Bab 5

“Aku tidak mau pergi lebih jauh lagi! Pergilah!”

Tiba-tiba saja Kina berteriak dengan tidak wajar. Sekali dengar saja Mira sudah tahu, penyeberangan jalan ada kaitannya dengan kecelakaan yang telah menimpa dirinya.

Dan hal itu membuat aura negatif semakin menguat. Dua mahluk menyeramkan yang terlihat seperti mengunyah bagian bawah tubuh Kina semakin lama mereka semakin memanjat ke atas. Dan dalam sekejap, itu melahap mereka yang seakan tengah mengurungnya ke sebuah tempat.

“Gelap ...gelap sekali.”

Mira dan Kina merasa kesakitan satu sama lain. Akan tetapi tak seorang pun selain mereka yang sadar, sebab mereka hanya melihat Mira dan Kina yang berteriak tanpa alasan jelas.

Tentu saja begitu.

Saat ketika Mira membuka mata secara reflek. Ia melihat refleksi dirinya seperti bercermin. Menunggu beberapa saat, terdapat adanya perubahan dan di sana ada seorang gadis, tak lain adalah Kina.

“Kina?” Sejenak Mira terdiam. Berpikir apakah mungkin yang ia lihat adalah nyata atau hanya sekadar ilusi belaka.

Namun pertanyaan itu terhapus saat melihat keseharian Kina sesaat sebelum terjadinya insiden itu.

“Kina? Kina ...kamu bisa dengarkan aku?”

Setetes air membuat refleksi menghilang, tergantikan dengan keberadaan Kina yang tengah duduk meringkuk sembari memeluk kedua kakinya erat. Perlahan Mira menghampirinya dengan maksud menanyakan sesuatu, namun bayangan itu dalam sekejap menghilang tanpa jejak.

Yang ada hanyalah asap seolah keberadaan itu enggan bertemu seseorang. Mira yang semakin bingung tempat ini apa dan di mana, dirinya kehabisan cara agar dapat keluar dari tempat ini.

“Eh? Di sini ...,”

Lagi-lagi ini dimulai. Sedetik saat ia mengedipkan mata, Mira telah berada di pinggir jalan, posisinya menghadap jalan zebra cross. Bingung dengan situasi tersebut, Mira lantas berbalik badan guna mencari tahu sesuatu.

“Anu ...maaf! Itu ...”

Banyak pejalan kaki yang mondar-mandir tapi tak satupun dari mereka yang mau mendengarkan Mira berbicara. Atau lebih tepatnya mereka tidak dengar ataupun melihat dirinya.

“Ini di mana? Kenapa aku di sini? Kina? Kina? Kina, kamu di mana?”

Berulang kali ia mencoba untuk memanggil Kina. Dan baru saja dibicarakan, gadis itu telah datang namun satu hal yang berbeda adalah Kina datang dengan berlari menggunakan kedua kaki. Tidak dengan kursi roda.

“Bohong. Kina bisa berlari? Kina!”

Mira salah sangka, ternyata Kina yang ada di sini hanyalah bayangan sama seperti sebelumnya. Kina di sini rupanya masih bisa berjalan atau bahkan berlari. Wajah Kina pun terasa lebih berbeda, ia tidak jutek melainkan sangat periang.

Melihat hal itu, tentu Mira merasa senang namun tidak lagi setelah Kina menyeberangi jalan.

“Kina!” Ada seseorang lain yang memanggil Kina dari arah belakang. Bertepatan sekali dengan Kina yang sudah lebih awal menyeberangi jalan.

Karena tidak berwaspada atau lebih berhati-hati, Kina menoleh ke belakang hanya untuk menanggapi sapaan orang itu. Alhasil kendaraan yang cukup besar, sebuah truk datang dari arah kanan, seorang sopir mengklakson dengan sangat keras agar Kina menyadarinya bahwa truk itu tidak bisa dikendalikan.

Dalam keadaan tidak terkendali, rem tidak berfungsi lalu Kina yang telat sadar, lalu terjadilah suatu insiden mengenaskan. Detik-detik terakhir Kina hendak mengelak justru terjatuh, salah satu ban belakang truk melindas kedua kakinya hingga hancur.

“Ki ...Kina?”

Saat itu terjadi, Mira juga melihat bayangan dirinya sendiri. Karena saat itu juga Mira hendak menyeberangi jalan. Dan secara kebetulan orang yang dilihat Kina adalah Mira sendiri.

