Bab 4
"Semoga saja ada. Aku tidak ingin mati kelaparan hanya untuk mencari merica," gumam Gadis di sepanjang langkahnya.
Terik matahari menemani langkahnya yang panjang dan cepat. Secepat kilat dirinya sudah memasuki toko kecil yang ditujunya.
"Bibi, apakah kau punya merica bubuk?" tanya Gadis kepada penjual toko itu.
"Kebetulan sekali, Nona cantik, aku memiliki sepuluh botol. apakah kau mau mengambil semuanya?" tanya penjual toko itu kembali.
"Baiklah. Aku akan mengambil semuanya, Bibi. Berapa yang harus kubayarkan?"
"Semuanya lima belas dolar. Apa mau membutuhkan tas untuk membawanya? Oh, Kau membawa keranjang. Biar kubantu menyusun ke dalam keranjangmu. Dan aku akan memberikan bonus sebuah Bros untukmu," ujar Bibi penjual toko itu.
"Terima kasih, Bibi. Kau sangat baik." Gadis menerima sebuah Bros yang indah. Bros seekor merak yang melambangkan kecantikan. "Sungguh indah Bros ini, Bibi. Sekali lagi aku berterima kasih terhadapmu." Lagi dan lagi Gadis berterima kasih.
Penjual toko itu tersenyum bahagia. "Kau memang cantik, Nona. Datanglah kapan-kapan untuk berbelanja lagi di tokoku."
Gadis melambaikan tangannya tanda berpisah dengan bibi pemilik toko itu. Kemudian ia mendengar sesuatu dari perutnya.
Krucuuukk
"Astaga, aku sampai lupa kalau aku lapar," sambil memegang perutnya dan mendongak ke kanan dan ke kiri. Sampai dirinya melihat sebuah kedai makan yang tak jauh dari toko kecil milik bibi baik hati. Mungkin hanya beda dua atau tiga toko saja.
Lonceng pintu berbunyi tanda ada seseorang yang masuk ke dalam kedai. Dorongan pintu itu tertangkap jelas di mata seseorang yang tepat sedang mendongak, mengarahkan matanya untuk menatap pintu itu. Ketika itu, kedai makan bibi Megan tidak terlalu ramai, karena jam makan siang sudah berlalu sejak lima belas menit yang lalu.
"Bibi, bisakah aku memesan satu roti dengan burger yang dipanggang kering dan segelas susu? Aku rasa aku akan memakannya di sini saja," jelas Gadis kepada bibi Megan.
"Dengan senang hati, Gadis Cantik. Silakan pilih tempat duduk yang kau suka," ujar Bibi Megan.
"Terima kasih, Bibi." Gadis menoleh dan mencari tempat duduk yang nyaman baginya.
Tak luput dari pandangannya, Gadis langsung bergegas menuju meja yang terletak agak ujung pojok sebelah kiri. Ia tak menyadari kalau di belakangnya ada dua orang lelaki yang masih belum kembali dari toilet.
Ketika pandangan matanya bertemu dengan lelaki yang memandangnya, seketika itu juga Gadis menundukkan kepalanya, tak berani untuk mendongak, bahkan menatap orang itu. Orang itu tak mengalihkan pandangannya terhadap gadis yang berada cukup jauh dari tempat duduknya.
Tak menyadari akan hal yang menimpa Gadis, ia merasakan pinggangnya di towel dengan sengaja oleh seseorang yang di ada di belakangnya.
Gadis menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat ada Edy dan Bass, asyik tertawa setelah Bass mencoba mentoel pinggang Gadis.
"Kurang ajar! Kalian sangat tidak tahu sopan santun!!!" teriak Gadis seraya mendorong kursinya untuk berdiri mendekat ke arah Edy dan Bass.
Bass memang terkenal degan tingkah lakunya yang buruk, suka mengusik ketenangan orang lain, bahkan suka sekali membuat onar. Itu tak dipungkiri oleh masyarakat di sana, karena mereka tak terlalu peduli dengan anak itu. Sedangkan Edy adalah pion yang selalu disuruh-suruh seperti peluru yang siap ditembakkan kapan saja, ia siap melakukan perintah. Entah mengapa Edy berteman dengan Bass yang sudah tahu wataknya sangat buruk.
Di sisi lain, Albert yang melihat kejadian itu masih meraba ada masalah apa sebenarnya gadis itu dengan ke dua orang yang terkenal membuat onar.
Gadis berdiri tepat di depan meja Edy dan Bass dengan mata merah, terpancar kemarahan di raut wajahnya.
...****************...
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nurlela Nurlela
mencari merica bukan sebuah merica🙏🙏
2023-06-02
2