Sambil berjalan dengan agak pincang, Furya yang merasa badannya jadi lebih bugar kini merasa kaki kirinya jauh lebih baik.
Semua status yang ia dapatkan juga telah di isi penuh ke bagian status Perfetion Body.
“Gila, baru ngisi 20 Poin status tubuhku rasanya makin sehat. Gimana kalo makin tinggi, bisa jalan normal lagi dong aku, hehehe.”
Karena bersemangat, tak butuh waktu lama bagi Furya untuk tiba di depan rumah Sherly.
Saat sampai, Furya dapat melihat Sherly yang sangat cantik dengan seragam sekolah Sanjaya International Scholl sedang membantu ibunya di cafe.
Melihat Sherly yang sudah berpakaian sekolah, Furya langsung datang dan memanggilnya.
“Sherly, yuk berangkat.”
Sherly yang melihat Furya juga langsung tersenyum ke arahnya.
Gadis itu lalu mendekat ke ibunya dan berpamitan. Setelah itu Furya dan Sherly langsung berangkat bersama ke sekolah.
“Dimana. Arthur. Kok. Kamu. Jalan. Kaki?” tanya Sherly dengan bahasa isyarat tangan.
“Hehehe, dia udah pensiun.”
“Heee. Seriusan?”
“Iya, dia udah terlalu tua dan kayaknya aku harus beli motor baru.”
Sherly yang mendengar itu hanya bisa menahan tawa. Biasanya Furya sangat dekat dengan motor bututnya dan tak terpisahkan.
Bahkan Sherly ingat waktu mereka masih kecil Furya sering mengajaknya berkeliling menggunakan Arthur.
Tapi memang karena sudah terlalu tua, Sherly yang sering pulang sekolah bersama Furya juga tau kalau motor butut itu sering mogok dan bermasalah.
“Baguslah. Kalau. Arthur. Pensiun. Kasihan. Aku. Liat. Dia. Mogok. Terus.”
“Hahaha, aku juga bisa lega kalau dia istirahat. Jujur aja dia udah bekerja sangat keras dan sudah waktunya pensiun.” jawab Furya sambil tertawa bersama Sherly.
Furya yang melihat senyuman dari wajah Sherly menjadi makin bersemangat.
Karena tak membawa motor, Furya dan Sherly akhirnya berangkat sekolah naik bus.
Untung saja di dekat sana ada halte bus dan dengan itu mereka berangat ke sekolah.
Setelah menunggu sesaat, akhirnya bus kota Jakarta datang dan Furya bersama Sherly langsung naik.
Karena ada banyak penumpang, mereka berdua terpaksa berdiri sambil berhadap-hadapan.
“Huuh, semoga gak telat.”
“Bener. Biasanya. Kalo. Hari. Senin. Jalanan. Agak. Macet.”
Karena jalanan padat, seperti perkiraan mereka bus kota jalan dengan lambat.
Jika menggunakan motor biasanya Furya dan Sherly sering lewat jalan kecil agar lebih cepat.
Tapi karena tak punya pilihan, mereka memilih naik bus.
Sebenarnya bisa saja Sherly pergi di antar oleh ayahnya hari itu menggunakan mobil pick up.
Tapi karena pagi hari pak Hery sibuk membeli perlengkapan dan kebutuhan di cafe, Sherly yang tak ingin membebani ayahnya lebih dari itu sudah biasa berangkat naik bus atau ojek online.
Karena tau pacarnya memiliki 2 adik kecil yang harus di antar ke sekolah juga, Sherly tak manja dan menahan keinginannya untuk berangkat sekolah bersama sang pacar.
Di perjalanan, akhirnya ada satu kursi yang kosong.
Furya yang melihat ada kursi kosong di sebelahnya langsung menyuruh Sherly duduk.
“Duduk Sher, tuh kosong.”
Tapi Sherly yang baik hati dan meyadari kekurangan Furya menolak itu dan justru menyuruh pacarnya yang duduk.
“Gak. Usak. Kamu. Aja. Yang. Duduk. Aku. Masih. Kuat. Berdiri. Kok.” jawab Sherly menggunakan bahasa isyarat.
Furya yang jujur saja tubuhnya sudah lebih baik hanya tersenyum dan langsung membalas.
“Dududklah, aku udah gpp kok.”
“Gak. Mau. Kamu. Kan. Masih. Belum. Sembuh. Jadi. Kamu. Aja. Yang. Duduk.”
Melihat tingkah lucu pacarnya yang selalu mengkhawatirkan dirinya, Furya yang mengenal Sherly sejak kecil langsung mengeluakran jurus andalannya.
“Yaudah kalo kamu gk mau duduk aku juga berdiri aja.”
Mendengar ucapan Furya, Sherly langsung cemberut.
