Saya mendapatkan panggilan kerja, Mas. Kira-kira saya harus pergi ke mana ya!"
"Owh, Mbak yang mau wawancara ya! Tadi Bu Yuli berpesan agar yang datang untuk wawancara menunggu di lobby dulu. Mari saya antar!"
"Makasih, Mas." Aretha pun langsung mengikuti langkah kaki satpam itu. Setelah dia tiba di lobby dan dititipkan pada resepsionis oleh satpam itu, Aretha di suruh menunggu di ruang tunggu khusus tamu. Sementara satpam tadi kembali ke pos.
Tidak berapa lama kemudian, Yuli datang menemui sahabatnya. Dia sempat tercengang melihat perubahan sahabatnya. Dia pun langsung tersenyum cerah seraya menghampiri Aretha.
"Masya Allah, Aretha. Aku senang melihat kamu seperti sekarang. Kamu menutupi semuanya. Kenapa gak bilang-bilang kalau kamu mau berhijab?"
"Aku butuh keyakinan diri yang besar untuk melepaskan semua hal yang menyakitkan di masa lalu. Aku ingin memulai hidup baru yang lebih baik. Semoga dengan merubah penampilanku, aku pun bisa merubah diriku menjadi lebih baik lagi."
"Aamiin."
"Ayo kita mulai wawancara. Ini hanya untuk dokumentasi aku saja. Karena setiap karyawan yang masuk ke sini harus melewati seleksi yang ketat."
"Iya aku ngerti. Aku sudah menyiapkan diri untuk mengikuti serangkaian test yang biasa perusahaan besar lakukan."
Yuli mulai melakukan tugasnya untuk memberikan test interview pada sahabatnya. Setelah selesai test interview, Aretha disuruh untuk pergi ke klinik perusahaan untuk melakukan medical check-up. Setelah semua selesai, barulah dia kembali pulang ran mulai bekerja keesokan harinya.
Namun, saat dia baru saja akan keluar gerbang perusahaan, tanpa sengaja berpapasan dengan mobil direktur perusahaan yang baru saja memasuki gerbang. Dia hanya membungkukkan badannya sedikit dan tersenyum ramah.
"Kenapa aku merasa tidak asing dengan wajahnya. Tapi ... mana mungkin orang yang mobilnya sekeren itu kenal sama aku. Sudahlah Aretha! Lebih baik ke pasar untuk membeli perlengkapan masak. Pasti boros sekali kalau setiap hari harus makan di warteg," gumam Aretha.
Dia pun segera menghentikan angkot menuju ke pasar untuk membeli semua perlengkapan untuk memasak. Lumayan banyak barang yang dibelinya. Setelah mendapatkan semua yang diinginkannya, Aretha segeraa pulang ke kontrakan.
"Belanja segini saja habis banyak. Tapi memang semua barang ini aku butuhkan. Sudahlah aku tinggal berhemat selama satu bulan ke depan."
Baru saja dia akan membereskan semua barang yang dibelinya, terdengar bunyi ponselnya begitu nyaring. Aretha pun segera mencari ponselnya miliknya yang memang dia simpan di tas selempangnya. Wanita cantik itu tertegun melihat siapa yang melakukan panggilan padanya.
"Mas Ringgo ...," lirih Aretha, "mungkin lebih baik aku ganti nomor saja. Biar Mas Ringgo tidak bisa menghubungi aku lagi. Maafkaaan aku, Mas. Aku memang sangat mencintaimu, tapi aku tidak bisa jika harus berbaagi hati dengan wanita lain. Apalagi, ibu tidak pernah menyukai aku. Sejujurnya ku lelah menghadapi sikap Ibu. Selama ini aku sudah bersabar, tapi semakin hari sikap ibu semakin keterlaluan."
Aretha pun segera mematikan ponselnya. Dia mengambil kartu sim yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun dari semenjak di mulai berkenalan dengan Ringgo. Karena memang, mereka bisa dekat gara-gara kartu sim itu.
Flashback on,
Sore itu seorang gadis cantik terlihat begitu bahagia. Setelah dia mengumpulkan uang dari sisa uang jajannya, akhirnya dia bisa membeli ponsel seperti teman-temannya. Aretha yang memang tinggal bersama dengan pamannya, tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang komersil itu. Dia pun pergi bersama dengan Yuli ke pusat perbelanjaan.
"Permisi, Mas. Mau cari ponsel yang harga satu jutaan," ucap Yuli pada seorang penjaga counter handphone.
"Satu jutaan adanya yang second. Kalau mau handphone yang baru adanya satu juta lebih. Mari lihat-lihat sebelah sini!" ajak Ringgo yang memang kerja paruh waktu di counter itu.
"Yuli, uangku hanya ada satu juta setengah. Mungkin cukup untuk beli ponsel yang harganya lebih dari satu juga," bisik Aretha.
"Sudah kamu pilih saja. Nanti kurangnya bisa pinjam uangku. Kita kan mau melamar kerja di kafe jadi harus punya ponsel. Apalagi nanti kalau kena shift malam, biar aku gampang menghubungi kamu."
"Iya deh aku ikut kamu saja."
Aretha pun memilih ponsel yang pas di kantongnya sekaligus dia membeli kartu sim. Hingga saat dia sudah pulang dari counter, tiba-tiba saja ada panggilan telepon dari nomor yang urutannya dengan nomor ponselnya.
"Hallo, ini dengan siapa?" tanya Aretha saat dia sudah menerima panggilan telepon.
"Mbak Aretha ya! Ehm ... aku Ringgo yang tadi di counter, Mbak. Apa ada kendala dengan ponselnya, Mbak?" tanya Ringgo dia seberang sana.
"Enggak ada, Mas. Bukankah ini ponsel baru? Masa harus rusak lagi?"
"Bu-bukan begitu maksud aku. Barangkali Mbak ada yang tidak mengerti cara mengoperasikannya."
"Enggak ada kho, Mas. Tadi sahabat aku sudah mengajari. Tapi kenapa Mas bisa tahu nomor ponselku?"
"Hehehe ... kalau itu karena nomor ponselku satu seri dengan punya Mbak Aretha. Mungkin kita jodoh, Mbak."
"Bisa saja, Mas. Maaf Mas, saya tutup dulu ya! Paman memanggil aku."
"Iya, Mbak. Kapan-kapan kalau aku nelpon lagi gak apa, 'kan?"
Aretha tidak menjawab pertanyaan dari Ringgo. Dia segera menyembunyikan ponsel barunya. Khawatir akan diambil oleh sepupunya. Setelah dirasa aman, Aretha pun langsung berlalu menghampiri pamannya.
Flashback off
"Gara-gara nomor ponsel ini, akhirnya kita bisa bersama. Karena semenjak hari itu, kamu aering menghubungi aku. Tapi sekarang, sepertinya aku harus mengganti nomor ponselku. Agar kamu tidak bisa menghubungi aku lagi. Maafkan aku, Mas! Aku sudah memutuskan untuk tidak kembali sama kamu. Terlalu berat beban yang harus aku pikul, saat aku memutuskan untuk menjadi bagian dari hidupmu. Memang aku yang salah karena terlalu memaksakan diri masuk ke dalam keluarga kamu. Padahal dari awal aku tahu kalau kedua orangmu kurang menyukai aku karena aku bukan orang yang berada."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
memulai hidup dengan penampilan baru dan semua baru biar cepet melupakan masa lalu
2023-06-05
2
༄༅⃟𝐐AzzaDzaky
Semoga kau menemukan yg lbih baik dr sebelumnya ya reta...
2023-06-05
1