Sore itu, kala langit mulai gelap dan hujan akan segera turun. Di rumah sakit, Anisa yang baru selesai diperiksa segera pulang, tapi tidak langsung menuju rumah. Melainkan ke taman, untuk melihat keindahan aneka bermacam-macam bunga, sekaligus menghilangkan penat dan beban pikiran yang ia tahan selama ini. Siapa tahu dengan begitu nantinya akan membuat Anisa melupakan akan perseteruan dengan sang mertua.
Langit yang semakin gelap, dan air pun siap untuk dijatuhkan lalu menghujani bumi. Seakan mati rasa ketika Air itu mulai membasahi rambut panjang milik Anisa.
"Hai, apa kamu gila atau memang ingin hujan-hujanan?" sosok lelaki tengah menghampirinya, dengan payung yang berada di tangan. Untuk sesaat Anisa hanya menatap pria tersebut.
"Aku harap kamu tidak tuli ya dan mau menjawab perkataanku." Ucapan pria tersebut membuat Anisa berdecak sebal karena sudah mengganggu kenyamanannya. Untuk menghilangkan rasa sesak di dada. Menikmati akan dirinya yang sekarang tengah di bawah guyuran air hujan.
"Hai ...," ulang si pria itu lagi.
"Jika kamu ingin paduan suara, bukan di sini tempatnya!" seru Anisa dengan tatapan tak suka pada pria tersebut karena dianggap mengganggu ketenangannya, yang ingin melepaskan semua yang tertumpu di hati, layaknya air yang mengalir.
"Dasar wanita aneh, semua orang mencari tempat berteduh, kenapa justru kamu seperti anak kecil. Atau jangan-jangan kamu nangis sambil hujan-hujanan, karena baru diputusin ya."
Anisa langsung melotot karena mengira jika dirinya sedang patah hati. Itu sangat menyebalkan pikirnya.
"Nah ... bener kan, tuh ketahuan kalau kamu habis diputusin." Ucapan pria yang tidak dikenal oleh Anisa, membuatnya semakin tidak suka karena terlalu sok tau.
"Kamu itu ya, jadi orang jangan sok tahu! Lagian ini hidup aku, badan-badan aku. Ada urusan apa kamu terus mengejekku dasar menyebalkan," cerocos Anisa yang mulai kesal dibuat lelaki tersebut.
"Oh ya, satu lagi. Kita tidak saling kenal dan jangan sok akrab kepadaku," imbuh Anisa.
saat itu juga, lelaki tersebut dibuat mati kutu oleh ucapan Anisa, karena memang benar jika keduanya tidak saling kenal.
"Hay, aku hanya memanusiakan kamu! Jika ada orang seperti kamu maka aku akan diam, aku rasa tidak. Itu karena di sini tumbuh jiwa kemanusiaan," tekan pria yang belum diketahui namanya.
Huufff.
Anisa menghela napas dalam-dalam. Sebelum beranjak dari kursi panjang yang terdapat di taman. Entah kenapa, perasaan rindu hinggap di hati Anisa karena hampir selama Dirga pergi, tidak memberi kabar sama sekali.
"Lah ini orang malah mewek, ini bisa-bisa di sangka aku apa-apain kamu yang ada. Udah diam kenapa," ujar pria yang masih setia berdiri di sisi kiri Anisa.
"Pergilah, dan jangan ganggu aku."
Lelaki itu pun tertegun saat Anisa memintanya untuk pergi.
"Apa wanita ini sedang ada masalah?" tanya si pria dalam hati.
Sepertinya ucapan Anisa tidak mempan, karena lelaki itu. Tetap berdiri tanpa menghiraukan perkataan sosok wanita yang ada di sebelahnya.
"Sampai kapan kamu akan tetap di sini. Lihatlah, hujan semakin deras jika sampai kamu sakit karena masuk angin bagaimana?"
"Apa aku menyuruhmu untuk tetap berdiri di situ? Lagipula aku sudah memintamu pergi, jadi jangan bertanya soal apa pun padaku."
Hujan semakin deras dan sedikit dibumbui oleh angin. Dedaunan saling berterbangan karena terkena terpaan yang disertai oleh angin kencang. Sehingga membuat pria dengan postur tinggi dan sedikit berotot tersebut. Langsung menggendong Anisa meski harus meminta persetujuan darinya.
