Satu bulan sudah berlalu setelah kejadian di hotel saat itu. Floella telah melupakan kejadian tersebut dan berharap ia tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi.
Ia anggap itu adalah kesalahan terbesarnya saat sedang mabuk. Floe juga berjanji pada diri sendiri jika ia tidak akan datang kembali ke klab malam yang pernah dikunjungi karena patah hati saat dikhianati sang kekasih.
Ia tidak ingin bertemu dengan pria itu. Floe pikir pria itu pasti sering datang ke sana.
“Floe, lo ikut kita nongkrong, ‘kan pulang kuliah nanti?” tanya salah satu wanita dengan kulit sawo matang itu.
“Kayaknya enggak, deh,” jawab Floe.
“Kenapa? Tumben banget?” timpal temannya yang lain.
Ketiga mahasiswi itu sedang bersantai di dalam kelas sembari menunggu dosen datang.
“Gue enggak enak badan,” jawab Floe sekenanya. Kemudian membaringkan kepalanya di atas meja dengan beralaskan kedua tangan yang ia lipat.
“Lo sakit, Floe?” Karina memeriksa suhu tubuh sahabatnya dengan meletakkan telapak tangannya di kening wanita itu. “Enggak panas tapi,” imbuhnya.
“Gue cuman lemes aja. Ngantuk,” balas Floe lagi. Ia sudah memejamkan mata.
Beruntung hari ini hanya ada satu mata kuliah yang harus Floe ikuti. Sebenarnya ada dua, tetapi dosen yang mengajar berhalangan hadir hari ini.
Floe bersyukur karena ia bisa pulang lebih cepat. Wanita itu memilih untuk menelpon supir pribadi orang tuanya dibanding pulang dengan membawa mobil sendiri. Kedua matanya sulit bekerja sama dan terus memaksa untuk terpejam.
“Sayang, kamu sakit?” tanya Lestari yang merupakan ibu Floe.
Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menggandeng tangan putrinya yang berjalan lemas. Ia sengaja menunggu dan kini mendapat kabar jika putrinya itu pulang dengan dijemput sopir.
Tidak biasanya putrinya pulang secepat itu. Meskipun terkadang jam mata kuliah di kampus sudah berakhir lebih cepat, biasanya Floe baru akan pulang sore hari atau malam. Karena lebih suka nongkrong bersama teman-temannya atau pergi dengan sang kekasih.
“Eggak, Mom. Floe cuman ngantuk aja. Mungkin kecapean karena ngerjain tugas kuliah kemarin,” jawab Floe sembari berjalan menuju kamarnya.
“Kita ke rumah sakit, ya?” tawar Lestari. Wajahnya masih menyimpan kekhawatiran.
“Nggak, Mom. Floe cuman mau tidur aja. Floe itu enggak sakit. Nanti juga seger lagi kalau udah bangun,” jawab Floe meyakinkan sang mama. “Udah, ah. Floe mau tidur.”
Floe langsung mengempaskan tubuhnya di atas ranjang king size begitu ia sampai kamar itu.
Lestari menghidupkan pendingin ruangan dan menyelimuti sebagian tubuh putri kesayangannya. Ia memberi sebuah kecupan lembut di kening putrinya.
Meskipun Floe sudah tumbuh dewasa, di mata Lestari, Floe tetap seorang anak kecil.
Begitulah terkadang seorang ibu menganggap anaknya. Semua semata karena rasa sayang mereka.
Benar yang Floe katakan. Setelah bangun tidur, tubuhnya kembali segar. Hanya saja, ia memang tidur jauh lebih panjang dari biasanya.
Menjelang makan malam, sang mama memanggil Floe, mengajak makan malam bersama.
Floe berjalan menuju lantai bawah bersama sang mama. Di sana sang papa sudah menunggu di kursinya.
“Mommy bilang kamu sakit, Floe?” tanya sang ayah yang menelisik wajah putrinya.
“Aku hanya kurang tidur saja, Dad. Mommy saja yang terlalu berlebihan. Sekarang aku sudah jauh lebih segar,” jawab Floe dan mendapat anggukan dari sang ayah.
Pria paruh baya yang sering dipanggil Hugo itu memang tidak menemukan keanehan di wajah dan sikap putrinya itu.
Keluarga itu menikmati makan malam mereka. Jika biasanya terkadang Floe akan izin ke luar setelah makan malam, tapi satu bulan terakhir ini jarang keluar malam.
Sebenarnya Lestari dan Hugo merasa senang dengan itu, tetapi di sisi lain mereka juga khawatir jika ada sesuatu yang menjadi penyebabnya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
dee_an
tetap semangat membaca
2023-07-07
0
sella surya amanda
next
2023-06-03
1