Bukan Pelampiasan

Bukan Pelampiasan

Berangkat ke Kota

Bismillahirohmanirohim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat membaca

Semoga teman-teman suka dengan cerita yang saya berikan ini ya, dan semoga tidak membuat teman-teman bosan untuk membacanya. Mohon dukungannya ya, tolong di subscribe dan like-nya. Boleh memberikan kritik ataupun saran, tinggalkan saja di kolom komentar Ya. Terima kasih.

Kehidupan......

Kehidupan seperti apa yang bisa didambakan oleh seorang perempuan yang notabenya kini berstatus sebagai seorang janda. Di usianya yang kini sudah menginjak 26 tahun, dirinya sudah menjanda sejak tahun 2015.

Apakah aku perlu menulis dan menjelaskannya? Menulis tentang alasan mengapa ia bisa menjadi seorang janda. Jika aku tidak menulisnya, mungkin orang-orang yang membaca kisah ini akan salah paham terhadapnya. Betul tidak?

Di kehidupan nyata, ia hanyalah seorang gadis yang patuh terhadap orang tua dan juga terhadap norma-norma agama, serta menghargai setiap kehidupan yang ia lalui.

Sedari ia kecil hidupnya penuh dengan lika-liku serti hinaan dari orang-orang yang selalu memandang rendah keluarganya karena paling rendah dalam hal ekonominya. Bahkan tempat tinggal saja masih menumpang ditanah milik buyutnya.

Walaupun hidup serba pas-pasan, namun keluarganya tetap saling menyayangi, saling menjaga dan saling menguatkan. Hingga suatu hari...

Gadis yang lugu dan polos itu harus hancur masa depannya karena seorang laki-laki yang yang hanya mementingkan ego dan juga dirinya sendiri. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu.

Yang pada akhirnya cinta dan kesetiaan serta rasa menghargai harus ternodai oleh penghianatannya. Padahal, gadis itu rela melepas masa lajangnya, rela melepas kebebasannya demi untuk berbakti kepada suaminya itu.

Bahkan ia dengan patuhnya menuruti segala keinginan dari sang suami seperti, tidak boleh berdandan, dan tidak boleh memegang ponsel.

Ia pun dengan patuh menuruti dan ikhlas menjalani hidup rumah tangganya agar selalu terjaga dan berjalan dengan baik.

Namun ternyata jika hanya seseorang saja yang berusaha menjaganya, tentu tidak akan bisa sepadan dengan dua orang yang saling menjaga.

Semisalnya seperti sebuah perahu. Jika dua orang duduk di atas perahu, namun hanya seorang saja yang mendayung. Tentu saja kapal itu akan karam di tengah lautan yang ombaknya kian deras menerpa.

Pernikahan mereka hanya berselang satu tahun lamanya. Karena laki-laki itu lebih memilih kabur bersama kekasih hatinya yang sejak SMP mereka sudah bersama dan bahkan mereka sudah berhubungan layaknya seperti pasangan suami istri.

Namun yang tidak habis pikir, mengapa laki-laki itu tidak mau jujur dan mengatakan yang sebenarnya?

Andai saja laki-laki itu mau mengatakan kebenarannya, tentu pernikahan ini tidak mungkin terjadi.

Dan lagi, laki-laki itu sendiri yang ngotot ingin menikahi gadis itu. Bahkan di saat gadis itu meminta waktu untuk memikirkannya kembali tentang pernikahannya itu.

Laki-laki itu bukan hanya meninggalkan luka yang teramat dalam untuk si gadis, namun juga dengan trauma yang ia berikan. Belum lagi tuduhan-tuduhan yang ia sebarkan di mana-mana hanya untuk menutupi perbuatannya sendiri.

Hingga pada akhirnya, ia hanya bisa tersenyum memandangi potret pernikahannya yang kini sudah basah akibat air matanya yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Baiklah, jika memang itu keputusanmu. Tentu aku akan mengikhlaskannya. Aku harap jangan pernah engkau kembali lagi," ucapnya sembari mengusap foto pernikahannya itu.

Gadis itu kemudian berdiri lalu membakar satu persatu foto-foto pernikahannya hingga dua album penuh kini menjadi abu yang terbakar hangus bersama dengan impian dan masa depannya.

