Raka vs Natasha

''Sebenarnya dia telihat manis. Tapi mengapa jalan hidupnya sangat pahit?'' Raka. 

•••••••••••••••••

Acara makan malam sebentar lagi tiba. Bryan juga sudah kembali ke rumah. Ternyata tadi ia mendapatkan panggilan telepon dari manajernya. Besok paginya ia harus pergi syuting ke kota lainnya. Bryan melihat Raka yang kini duduk di teras. Ia pun bermaksud untuk mengobrol dengan adiknya itu.

''Kau sudah pulang Raka?''

''Ya, tadi sore,''jawab Raka.

Brian pun duduk di sebelah Raka ia menaruh kunci mobil dan jaketnya di samping laci.

''Kok aku tadi tidak melihatmu datang?''

''Kau tadi sudah pergi kak, hanya ada tunanganmu saja yang di rumah,''

''Oh, kau sudah melihat Natasha?''

''Dih, untuk apa aku melihatnya?''

''Rakaaaa.....''

''Baiklah baiklah. Kalau bukan karena kamu cinta mati dengannya, aku juga tidak akan pernah mau melihatnya lagi,''

''Raka, Natasha tidak seburuk yang kamu pikirkan. Kamu kenapa selalu salah paham dengannya?''

''Hah? Salah paham. Terserah kau sajalah Kak. Aku malas berdebat denganmu. Lebih baik aku melihat Mbak baru di dapur,''

''Hei, Untuk apa kamu melihatnya? Seperti tidak pernah melihat mbak-mbak pada umumnya saja. Bukankah di rumahmu juga ada dua mbak tuh. Apa kamu juga setiap hari melihat mereka?''

''Yang ini beda kak. Dia itu lucu dan manis tahu,''

''Hei, Sejak kapan seorang dokter suka yang manis-manis?''

''Hai Bro, ini manisnya beda. Manisnya itu pas dan tidak kelebihan gula,''

''Dasar jomblo akut. Makanya cari pacar sana. Setiap ada yang cantik sedikit aja langsung melirik.''

''Emang sejak kapan adikmu ini jadi buaya? Lagi pula aku tidak ingin berpacaran-pacaran. Bagiku jika dia benar-benar baik dan tulus aku langsung menikahinya. Tidak seperti dirimu. Pacaran sejak SMA, di ajak nikah nggak mau nggak mau. Tapi giliran orang tuanya bangkrut aja geger minta nikah,''

''Raka... jangan berpikir seperti itu. Memang dulu belum waktunya menikah saja. Ini tidak ada hubungannya dengan kebangkrutan keluarganya,''

''Terserah Kau sajalah. Capek aku,''

Ada beberapa hal yang tidak diketahui oleh Bryan tentang Natasha. Raka sudah sangat hafal dengan sifat dan sikap Natasha. Sebab selain umur mereka yang sama, Natasha juga merupakan teman kuliah Raka. Apalagi saat mereka masih sama-sama kuliah di luar negeri.

Raka pun kemudian berdiri dan pergi menuju dapur.

Di sana terlihat Rena masih sibuk memasak beberapa hidangan terakhir yang akan ia sajikan untuk makan malam nanti.

''Dimana Mama Mbak?'' Tanya Raka yang kini sudah berdiri di sebelah Rena.

''Bu Rosa sedang pergi keluar sebentar Mas Raka,''

''Wah bagus...bagus. Akhirnya kamu sudah terbiasa dengan panggilan itu.''

''Hehehe iya mas, tapi kedengarannya sedikit aneh saja,''

''Apanya yang aneh? Bukankah itu panggilan normal ya,''

Rena menggaruk pelipisnya. Ia bingung harus menjawab apa lagi. Sebab putra majikannya itu sangat mahir dalam hal berdebat.

''Ya Mas, terserah Mas Raka sajalah,''

''Sepertinya kamu sibuk sekali. Apakah ada yang perlu aku bantu?''

''Tidak perlu mas, Mas Raka duduk aja sama Mas Bryan. Ini tinggal menata di meja makan saja kok. Setelahnya sudah selesai,'' jawab Rena.

Ditengah obrolan mereka, tiba-tiba terdengar suara yang tidak mengenakkan dari arah pintu.