“Semua ini salahmu!”

Kini ia cukup mengerti kenapa Kina menyalahkan Mira. Saat bertemu kembali dengannya, Kina pernah berteriak bahwa ini adalah kesalahan Mira. Kesalahan di mana Mira ada, bukan karena alasan yang logis.

Mira memang tidak melakukan apa-apa. Tapi hanya karena keberadaannya, ia dianggap sebagai kucing hitam yang berarti pembawa s*al, nasib malang ataupun malapetaka. Begitulah semua orang mengatakannya.

“Karena keberadaanku? Apa seharusnya aku tidak boleh dilahirkan?” pikir Mira. Tanpa sadar air mata pun menetes. Dadanya terasa sesak, ia menangis karena kelemahannya sendiri.

Ini sudah biasa terjadi. Banyak orang bilang bahwa Mira bukanlah gadis yang harus diberikan rasa kasih sayang maupun perhatian meski sedikit saja.

Gadis yang terkutuk, begitulah.

“Ini ...salahku?”

Karena sudah terbiasa menahan olokan, walau menangis itu tidak membangkitkan kegelapan dalam lubuk hatinya.

Tak seperti kebanyakan orang, di mana mereka setiap kali memendam rasa benci atau ketidakrelaan maupun ketidaksukaan, pasti satu titik kegelapan akan muncul.

Perasaan atau emosi negatif setiap manusia pada dasarnya tidak bisa dihapus begitu mudah. Dan lagi mudah sekali baginya untuk muncul. Berbeda dengan perasaan positif yang kadangkala muncul juga tidak.

“Kina ...maafkan aku. Maafkan aku ...,”

“INI SALAHMU! KARENAMU AKU TIDAK BISA MENJADI ALTET PELARI!”

Segala kebencian itu menjadi sangat pekat, dan keirian itu ada terpusat pada satu orang yakni Mira.

Tak hanya wajah Kina, bahkan teman Kina yang berada di belakang memiliki kebencian yang sama. Akan tetapi ada hal yang sedikit berbeda, wajah teman Kina sedikit tertawa.

Bukan karena apa melainkan karena kepuasan akan sesuatu.

“Ki-Kina ...maafkan aku. Aku ...ini ...,”

“Menjauhlah! Kau! Dasar gadis kurang ajar! Seharusnya kau tidak usah keluar rumah! Tidak, kau bahkan tidak perlu dilahirkan! Aku jadi kasihan pada Ibumu!”

Entah ini mungkin bayangan atau bukan. Namun Mira masih sadar bahwa Kina tidak pernah mengatakan hal kejam begitu, sebab yang ia ingat dalam kejadian itu, Kina hanya sebatas menatap benci padanya.

“Kina ...maafkan aku.”

Dan berulang kali Mira hanya bisa mengucapkan maaf tanpa tahu penyebabnya. Tangisan pun tak terelakkan, air mata terus membasahi wajah dan jatuh ke jalan.

“Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf.”

“HENTIKAN! BERHENTI MENGATAKAN MAAF, MAAF, DAN MAAF!” sentak Kina hingga membuat Mira terkejut, lantas diam sembari mengalihkan pandangan.

'Sadarlah aku! Aku tidak bisa berada di tempat seperti ini terus-menerus!' jerit Mira dalam batin.

Meskipun begitu, ia terus-menerus merasakan kebencian yang begitu mendalam. Rasanya sakit hingga menusuk ke dada, jerit dan tangis serta ketakutan terhadap banyak hal. Hal-hal yang bukan miliknya kini ia rasakan sepenuhnya karena aura kegelapan Kina telah menyebar luas di antara mereka berdua. Bahkan sampai sekarang, dua mahluk yang bersifat seperti monster itu telah mengikat mereka menjadi satu.

Tak seorang pun sadar, kebanyakan mereka hanya melihat kedua gadis itu bersikap aneh. Sementara yang terjadi sebenarnya adalah Mira dan Kina saling terikat oleh mahluk aneh berwarna gelap, hidup seperti monster namun wujud aslinya adalah isi kegelapan hati manusia.

Saat ini, Mira sedang berusaha keluar dari jeratan kebencian tempat di mana Kina menaruh semua kekesalannya terhadap ia seorang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!