Ucapan Raka

''Terkadang takdir memang terlihat mempermainkan. Tapi, apa kita punya pilihan?''

...•••••••••••••••••...

''Dih dasar kampungan,'' celetuk Natasha yang langsung mendapatkan lirikan tajam dari Raka.

Melihat hal itu, Bryan berusaha mencairkan suasana. Ia tidak ingin ada keributan lagi antara adik dan tunangannya.

''Ekhem.... Mah, besok aku harus segera kembali bekerja. Jadi aku hanya menginap satu malam saja,'' ucap Bryan.

Bu Rossa sudah terbiasa mendengar hal itu. Ia pun hanya menganggukkan kepalanya saja dan tetap melanjutkan makan malamnya. Kalau tidak demi pekerjaan, pasti demi tunangannya. Bryan selalu mengutamakan mereka ketimbang mamanya. Jadi, bagi Bu Rossa itu sudah biasa.

''Kau sudah setahun tidak pulang Kak, tapi sekali pulang kau hanya menginap satu malam? Kau benar-benar seperti tidak membutuhkan Mama saja,'' ucap Raka dengan kesal.

''Kau ini jangan berbicara sembarangan Raka. Kamu tahu kan sebentar lagi kakak akan menikah. Dan jika nanti kakak sudah menikah, pasti Kakak akan mengurangi pekerjaan Kakak dan akan lebih mementingkan keluarga. Otomatis juga aku akan sering pulang ke rumah ini,''

''Benarkah? Aku tidak percaya padamu. Bahkan di jidatmu itu sudah tertulis tulisan ''Tidak boleh dipercaya,''

''Kau ini,'' Bryan memukul kepala belakang Raka dengan pelan.

''Kak......'' Raka berusaha akan membalasnya. Karena Bryan selalu melakukan hal itu sejak dulu.

''Sudah-sudah. Sekarang lanjutkan makannya saja. Jangan banyak bicara saat makan. Makan kok banyak bicara,'' ucap Bu Rossa yang menghentikan candaan Bryan dan Raka.

Rena bisa merasakan, jika bu Rossa saat ini kecewa dengan keputusan Bryan. Sejak bu Rossa memperkenalkan putra-putra mereka kepada Rena dan menunjukkan foto-foto mereka, Rena bisa melihat kalau Bu Rossa sangat merindukan putra-putranya itu. Bahkan Rena juga tak sengaja melihat bu Rossa meneteskan air matanya saat menceritakan masa kecil Putra pertamanya itu.

Memang ya, seiring berjalannya waktu anak-anak akan memiliki kegiatannya masing-masing dan perlahan melupakan segala hal tentang orang tuanya. Tanpa sadar Rena menepuk tanganku bu Rossa pelan-pelan.

Bu Rosa tersenyum dan menoleh ke arah Rena.

''Aku baik-baik saja Ren,'' ucapnya.

Setelah makan malam selesai, Rena membereskan piring-piring yang kotor lalu mencucinya di dapur. Ternyata Raka juga ikut membantu. Bahkan Raka yang mengelap mejanya. Sedangkan Bryan dan Natasha, sejak selesai makan mereka pergi entah ke mana.

''Oh ya Mbak Rena, kata Mama Mbak dulu sudah pernah nikah ya?''

Rena terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Raka. Cerita tentang pernikahannya dan masa lalunya terlalu sensitif untuk diungkit kembali. Namun Ia juga tidak bisa mengelak saat seseorang menanyakannya.

Rena pun menganggukkan kepalanya.

''Lalu, di mana suami mbak sekarang? Kenapa Mbak malah bekerja? Kenapa bukan suami Mbak yang bekerja?'' Tanya Raka panjang kali lebar kali dan sebagainya.

Jika didengarkan ternyata Raka sangat cerewet, menyebalkan dan kepo sekali. Rena ingin sekali melempar piring yang ia pegang ke kepala Raka.

''Hehehe.... Dia sudah pergi dengan wanita pujaannya Mas. Mas, bisakah saya minta tolong agar Mas Raka tidak mengungkitnya lagi,'' ucap Rena yang tanpa ia sadari ujung matanya sudah basah terkena air mata.

''Oh, maafkan aku. Aku kira perselingkuhan dan juga tentang merebut suami orang itu hanya ada di cerita novel dan drama-drama atau di cerita orang orang yang memiliki jabatan. Ternyata di desa juga ada cerita seperti itu ya mbak?''

''Kehidupan di desa ataupun di kota, tidak ada bedanya sebenarnya Mas. Bahkan jika dipikirkan, mungkin lebih baik kehidupan di kota,''

Raka tidak mengerti dengan ucapan Rena.