Furya yang melihat ekspresi wajah Sherly menjadi sedikit tertawa.
Lalu seorang bapak-bapak tua yang ada di dekat mereka juga langsung berbicara.
“Gak duduk neng? Kalo gak bapak nih yang duduk?”
Mendengar perkataan bapak itu, Furya langsung tersenyum dan menjawab.
“Duduk aja pak gpp. Nih cewek lagi ambeyen.”
Mendengar ucapan Furya, Sherly makin cemberut dan jutek.
Tapi itu tak lama karena saat melihat Furya yang tertawa bahagia, Sherly juga ikutan tersenyum.
Karena lelah, bapak-bapak tua itu akhirnya duduk dan Furya bersama Sherly di paksa berdiri setengah jam lamanya sampai mereka tiba di halte depan sekolah SIS.
“Ahhh...akhirnya sampai.”
“Hehehe, yuk turun.”
Sherly yang berdiri selama setengah jam jujur saja di buat lelah dan pegal.
Ia yang masihlah gadis biasa dan jarang olahraga memang memiliki kondisi fisik yang tak terlalu kuat.
Setelah turun dari bus, Furya dan Sherly langsung berjalan bersama memasuki Sanjaya International School.
Sekolah yang bertaraf internasional itu banyak di masuki anak-anak kaya raya dan konglomerat.
Meskipun begitu, untuk membangun image baik, sekolah itu juga menerima murid biasa dari daerah sekitar.
Karena hal ini diskriminasi sering terjadi di antara murid SIS.
Saat sedang berjalan, tanpa di duga sebuah mobil Ferari Merah melaju tanpa mengerem sedikit pun.
Dengan begitu kencang, mobil itu masuk gerbang sekolah.
“Sherly awas...”
Sherly yang berada di sebelah Furya hampir saja tertabrak.
Jika saja Furya tak menarik bahu Sherly tepat waktu, mungkin pacarnya itu sudah tersenggol.
Furya yang kesal langsung marah dan berniat mendatangi mobil itu.
Tapi Sherly yang tak ingin ribut menghentikan aksinya.
“Woi...Sini Lu.”
“Udah. Gpp. Biarin. Aja. Aku. Gak. Kenapa. Napa. Kok.”
“Tapi dia hampir nambrak kamu!”
“Aku gak bisa-”
Sebelum Furya menyelesaikan ucapannya, Sherly yang terlihat begitu takut langsung memegang taangannya dan berhasil menghentikan aksi Furya.
Dalam hatinya Furya benar-benar di buat marah. Itu seperti si pengemudi sengaja ingin menabrak Sherly.
Tapi melihat Sherly yang menahan dirinya, Furya akhirnya menyerah.
“Udah. Gpp. Jangan. Di. Ladenin.”
“Haaah, dia itu kelihatan banget sengaja mau nabrak kamu. Yang kayak gitu harus di kasih tau.”
“Plisss. Kumohon. Jangan. Di. Perpanjang. Lagi.”
Melihat ekspresi wajah Sherly yang memohon padanya, Furya akhirnya menyerah dan menahan amarahnya.
Lalu seperti memang mencari gara-gara, sepasang muda-mudi keluar dari mobil Ferari Merah itu sambil tertawa terbahak-bahak.
“HAHAHAHA...hampir jadi pincang juga tuh si bisu.”
“Kamu sih yang, nyetirnya gak hati-hati, hahaha.”
Melihat dua orang yang dengan sengaja ingin menyelakai Sherly, Furya yang mendengar perkataan mereka di buat marah kembali.
Jika saja saat ini Sherly tak memegang dan menahan tangannya, mungkin Furya sudah mendatangi dua orang itu.
“Udah. Diemin. Aja. Yuk. Jalan.”
“Huuh, inget kata-kataku kemarin kan Sher. Kalau ada yang ganggu kamu lagi langsung hubungin aku.”
“Iya. Aku. Tau.”
Karena melihat Furya dan Sherly tak merespon mereka, dua orang itu menjadi bosan dan langsung pergi bergandengan tangan.
Furya juga berjalan kembali dengan Sherly lalu berpisah dan menuju kelas masing-masing.
Meskipun sudah sering melapor pada guru dan pihak sekolah, entah karena apa pembuly Sherly tak kapok-kapo dan makin menjadi-jadi.
Karena itu juga, Furya yang sudah berbicara dan berjanji pada pak Hary berniat menyelesaikan masalah itu secara pribadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Anonymous
lha punya point banyak kenapa ga dinaikin nilai atribut fisik si MC...seneng banget pincang
2025-02-02
0
Ulil Nuha
ga jelas poin sistemnya dan daftar belanjanya.... semua fi kaburkan penulis...
2024-12-11
0
Sules Tiyanto
punya poin banyak g di gunain ,nunggu ap lagi ya ???
2025-03-01
0