Bab. 6
Mama Yuan menggeleng kepala. "Nanti kamu juga akan tahu, Ara. Udah, jangan dipikirin lagi. Anggap aja ini cuma acara lamaran, namun tetap harus diingat. Kamu udah punya suami. Jadi batasi diri kamu agar nggak terlalu dekat dengan pria lain. Mengerti, Sayang?" ujar mama Yuan.
Ara ingin sekali melayangkan protes. Namun lagi dan lagi kebaikan serta kehidupan yang mereka kasih kepadanya jauh lebih banyak dari apa yang Ara lakukan untuk mereka. Bahkan mereka masih berbaik hati tetap membiarkan dirinya untuk tinggal di sana.
"Tapi Mama masih sayang Ara, kan?" tanya Ara dengan nada takut. Takut jika jawabannya itu jalan iya.
Mama Yuan tersenyum sembari mengusap bahu putrinya. "Masih, Sayang. Mama tau ini berat. Tapi Mama percaya kalau kamu anak yang baik dan ini semua demi kamu."
Ara mengangguk mengerti. Kemudian gadis itu pamit untuk membantu bi Tijah. Namun dilarang oleh mama Yuan.
"Udah, kamu istirahat saja, Sayang. Buruan mandi sana. Bau acem," ledek mama Yuan seraya menutup hidungnya. Membuat Ara menekuk muKanya.
***
"Hari ini katanya ada guru baru, ya?" tanya Citra pada Ara yang tengah menempelkan wajahnya di atas meja tempatnya.
"Gue nggak tau," jawab Ara dengan suara lirih. Posisinya yang memunggungi Citra, membuat temannya itu curiga dengan sikap Ara yang terlihat tidak ceria seperti biasanya.
"Kenapa lagi sih kamu, Ra? Ini masih pagi, loh. Jangan bilang mood kamu udah berkeping," tebak Citra sangat memahami tabiat Ara.
Jika gadis di sampingnya ini datang dengan muka ditekuk, sudah jelas terjadi hal-hal yang tidak di sukai oleh Ara sendiri.
Ara mengangguk samar. "Kayaknya sebentar lagi gue jadi burung deh, Cit," celetuk Ara begitu asal. Membuat Citra mengeram gemas.
"Emangnya kamu sedang kena kutukan, apa? Itu mulut kalau ngomong kok asal banget," sahut Citra tidak habis pikir dengan jalan pikiran temannya ini.
Sedangkan Ara masih pada posisinya. Seolah menikmati menyatu dengan meja seperti ini. Ara juga mengetukkan ujung jarinya di sana. Menikmati irama yang ia ciptakan secara tidak beraturan.
"Beneran, Citra Hazelint. Gue jadi burung beneran ini. Dikurung di dalam sangkar," ujar Ara.
Tidak mungkin juga dirinya cerita kepada Citra kalau ia sudah menikah kemarin. Bukan cuma akan menghadapi kehebohan Citra, tetapi juga cecaran pertanyaan yang akan sahabatnya itu layangkan. Mana Ara sendiri tidak tahu nama suaminya. Ck! Sangat lucu dan menggemaskan sekali bukan, hidupnya ini.
Melihat ada yang aneh, lantas Citra menempelkan tangannya di kening Ara. Memeriksa suhu tubuh sahabatnya itu. Barang kali aja ada salah makan hingga menyebabkan kerusakan saraf otak yang berdampak cara berpikir nya melenceng.
"Masih waras deh kayaknya," gumam Citra yang juga menempelkan tangannya di keningnya sendiri.
Ara menepis tangan Citra dan gadis itu kemudian menegakkan tubuhnya. Duduk dengan benar di saat mendengar suara bel masuk.
"Lo pikir gue udah mau gila, gitu?" geram Ara melirik sinis ke arah Citra.
Citra mengangkat tangan, menampilkan dua jarinya ke arah Ara.
"Sorry, habisnya ucapan kamu aneh banget. Mana ada sangkar burung yang buat di badan kamu, Ra. Bikin orang anu, kan jadinya," ujar Citra semakin membuat Ara bertambah kesal.
"Itu tuh cuma sebagai perumpamaan aja, Cit—"
"Diem, diem! Guru baru ternyata masuk ke sini!" ingat seseorang berlari masuk ke dalam kelas. Membuat keadaan kelas langsung hening seketika. Karena mereka menganggap jika guru baru itu juga sama seperti guru lainnya. Galak nya minta ampun dan sangat tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-05-08
0
Mamah Kekey
guru ku suami ku
2024-03-27
1
Sandisalbiah
guru barunya pak suami ya Ra..?
2023-07-30
0