''Bukankah kehidupan di desa sangat menyenangkan? Lingkungannya yang masih menjunjung gotong royong, hawa sejuk dan juga udara yang menyegarkan. Di kota banyak polusi dan juga biaya kehidupan yang mahal. Bukankah lebih bagus daripada kota?''

Mendengar ucapan Raka, Rena tersenyum.

''Apa mas Raka pernah mendengar satu pepatah yang mengatakan bahwa, Di desa itu.... ''Satu telinga yang mendengar 1000 mulut yang berbicara,''

''Apakah ada pepatah seperti itu?''

''Tentu saja ada. Kehidupan di desa tidak seindah yang seperti orang ceritakan. Memang soal tempat dan juga soal sejuknya udara di desa, itu tidak salah. Tapi soal lingkungan dan juga tentang kehidupan sehari-hari, sangat jauh berbeda dari apa yang kebanyakan orang ceritakan.''

Raka mendengarkan setiap kata yang di ucapkan oleh Rena dengan seksama. Raka juga tak sengaja melihat mata Rena sudah berkaca-kaca saat mengatakannya. Raka bisa merasakan bahwa setiap kata yang Rena ucapkan merupakan pengalaman yang sudah Rena rasakan.

Karena tidak ingin membuat Rena sedih, Raka pun segera mengalihkan pembicaraannya.

''Baiklah, Oh ya Mbak apakah Mbak ada punya niatan untuk pindah tempat kerja?''

''Kenapa saya harus pindah tempat kerja Mas? Kan saya baru datang Mas?''

''Siapa tahu ada niatan untuk pindah tempat kerja gitu. Kalau ada, kamu bisa ikut ke rumahku saja. Kebetulan aku kekurangan asisten untuk membantuku di rumah sakit,'' ucap Raka.

''Bukankah di rumah sakit ada suster dan juga ada para dokter lainnya ya?''

''Memang ada sih, tapi sepertinya aku sangat membutuhkan asisten pribadi,''

''Mas Raka ini ada-ada saja,'' Rena tertawa melihat tingkah Raka. Entah mengapa sejak pertama mereka bertemu Raka selalu bersikap dan berkata ambigu.

''Hei, beneran lo. Aku tidak hanya mengada-ada. Nanti jika kamu mau ikut denganku, kamu bisa ikut aku pulang pergi ke rumah dan juga di rumah sakit. Jadi pekerjaan kamu itu mengurus segala kebutuhanku,''

''Hah? Kenapa Mas Raka tidak mencari istri saja. Kedengarannya itu bukan seperti asisten tapi seperti mencari seorang istri,'' celetukRena.

''Bener juga,'' Seperti mendapatkan sebuah ide Raka tiba-tiba mengatakan....

''Kalau begitu bagaimana kalau Mbak Rena jadi istriku saja?''

Klontang.....

Rena tak sengaja menjatuhkan sendok yang ia cuci, setelah mendengar ucapan Raka.

''Mas Raka! Mas Raka kalau bicara mbok ya jangan terlalu berlebihan seperti itu,''

''Hehehe... maaf maaf. Aku tidak akan menjahilimu lagi deh. Kalau begitu aku pamit dulu. Masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan,''

Rena mengangguk tersenyum. Lalu Raka pun pergi meninggalkan Rena, dan melanjutkan pekerjaannya.

Tanpa disadari, ternyata Bu Rossa sejak tadi sudah mendengarkannya obrolan mereka dari balik pintu. Tadinya Bu Rossa ingin mencari kunci mobil yang kebetulan iya lupa menaruhnya. Namun ia malah tidak sengaja mendengar ucapan dari putranya itu.

Putranya itu terkenal sangat dingin dan jarang berbicara dengan perempuan. Bahkan ke sesama teman dokternya saja Raka bersikap acuh tak acuh. Bu Rossa tiba-tiba merasa senang.

Bu Rossa bukanlah tipe orang kaya yang suka membeda-bedakan kasta. Ia tidak peduli miskin atau kaya, jelek atau cantik. Bahkan semisal janda ataupun masih gadis. Baginya selagi orang itu baik, ramah, tulus dan tidak neko-neko. Tentu saja Bu Rossa tidak akan keberatan. Tiba-tiba Bu Rossa berpikir untuk menjodohkan Raka dan Rena.

Apakah rencana Bu Rossa akan berjalan lancar?

Terpopuler

Comments

Viela

Viela

sepertinya bryan jodoh rena

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!