''Hei, kalian sedang apa? Berpacaran kok di dapur. Modal dikit dong Raka, cari tempat yang romatis. Raka Raka Aku tidak menyangka seleramu ternyata buruk sekali,'' ucap Natasha yang tiba-tiba sudah berada di pintu dapur.

Mendengar ucapan Natasha, Raka memutar malas kedua bola matanya. Ia sudah sangat muak dengan ucapan buruk yang selalu keluar dari mulut gadis itu.

''Lanjutkan saja pekerjaanmu Mbak. Jangan dengarkan perkataan orang aneh yang tidak penting itu,'' ucap Raka.

Rena hanya tersenyum kikuk. Lama-kelamaan ia sudah mulai terbiasa dengan sifat dan juga sikap Natasha,''

''Iya Mas,'' jawab Rena.

''Kalau begitu aku ke depan dulu ya,'' pamit Raka. Rena pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Raka pergi begitu saja melewati Natasha. Bahkan ia sengaja menyenggol Natasha hingga Natasha hampir saja akan terjatuh.

''Kau!'' Tunjuk Natasha yang tidak terima dengan perlakuan Raka. Ia tidak habis pikir, dengannya saja Raka tidak pernah bersikap lembut. Lalu kenapa dengan Rena yang hanya seorang pembantu bisa bersikap lembut.

''Apa kau kau! Mau aku colok kedua matamu itu hah? Oh ya, aku tidak lupa membawa peralatan operasiku. Jika kamu macam-macam, percaya atau tidak malam ini akan ku jual kedua ginjalmu itu,'' ucap Raka yang langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan kemarahan Natasha.

''Aaak....!''

Natasha benar-benar dibuat emosi oleh Raka.

''Kau mau ke mana Raka?'' Ucap Bryan yang melihat Raka pergi keluar dan masuk ke dalam mobil.

''Keluar sebentar. Nanti kalau makan malam tiba, aku baru akan pulang. Malas aku di rumah.''

''Kenapa malah pergi? Kita sudah lama tidak bertemu. Kenapa kita tidak mengobrol dulu. Lagi pula aku ingin membicarakan tentang pernikahanku denganmu,''

''Kau urus saja sendiri lah Kak pernikahanmu. Nanti aku terima beres saja,''

''Hei.....''

Namun Raka tidak memperdulikan panggilan kakaknya. Ia hanya melambaikan tangannya saja lalu ia pun berlalu pergi mengendarai mobilnya, hingga ia berhenti di tepi jalan dekat dengan rumahnya. Raka kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

•••••••••

Makan malam telah tiba. Semuanya sudah berkumpul dimeja makan. Bahkan Raka juga sudah kembali dan ikut duduk di sana.

Rena mengambilkan beberapa minuman lalu meletakkannya di meja. Setelah itu ia bermaksud untuk masuk ke dalam kamarnya saja sambil menunggu semuanya selesai makan.

Namun niatnya itu harus kandas saat bu Rossa meminta Rena untuk ikut bergabung dan makan bersama. Rena merasa tidak enak dan kurang pantas. Apalagi melihat tatapan sinis dari Natasha, semakin membuatnya tidak ingin makan.

''Sudah, duduk saja Mbak. Mama sudah terbiasa kok mengajak para Mbaknya untuk makan malam bersama. Dulu sebelum kamu datang atau mbak-mbak yang sebelumnya juga sama. Kami makan bersama dan kami tidak pernah membeda-bedakan seseorang. Karena biar bagaimanapun kita itu sama di mata Tuhan,'' ucap Raka.

Rena pun terpaksa ikut Duduk di sebelah antara Raka dan Bu Rossa.

''Ya Tuhan, bukan masalah membeda-bedakan seseorang. Tapi masalahnya, jika melihat tatapan sinis non Natasha, aku takut makanan itu tidak akan mampu aku telan,'' batin Rena sambil menelan kasar ludahnya.

Raka mengetahui pandangan Rena yang melihat ke arah Natasha.

''Jangan hiraukan setan yang ada di rumah ini. Mereka akan pergi dan kepanasan, jika kamu berdoa dulu sebelum makan,'' ucap Raka yang langsung mengambilkan piring dan sendok lalu menaruhnya didepan Rena.

''Aduh mas, biar saya saja. Malah merepotkan mas Raka,'' ucap Rena sambil merebut sentong nasi yang akan Raka gunakan untuk mengambilkan Rena nasi.

Bu Rossa pun tersenyum mendengar ucapan putranya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!