"Lepaskan aku, cepat!" titah Anisa karena merasa jika dirinya bukan mahramnya.
"Tidak, aku tidak akan melepaskan kamu! Jika terjadi apa-apa siapa yang akan bertanggung jawab?" Meski semua pasang mata tengah menatapnya, untuk saat ini sosok lelaki yang bernama Samuel terus menggendong membawa Anisa ke toko.
"Dasar brengsek, kamu mencuri kesempatan dengan menggendongku." Ucapan Anisa dianggap angin lalu oleh Samuel karena akan tetap membawanya ke depan toko.
Meski Anisa berusaha untuk lepas, tapi nyatanya kekuatan pria jauh lebih kuat dibanding seorang wanita.
Sesampainya di depan toko. Baju Anisa yang basah akan air hujan, membuatnya menggigil.
"Cih, sok-sok'an. Gitu saja udah kedinginan," ucap Samuel dalam hati saat melihat Anisa tengah menahan tubuhnya yang kedinginan.
"Namaku Samuel, siapa nama kamu?" Samuel lantas bertanya nama wanita yang kini sudah terlihat pucat. Bisa jadi karena masuk angin yang diakibatkan oleh air hujan.
"Anisa." Anisa pun menjawab dengan suara lirih.
"Ya sudah, kamu tunggulah aku di sini. Aku akan ke mobil untuk amb barang," ucap Samuel untuk meminta Anisa agar tetap menunggunya.
Hanya disahuti oleh sebuah anggukan, dan Samuel pun pergi dengan membawa payung.
Lima menit kemudian, Samuel kembali dengan membawa jaket dan segera memberikan pada Anisa.
"Nisa, baju kamu lepas dan segera ganti dan ... ini pakailah," ucap Samuel memberikan jaket berwarna hitam pada Anisa.
"Ini sungguh besar, kalau aku yang memakainya. Itu terlihat lucu," protes Anisa karena saat di angkat begitu sangat besar, karena memang ukurannya untuk lelaki.
"Sudahlah, yang terpenting kesehatanmu jauh lebih penting untuk saat ini."
Anisa pasrah dan diam. Tidak dipungkiri bahwa dirinya memang tengah kedinginan.
Anisa pun meninggalkan Samuel dan pergi ke dalam toko yang lumayan besar, bisa dibilang minimarket.
"Bukankah dia tidak mengenalku? Lantas kenapa begitu pedulinya padaku. Atau hanya taktik untuk mendekati seorang wanita, makanya lelaki akan bersikap manis pada perempuan?" Anisa di dalam hati bertanya-tanya. Akan sikap peduli Samuel.
Lagi-lagi Anisa teringat akan masa lalunya dengan Dirga. Di mana pada saat mereka baru saja resmi menjadi suami istri. Begitu sangat perhatian kepadanya. Namun, setelah lima tahun menjalani biduk rumah tangga. Mulailah terlihat sikap yang berbeda dari tiga tahun belakangan ini.
Sedangkan di luar. Samuel sedari tadi mondar-mandir karena Anisa tak kunjung keluar.
"Wanita itu lama banget sih ganti bajunya? Apa kamar mandinya antri atau ada hal yang ingin diselesaikan di dalam kamar mandi?" Samuel bertanya-tanya dalam hati karena sudah 15 menit, Anisa belum menampakkan hidung ya.
Tidak berapa lama kemudian.
"Nah ... itu dia orangnya," gumam Samuel saat melihat Anisa dengan Hoodie yang ia berikan tadi.
"Sungguh menggemaskan," ucap Samuel tanpa sadar.
Sedangkan Anisa merasa aneh dengan tingkah Samuel, yang tengah tersenyum bagai orang gila.
Anisa berdehem, untuk membuat Samuel segera sadar. Benar saja, Samuel sewaktu Anisa datang lelaki dengan perawakan tinggi sekitar 180cm, langsung salah tingkah.
"Aku harap kamu tidak gila!" ujar Anisa.
"Enak saja, ya sudah mumpung hujan sedikit reda aku akan mengantarmu pulang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
yang selingkuh Dirga, yang di tuduh Anisa nih
2023-06-08
2
@Kristin
Seru ceritanya Thor 🤗
2023-06-08
1