"Bu, aku ingin pergi bekerja. Aku ingin kembali menata masa depanku. Aku tidak ingin jika aku tinggal di desa, aku hanya akan menjadi beban untuk keluarga kita nanti,'' ucapnya sembari memeluk tubuh renta sang ibu.

''Tapi nak, apa kau yakin dengan keputusanmu itu?'' Tanya sang ibu.

''Iya Bu, doakan aku. Doakan semoga aku bisa mewujudkan mimpi-mimpiku serta membantu ayah dan ibu,'' ucapnya agar sang ibu memberikannya restu.

Dengan berat hati, Sang Ibu pun melepas kepergian putrinya untuk merantau ke kota dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Untung saja Ia mendapatkan seorang majikan yang sangat baik hati. Hubungan mereka mungkin jika dilihat dari luar sama halnya seperti pembantu rumah tangga dan juga majikan pada umumnya. Namun di rumah itu, Ia diperlakukan dengan baik oleh majikannya dan sekeluarganya seperti saudaranya sendiri.

Setiap harinya ia bekerja membersihkan rumah dan juga mengasuh tiga orang anak laki-laki majikannya. Yang pertama kelas 5 SD, yang kedua masih TK besar, dan yang terakhir masih TK kecil.

Ketiga putra majikannya itu juga sangat baik, tidak rewel ataupun nakal seperti anak-anak lain pada umumnya. Mereka juga sangat patuh dan mudah untuk diajari sesuatu hal yang baik.

Dan dengan telaten ia mulai bisa membuat putra-putra majikannya itu menjadi anak yang pintar dan baik dari sifat maupun sikapnya.

Hingga, tanpa terasa ia sudah bekerja 6 tahun lamanya di tempat itu. Namun karena tidak ada perubahan dalam hal segi ekonomi, karena di zaman sekarang barang serba mahal apapun serba mahal. Ia juga punya kewajiban untuk membantu kedua orang tuanya.

Gaji yang menurutnya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan, Ia pun memutuskan untuk mencari pekerjaan yang baru. Dan pada akhirnya ia pun memutuskan untuk pindah ke sebuah kota besar lainnya.

Ia ikut dengan temannya, namun mereka tidak akan bekerja bersama. Sebab temannya itu hanya membantunya mencarikan pekerjaan baru untuknya yang gajinya lumayan dari dari pada yang sebelumnya.

Kini ia bekerja disebuah rumah yang lumayan besar. Keluarga majikannya terdiri dari 3 orang. Ibu dan dua putra yang sudah besar.

''Wulan, apakah ini temanmu yang kau ceritakan itu?'' ucap wanita baru baya yang saat ini tengah berdiri di depan Rena.

''Iya Bu, perkenalkan teman saya ini namanya Rena. Dia teman sekampung dengan saya,'' ucap Wulan sambil memperkenalkan Rena.

''Rena ya, perkenalkan nama saya Rossa. Kamu bisa memanggil ku Bu Rossa saja. Saya memiliki dua orang Putra tapi Putraku sudah besar-besar. Yang satu umur 27 tahun, dan sebagai seorang Entertainment. Dan yang satunya umur 25 tahun bekerja sebagai seorang dokter. Mereka berdua jarang pulang. Jadinya, bisa dikatakan saya tinggal sendirian di rumah ini. Jadi kamu selain bersih-bersih, juga menemani saya supaya tidak sendirian lagi,'' ucap Bu Rossa.

''Baik bu,'' jawab Rena.

''Oh ya, soal gaji nanti kita bisa bicarakan. Kemarin Wulan sudah memberitahu saya,'' ucap Bu Rossa.

''Baik bu,''

Bu Rossa pun kemudian menunjukkan kamar untuk Rena. Bu Rossa meminta Wulan untuk menunjukkan sekeliling rumah dan memberitahu pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan oleh Rena. Rena cukup puas dengan pekerjaan barunya ini. Ia berharap semoga kedepannya ia bisa mengerjakannya dengan baik dan bisa betah nantinya.

Terpopuler

Comments

Om Rudi

Om Rudi

Om Rudi hadir di karyamu Lambayung

2023-06-17

1

Sasha ✨️

Sasha ✨️

Queen mampir, semangat 💪

2023-06-13

1

Dzaky Syakirah

Dzaky Syakirah

aku mampir Thor 💪

2023-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!