TMKA. Tersedak

Bab. 14

"Ra! Nongkrong yuk!" ajak Tami seraya menggandeng tangan Tami. Lalu wanita itu menatap ke arah Hiro. "Lo udah nggak ada jam ngajar lagi kan, Kak?" tanya Tami pada saudara kembarnya.

Hiro menggeleng. "Nggak ada. Palingan rapat aja ntar jam empat sorean. Kenapa?" tanya Hiro menatap curiga ke arah adiknya.

Tami menggeleng namun dengan senyuman mencurigakan.

"Gue bawa adik lo ini bentaran. Mau cuci mata," ucap Tami seraya mengedipkan satu matanya. Hiro terdiam, lalu mengangguk paham di kala mata Tami melirik ke arah Ryu.

"Haish! Dia udah punya suami kalau lo lupa. Mending suruh pamit sama suaminya aja dulu. Dari pada lo dikira mau jual dia ntar. Berabe kan urusannya. Tau sendiri, Budhe memperlakukan Ara kek apa. Bisa-bisa diceramahi tujuh turunan," sahut Hiro begitu santai.

"Dih! Ribet banget!" balas Tami. "Lo mau nongkrong sama gue, nggak? Tapi kali ini tempatnya beda. Nggak di cafe Biru miliknya Om Ji itu. Gimana?" tanya Tami pada Ara.

"Boleh sih, Kak. Kebetulan juga aku udah lama nggak nongkrong," sahut Ara senang. Akhirnya ia bisa keluar lagi.

"Lo ijin sama suami lo dulu, sana. Dari pada ntar dia nyalahin gue," pancing Tami seraya melirik ke arah Ryu sekilas. Sedangkan pria itu tetap bermuka datar. Tanpa ekspresi sama sekali.

Tami pikir, Ara bakalan menghubungi pria yang menjadi suaminya. Dan pada saat itu identitas Ryu bakalan terbongkar sekarang juga. Ah ... membayangkan adegan di antara mereka, sudah membuat Tami tak sabar lagi. Pasti lucu dan penuh drama jika mengingat sifat Ara.

Namun, jawaban Ara sungguh membuat duo twins merasakan sakit di perut mereka. Karena dipaksa untuk tidak tertawa. Bahkan matanya saja sampai berair.

"Boro-boro mau pamit, Kak. Asal Kak Tami tau aja ya, Ara tuh nggak tau suami Ara tuh siapa. Mama juga nggak kasih tau. Terus Ara mau pamit ke siapa, coba? Aneh banget," keluh Ara dengan wajah cemberut.

"Hah? Yang bener, Ra?" sahut Hiro sok terkejut. Padahal pria itu sekuat tenaga menahan tawanya agar tidak terlihat.

Lalu Hiro menatap ke arah Ryu dengan alis terangkat tipis. Membuat Ryu menghela napas. Dari kecil, duo twins itu memang sangat menjengkelkan. Selalu membuat onar. Bahkan sampai sekarang pun mereka masih sama saja. Begitu kompak jika ingin mengerjai dirinya.

"Beneran, Kak. Kalau tau udah dari awal itu Ara temuin dia," jawab Ara.

Kali ini giliran Tami yang memicingkan matanya. Ia mempunyai feeling jika apa yang akan dilakukan oleh Ara benar-benar perbuatan tidak benar.

"Mau apa lo temuin dia, kalau semisal tau dia suami lo?" pancing Tami membuat semua orang yang kini sudah berada di mobil pun merasa penasaran. Pun begitu dengan Ryu yang tengah duduk di jok depan, di samping Hiro yang berada di balik kemudi.

"Mau batalin. Kalau emang udah terlanjur ya mau minta cerai," jawab Ara begitu santai dan seolah tanpa beban sedikit pun.

Jawaban gadis itu membuat Ryu tiba-tiba saja tersedak. Padahal tidak sedang memakan atau minum sesuatu. Sehingga Hiro yang berada di dekatnya pun memberikan minuman mineral yang ada di sampingnya kepada Ryu.

"Minum, Bro," ujar Hiro yang tidak berani memanggil nama Ryu secara langsung.

Ara menatap aneh pria asing itu. Kenapa juga bisa tersedak tanpa sebab.

Sedangkan Tami yang berada di samping Ara, wanita itu mencubit ujung hidung mancung gadis tersebut hingga meninggalkan bekas memerah di sana.

"Kalau ngomong itu dipikir dulu. Jangan main mencutul gitu aja," ingat Tami yang tumben berada di jalur lurus.

Ara menoleh dengan muka di tekuk ke arah Tami. Sementara Ryu menaruh kembali botol mineral itu.

"Sekarang gini ya, Kak," ujar Ara yang kemudian membenarkan posisi duduknya. Bersiap untuk bergosip dengan Tami.

"Apa?" sahut Tami.

Bukan hanya Tami saja yang was-was dengan ucapan Ara setelah ini. Tetapi juga Hiro yang sangat hapal betul tabiat gadis itu. Takut jika pria yang ada di sampingnya ini shock teramat luar biasa jika mendengar ucapan Ara.