"Terima kasih, aku akan menunggu taqsi lewat." Anisa menolak, saat Samuel ingin mengantarnya pulang. Bukan tanpa alasan, hanya saja Anisa tak cukup kenal dengan lelaki yang baru beberapa jam lalu.
Seakan Samuel tahu akan pikiran Anisa, dan pria itu pun lantas mengatakan hal yang tal terduga. Sampai Anisa heran dibuatnya, kenapa bisa dengan apa yang ada dipikirannya sekarang. "Tenanglah, aku pria baik-baik dan tidak brengsek."
Anisa menoleh ke arah Samuel. "Kenapa bisa sama dengan apa yang aku pikirkan sekarang?" tanya Anisa pada dirinya sendiri.
"Apa kamu takut jika aku akan menculikmu? Aku sudah kaya dan tidak butuh organ manusia untuk dijual." Seketika Anisa merasakan merinding di sekujur tubuhnya.
Samuel yang melihat ekspresi lucu dari Anisa, tersenyum tipis. Nyatanya wanita itu punya rasa takut juga. Saat Samuel sengaja menakut-nakutinya.
"Apa kamu seorang penjahat?" tanya Anisa dengan polos.
"Iya aku penjahat, dan kamu tawanannya."
Samuel tertawa sampai-sampai perutnya sakit akibat terlalu menahan tawa, dan sekarang yang ada di pikirannya adalah. Kalau sosok wanita yang baru beberapa jam ia kenal. Mampu membuatnya tertawa lepas, tanpa ada beban sedikitpun.
Sepertinya keberuntungan tengah memihak kepada Samuel.
"Sudahlah, ini sudah mau masuk sore. Lagian apa kamu tidak risih dengan celana basah, dan badanmu tertutup oleh Hoodie ku." Ucapan Samuel membuat Anisa seketika berdecak sebal.
Itu karena, apa yang dikatakan oleh Samuel ada benarnya. Ia tidak mungkin dengan pakaian yang tidak jelas.
"Baiklah, antarkan aku pulang tapi tidak sampai di depan rumah. Aku tidak mau mertuaku menjadi salah paham dan menuduhku yang tida-tidak," ujar Anisa membeberkan pada Samuel, jika tidak perlu sampai di depan rumah, karena tidak ingin salah paham berujung sebuah petaka.
"Jadi, wanita ini sudah memiliki suami? Lantas kenapa seperti orang yang tertekan?" Samuel bertanya dalam hati, akan sosok Anisa, terlihat dari sorot matanya. Jika perempuan ditemuinya tengah menyimpan sejuta luka.
..............
20 menit kemudian.
Samuel baru saja sampai di tempat Anisa tinggal. Namun, dengan jarak beberapa meter Anisa gegas turun untuk segera pulang, karena hari ini cukup melelahkan.
"Terimakasih untuk tumpangannya, dan apa aku boleh minta nomor ponselmu. Kalau jaket ini sudah aku cuci maka dengan begitu aku bisa menghubungi kamu," jelas Anisa.
Tidak banyak bicara. Samuel langsung mengambil bolpoin dan menuliskannya di tangan Anisa.
Sesaat kemudian. Mata Anisa membulat kala melihat mobil yang tidak asing baginya.
"Lho itu kan ...,"
"An, kamu darimana?"
Suara dari arah teras rumah, membuat Anisa seketika menoleh.
"Mas," sapa Anisa saat melihat lelaki yang selama dua minggu tidak terlihat.
"Aku dari tadi menunggu, lalu kamu darimana? Kamu belum jawab pertanyaan Mas, lho?" Dirga menatap wajah istrinya. Namun, belum sadar dengan apa yang terjadi pada Anisa.
"An, jawab!" tekan Dirga dan mengulangi ucapannya lagi.
"Aku baru saja dari dokter kandungan. Ibu minta untuk aku periksa lagi," jawab Anisa tanpa menatap wajah sang suami yang tak pernah terlihat selama dua minggu ini.
"Bagaimana hasilnya? Apa kamu sedang tidak enak badan. Makanya kamu berpakaian seperti itu?" ujar Dirga saat mengamati Anisa dengan jaket yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
"Bukan badanku yang sakit Mas, tapi hatiku yang sedang terluka." Ingin rasanya Anisa berkata seperti itu, tapi sayang. Ia hanya mampu berkata dalam hati dan memendam semua sendirian.
"An," tegur Dirga lagi. Anisa pun langsung tersadar dan menetralkan nafas yang sedikit sesak, karena bukan itu yang ingin didengar oleh Anisa.
