2

Zeina menguap begitu lebar sambil menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. Ia melihat ke arah jam wekernya yang berdering sedari tadi.

"Hoaaammm.. masih ngantuk, tetapi aku butuh duit!" gumam Zeina seraya melirik jamnya yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia menatap foto sang ibu yang sudah meninggal dunia. Zeina menatap sendu foto wanita yang dia cintai tersebut.

"Hai Bun, aku sangat merindukanmu Bun. Tadi malam saja aku memimpikan bunda ada bersamaku di saat pernikahan aku dengan Rolan. Aku ingin sekali bunda bisa hadir saat kami menikah nantinya," ucap Zeina dengan mata berkaca-kaca.

"Zein sedih karena ayah sama sekali tidak peduli lagi denganku. Ia lebih mementingkan keluarga barunya daripada putri kandungnya sendiri. Tapi aku tidak akan menyerah untuk tetap bertahan hidup. Masih ada Rolan yang mencintai aku dengan tulus Bun. Doakan rencana pernikahan kita berjalan dengan lancar ya Bun," ucap Zeina kemudian mencium pigura foto yang ini dengan penuh kerinduan.

Setelah meletakkan pigura sang bunda. Zeina mengambil handphone miliknya dan mengecek pesan yang masuk didalamnya. Ternyata ada pesan dari sang calon suami. Namun didalam chat itu Zeina salah fokus dengan jam yang tertera saat Rolan mengiriminya pesan.

"Semalam ini dia balas pesanku? Apa memang meetingnya sampai malam kemarin?"

Zeina tak mau ambil pusing. Nanti sajalah di kantor dia akan menanyakannya langsung kepada Rolan. Ia segera mengikat rambutnya, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan juga gosok gigi. Setelahnya dia memasak sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah semuanya selesai, Zeina bergegas untuk mandi.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Zein sudah siap dengan pakaian formalnya untuk ke kantor. Sudah hampir setahun ini Zein pindah ke sebuah apartemen yang harga sewanya tidak begitu mahal. Zein memang pergi dari rumah sang ayah. Karena tidak tahan dengan perlakuan ibu dan adik tirinya. Zein bukan pembantu di sana. Lagipula sang ayah juga tidak peduli Zein ada atau tidak di rumah tersebut. Benar-benar ayahnya sudah buta akan perasaan cintanya kepada si istri barunya. Melupakan anaknya sendiri demi orang baru yang dia cinta.

Zeina berangkat sendiri ke kantor. Meski memiliki hubungan dengan Rolan tetapi keduanya sepakat tidak akan mengumbar kemesraan di depan umum. Apalagi di tempat kerja. Mereka akan bersikap profesionalitas.

Setibanya di kantor, Zeina disambut rekan-rekan kerjanya dengan hangat.

"Hai Zein, gimana kabarmu hari ini?" sapa Siska, sahabat Zeina sejak duduk dibangku perkuliahan.

"Baik, eh mana si Rio?"

"Aku disini cantik. Nyariin mulu sih? Kenapa? Kangen aku ya?" tanya Rio sambil menyerahkan satu cup teh hijau kesukaan Zein. Rio adalah teman satu divisi kedua gadis tersebut.

"Makasih Yo, kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan. Kamu yang terbaik," kata Zeina sambil memberikan lambang Sarange kepada Rio. Hal tersebut membuat lelaki itu menjadi salah tingkah dibuatnya.

Sementara Zeina dan Siska hanya terkekeh melihat tingkah Rio yang mudah sekali salah tingkah jika sudah diusili oleh Zeina.

"Oh iya Zein, kemarin aku dan Rio mampir ke kafe sepulang kerja. Terus kami liat ada Rolan dan Bella keluar dari kafe barengan. Neh tanya sama Rio deh, aku nggak bohong Zein," ujar Siska sambil meminta dukungan kepada Rio.

"Iya bener Zein, mereka ngomongnya mesra banget gitu," perkataan Rio sukses membuat senyuman cerah Zeina di pagi hari menjadi kecut seketika.

Tumben? Dia tahu kalau Rolan dan Bella satu divisi. Tetapi apa iya Rolan bersikap mesra kepada Bella. Padahal Rolan sudah tahu sejak lama kalau dia dan Bella adalah saudara tiri. Dan Rolan juga tahu betapa bencinya Zeina kepada dua makhluk yang sudah membuatnya kehilangan sosok sang ayah.

"Mungkin mereka ada urusan kantor," kata Zeina mencoba berpikir positif di depan teman-temannya. Kalaupun dia ingin bertanya, nanti akan dia tanyakan langsung kepada Rolan.

"Ya sudah ayo kembali bekerja, sudah waktunya kerja neh. Ntar kita bisa kena SP dari atasan kalau kebanyakan ngobrol," pungkas Zeina seraya menunjuk ke arah jarum jam di pergelangan tangannya.

"Yaudah kalau gitu, ayo Yo," ajak Siska menarik lengan Rio untuk kembali ke meja kerjanya masing-masing. Kebetulan meja Rio memang bersebelahan dengan Siska.

Sementara itu Zeina masih memikirkan ucapan Siska. Kalau dibilang mereka berdua berbohong itu tidak mungkin. Namun apa iya Rolan tega berbuat seperti itu kepadanya? Padahal selama ini Rolan tahu kalau dia tidak menyukai Bella dan juga ibu tirinya tersebut.

Sepertinya Zeina harus membicarakan hal ini kepada Rolan daripada nantinya dia banyak overthingking. Apalagi sejak Rolan mendapatkan telepon dan mengatakan ada meeting dengan Billi. Namun kenapa justru keluarnya dengan Bella? Harus ada yang dibicarakan diantara mereka berdua. Itulah pemikiran yang sekarang ada dibenak Zeina.

Zeina mengambil handphonenya dan mengetik sebuah pesan di sana.

📩 sayang, nanti makan siang kita ke kafe ya?

📩 Oke sayang, aku tunggu nanti di lobi, oke.

📩 Baik

Rolan sudah setuju dan Zeina tinggal menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kemarin sehingga membuatnya menjadi penasaran seperti sekarang.

❤️❤️❤️

TBC

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

rolan selingkuh saudara tiri zeina kl.....

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!