Ada banyak hotel yang mereka lalui di sepanjang perjalanan pulang. Mulai dari hotel budget ala kadarnya sampai yang biaya sewa per-malam lumayan menguras isi dompet. Dan dari sekian banyak pilihan itu, mereka—lebih tepatnya Sabiru—memilih untuk menginap di sebuah hotel bintang 3 yang letaknya bersebelahan dengan sebuah gedung pertemuan. Baskara menurut saja, toh rencana staycation dadakan ini adalah inisiatif Sabiru dan dia merasa tidak berhak untuk menunjuk ke hotel mana mereka akan menginap.
Di resepsionis, Baskara sudah siap untuk memesan dua kamar ketika Sabiru justru dengan percaya diri mengatakan bahwa mereka hanya akan memesan satu kamar untuk berdua. Sang resepsionis tersenyum ambigu, sedangkan Baskara hanya bisa pasrah membiarkan Sabiru berceloteh riang selama proses pemesanan kamar. Ia juga membiarkan kekasihnya itu membayar melalui kartu debit miliknya—yang tentu saja dibuat atas nama Kimara Anindia.
Beberapa menit kemudian, kamar berhasil dipesan. Selembar access card diserahkan kepada Sabiru oleh si resepsionis, masih dengan senyum yang sama sambil melirik sekilas ke arah Baskara—membuat lelaki itu kembali menghela napas panjang.
“Ayo,” begitu semangatnya Biru menarik lengan Baskara, menuntun kekasihnya menuju lift untuk sampai ke lantai 4 di mana kamar mereka berada.
“Duit lo kurang buat bayar dua kamar?” tanya Baskara dengan nada sarkas saat mereka sudah berada di dalam lift yang kosong.
Kalau biasanya Sabiru hobi mencak-mencak, kali ini perempuan itu hanya menoleh sekilas lalu tersenyum tipis. Tidak ada klarifikasi soal apakah uangnya cukup atau tidak, namun Baskara tahu keputusan untuk memesan hanya satu kamar ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan uang yang mereka miliki.
Ting!
Lift berdenting nyaring, disusul terbukanya pintu besi yang seakan mempersilakan mereka untuk segera melanjutkan langkah menyusuri lorong yang sepi.
Masih dengan semangat yang tidak surut, Biru mengayunkan langkah bersama Baskara yang masih dia gamit erat lengannya. Yang laki-laki hanya bisa pasrah, menunggu dengan sabar ketika sang kekasih menempelkan access card ke pintu hingga pintu berwarna cokelat tua itu terbuka lebar.
“Gue mau langsung mandi, gerah.” Setelah mereka berdua masuk, Baskara melepaskan diri dari gelendotan Sabiru. “Nitip hape sama dompet.” Sambungnya, menyerahkan kedua benda yang dia sebutkan ke tangan sang kekasih.
Biru menerimanya dengan senang hati, full senyum ia sebab keinginan untuk staycation dituruti. Sejujurnya, dia sudah menunggu saat-saat ini sejak lama. Bosan sekali dia menghabiskan waktu di rumah kontrakan, belum lagi jika ada si Kumala Lintang yang tak jemu-jemu datang mengganggu.
“Sana, mandi yang bersih, biar wangi.” Ucapnya sambil mengerjap-ngerjap lucu.
Tingkah tak biasa itu membuat Baskara merinding disko. Bukan apa-apa, dia hanya takut kalau kekasihnya ternyata sedang ketempelan jin penunggu pantai hingga membuat perempuan itu menjadi super duper centil luar biasa.
“Lo juga mandi, mandi kembang biar jin di dalam tubuh lo hilang!” sebelum kabur ke dalam kamar mandi, Baskara sempat menoyor jidat Biru cukup kuat hingga membuat perempuan itu terhuyung ke belakang.
“Baskara sialan!” Biru berteriak, secepat kilas melepaskan sepatunya kemudian dia lemparkan ke arah Baskara—berakhir menghantam pintu karena Baskara lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Baskara dibuat geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan tingkah aneh Sabiru yang kali ini benar-benar di luar batas wajar. Lalu dia kembali teringat pada alasan di balik ide staycation dadakan ini, yang sampai sekarang pun Biru tidak mau mengaku apakah itu karena celetukannya soal making love atau ada hal lain.