"Kamu tahu kan Mas, hujan baru saja reda. Aku tadi sempat kehujanan dan beruntung ada orang baik yang memberi Hoodie nya untuk aku pakai," terang Anisa pada Dirga.
"Oh ya, kapan kamu pulang. Kok tiba-tiba sudah ada di rumah? Bukannya jadwal pulangnya masih sisa tiga hari lagi, ya?" tanya Anisa karena ia sama sekali tidak menerima kabar apapun dari Dirga.
"Oh itu ya, maaf Mas tidak kasih kabar sama kamu karena waktu di bali ponsel rusak, dan kemarin baru bisa dipakai. Pekerjaan sudah selesai makanya Mas pulang lebih awal," ucap Dirga menjabarkan alasan kenapa dari mulai datang sampai hari kepulangannya, tidak memberi kabar.
"Oh." Anisa menanggapi dengan mulut membentuk huruf o, dan pada saat ingin masuk terdengar suara langkah kaki. Yang dapat dipastikan jika itu adalah bu Marina.
"Bagus ya kamu, kamu pergi jam berapa dan sekarang pulang sudah pukul berapa? Hum." Bu Marina berkacak pinggang, sebuah omelan tengah menyambut Anisa yang saat ini merasakan jika tubuhnya sedang membutuhkan tenaga.
"Bu, tadi kan hujan. Aku nunggu sengaja nunggu hujannya reda karena tidak mungkin aku berdiri ditepi jalan, hanya untuk menunggu taksi." Anisa mencoba memberi pengertian pada mertuanya. Akan tetapi, semua itu tetaplah salah dimata beliau.
"Alasan saja," dengus bu Marina.
"Sudah-sudah, sebaiknya kita masuk. Tidak baik jika kita berdebat di luar," lerai Dirga karena perjalannya hari ini cukup melelahkan, jadi ia ingin istirahat untuk sejenak.
Di balkon.
Malam yang begitu dingin, akan cuaca yang memang tidak mendukung. Anisa menatap bulan dengan mata telanjangnya. Sendiri dan hanya berteman kan dengan angin.
Malam yang diimpikan, nyata sirna. Anisa mempunyai suami tapi rasa tak punya.
Jika semua orang setelah berpisah cukup lama, maka dua insan akan memadu kasih untuk melepas rasa rindu yang tertahan, tapi berbeda dengan yang dialami oleh Anisa.
Tidak dipungkiri jika dirinya menginginkan lebih dari suaminya. Ditambah Anisa adalah orang normal, tapi sayang selama setahun ini Anisa tidak mendapatkan hak sebagai seorang istri. Meski secara sudah didapatkannya.
"Apa ada yang salah dengan aku? Kenapa Mas Dirga sama sekali tidak pernah menyentuhku lagi? Atau memang sudah tidak ada rasa cinta di dalam hatinya, dan memilih menghindar secara perlahan?" di dalam pikiran Anisa sedang bertanya-tanya, karena memang setiap Anisa menginginkannya. Maka Dirga selalu beralaskan capek.
Anisa seorang gadis yang tumbuh di panti asuhan. Sukses dinikahi pria kaya, dan diusianya yang sekarang menginjak angka 29 tahun, lima tahun pernikahannya dengan Dirga memberi kesan tersendiri untuk Anisa.
"Mas, aku kangen dengan kamu yang dulu. Aku rindu saat kamu memanjakan aku. Memperhatikan setiap aktivitasku, tapi sekarang hanya rasa hampa yang aku rasakan." Anisa mencoba mengobati lukanya sendiri. Andai Anisa sanggup. Mungkin saja ucapan yang hanya mampu di pendam olehnya, akan ia katakan pada Dirga.
Sesaat kemudian.
Dirga yang semula tidur dengan sangat pulas nya. Tiba-tiba terbangun dan Anisa sadar akan hal itu.
"An, kamu di mana?" panggil Dirga saat melihat di sampingnya tidak ada orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Baca nih novel buat Ry takut
PaMud Mampir
2023-07-29
0
Amalia Gati Subagio
pernikahan apa, komunitas banyak dekat!! ajib bangga dgn pernikahan sandiwara dgn alasan menjaga kedamaian dlm rumah!! setelah nampak borok di wajah, lgs meledak liat!! pernikahan apa yg dipamerkan penuh cinta berujung penipuan, perselingkuhan, penipuan!!
2023-07-04
1
Rini Antika
jelas aja gak mau nyentuh, org udah punya lubang yg lain, 🙈
2023-06-09
0