“Ah, bodo amat.” Ucap Baskara pasrah sambil menyugar rambutnya ke belakang. Ia kemudian berjalan mendekati shower, memutar kera sambil menyetel suhu air yang ingin dia gunakan untuk mandi. Setelah memastikan air yang mengalir pas, barulah ia menanggalkan satu persatu pakaiannya, lantas memasrahkan diri di bawah guyuran air hangat yang seketika membuat pikirannya menjadi jauh lebih rileks.
Well, terlepas dari apa alasan sebenarnya di balik diadakannya staycation ini, Baskara rasa ini adalah keputusan yang tepat. Sudah lama sekali dia tidak merasakan mandi dengan air hangat melalui kucuran shower, sebab di rumah kontrakan mereka hanya ada bak penampungan air dan mereka biasanya mandi dengan menggunakan gayung.
Memakan waktu kurang lebih 20 menit, acara mandi sore itu pun selesai. Baskara mematikan shower, menunggu hingga ia selesai pada tetes terakhir sebelum kabur ke sisi di mana handuk hotel sudah dipersiapkan pada tempatnya. Handuk tebal berwarna putih dengan serat-serat kain yang halus itu kemudian Baskara gunakan untuk mengelap setiap sisi tubuhnya, dari ujung kepala hingga ke sela-sela jemari kaki. Kemudian, ia mengenakan kembali pakaiannya.
Ketika ia keluar dari dalam kamar mandi, Baskara menemukan Sabiru sedang gegoleran di atas kasur Queen Size dengan posisi telungkup. Perempuan itu tampaknya sedang asyik scroll medsos sampai tidak menyadari kehadiran Baskara yang sudah sampai di sisi kasur yang sebaliknya.
“Watcha doing, huh?”
“Melihat perkembangan dunia.” Jawab Biru, acuh tak acuh sebab sudah kepalang tanggung. Dia sedang asyik membaca sebuah thread di Twitter, tentang kontroversi seorang YouTuber ternama yang kedapatan telat membayar gaji karyawan bahkan hingga si karyawan tak lagi bekerja dengannya. Lantas dengan begitu saja, keburukan-keburukan lain datang dengan sendirinya. Mulai banyak yang bermunculan sebagai korban. Beberapa pengakuan kedengaran masuk akal, namun ada pula yang kentara sekali seperti hanya sebuah kebohongan.
Baskara yang penasaran soal ‘perkembangan dunia’ yang sedang diamati oleh kekasihnya pun bergabung. Perlahan ia merangkak naik ke atas kasur, menempatkan tubuhnya di atas tubuh Sabiru dengan memastikan perempuan itu tidak tertindih sama sekali. Dari sisi kepala Sabiru, ia turut mengintip ke layar ponsel, hanya untuk dibuat melenguh kecewa sebab apa yang dia pikirkan terlalu jauh dari realita.
Alih-alih berita soal Elon Musk yang berhasil menciptakan kehidupan baru di Planet Mars, ia malah mendapati gosip murahan yang datang silih berganti seperti sebuah penyakit musiman.
“Nggak ada korelasinya sama sekali dengan perkembangan dunia.” Baskara mencibir, kemudian dengan rasa kecewa yang dia telan sendiri, dia menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh Sabiru.
“Ada,” Sabiru menyahut. Setelah selesai membaca baris terakhir dari thread tersebut, ia pun turut mendudukkan diri. “At least buat dunia keartisan.”
Ngeles mulu kerjaan lo. Batin Baskara, namun pada realitanya dia hanya bisa mendengus pelan. Sebab ia terlalu malas untuk mendebat Sabiru yang sedang dalam mode gesrek. Jadi alih-alih memperpanjang soal dunia keartisan atau apalah itu, Baskara lebih memilih untuk membahas topik yang lain. Sebuah bahan diskusi yang memang sudah dia simpan untuk dirinya sendiri karena masih menunggu waktu yang tepat untuk bisa diutarakan kepada Sabiru.
“Bi,” Baskara memanggil dengan hati-hati.
“Apa?”
“Gue mau....”
Bersambung
Mau apaaaa hayoooooooo???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments