Belum Berjodoh

Thalia pulang dengan hati riang. Bukan hanya karena dagangannya habis dalam sekejap, tapi karena pagi ini dia bertemu dengan orang baik yang memberi dia rizqi berlimpah. Wanita cantik itu segera menghitung uang yang tadi diberikan oleh wanita anggun yang memborong kuenya, setelah membaringkan tubuh sang putri di atas kasur busa tipis agar Aletha bebas bergerak.

"Ya, Tuhan ... ini banyak sekali." Thalia membulatkan netra tidak percaya, setelah menghitung jumlah uang yang dia terima.

"Ini bahkan cukup untuk membayar sewa kios selama setahun," lanjutnya seraya kembali menghitung karena takut salah.

"Semoga nyonya itu dan putranya senantiasa dalam lindungan-Mu, Tuhan. Aamiin," do'anya kemudian.

'Sebaiknya, aku ke pasar untuk membeli keranjang lagi dan berbelanja bahan kue. Aku bisa membelinya dalam jumlah yang cukup banyak sekalian agar tidak perlu ke pasar setiap hari.' Thalia segera beranjak sambil mengangkat tubuh sang putri dan kemudian menggendongnya kembali.

"Kita jalan-jalan lagi ya, Nak. Setelah ini, baru kita beristirahat." Baru saja Thalia hendak keluar, sang putri merengek.

"Ya ampun, mama sampai lupa kalau kamu belum *****, Sayang." Thalia menepuk jidatnya sendiri dan kemudian kembali membaringkan sang putri.

Wanita cantik itu lalu menyusui putrinya. Sambil menyusui, Thalia bersenandung sambil menepuk-nepuk lembut pantat Aletha agar sang putri merasa nyaman. Setelah dirasa cukup kenyang, Thalia menyudahi memberikan Asi pada sang putri.

"Sudah, ya. Nenennya nanti lagi, sepulang dari belanja. Keburu siang, Sayang, panas," ujar Thalia pada sang putri, seolah putri mungilnya itu mengerti apa yang dia ucapkan.

Wanita cantik itu kemudian menggendong sang putri dan memastikan putrinya merasa nyaman dalam gendongan kain tersebut. Thalia segera keluar, mengunci pintu kios dan kemudian berlalu untuk ke pasar. Ibu satu anak tersebut berjalan melintasi beberapa kios tetangga yang sudah mulai buka dan dia menyapa dengan ramah para pemilik kios.

Sebagai warga baru, wanita yang memang ramah itu tentu harus bersikap baik agar kehadirannya diterima oleh para tetangga. Thalia terus berjalan kaki menuju pasar yang jaraknya sekitar lima ratus meter dari kios. Peluh mulai bercucuran, tetapi Thalia tidak surut semangatnya.

Dia terus berjalan demi sebuah harapan untuk sang buah hati. Thalia ingin memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya, juga pendidikan yang tinggi untuk Aletha seperti harapan Alexander kala suaminya itu mengetahui kehamilan Thalia pertama kali.

"Kelak, anak kita ini akan menjadi dokter yang hebat di kota ini, Mommy." Suara sang suami kembali terngiang di telinga Thalia dan itu membuat semangat mommynya Aletha semakin membara. Thalia tidak ingin sang putri mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Direndahkan dan harus terusir dari keluarga sang suami yang merupakan kaum bangsawan karena Thalia dianggap sebagai kaum sudra yang tidak layak untuk dihargai.

*****

Di tempat lain. Moohan baru saja turun dari pesawat pribadinya. Pria tampan itu bergegas keluar dari bandara tempat pesawatnya landing karena tempat tinggal sang mama tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk membuat sebuah landasan. Berbeda dengan lahan di belakang mansion Moohan yang cukup untuk menampung beberapa pesawat berukuran kecil, sekaligus.

Bos perusahaan terbesar di kotanya itu, segera menuju ke mobil sang mama yang telah siap di depan bandara sejak beberapa menit yang lalu. Moohan kemudian memeluk wanita yang telah melahirkannya itu, begitu dia berjumpa dengan sang mama. Ibu dan anak itu saling melepas rindu, setelah cukup lama tidak bertemu.

"Mama sehat?" tanya Moohan setelah mereka berdua duduk di bangku belakang.

"Seperti yang kamu lihat, Sayang," balas sang mama.

"Kamu sendiri, bagaimana? Mata kamu kelihatan cekung, Hen?" tanya sang mama seraya menoleh ke arah sang putra.

"Dua malam, aku tidak bisa tidur, Ma," balas Moohan, jujur.

Wanita paruh baya yang masih terlihat segar dan cantik itu kemudian mengusap lengan sang putra. "Mama tahu bagaimana perasaan kamu, Hen, tapi tidak baik juga jika kamu larut dalam penyesalan. Jadikan ini semua sebagai pelajaran dan mulailah belajar untuk menahan diri pada wanita," tutur sang mama dengan bijak dan Moohan mengangguk, mengerti.

"Iya, Ma," balasnya, singkat. Pria tampan itu kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan sang mama. Ya, pria yang memiliki pengaruh besar di kotanya dan terkenal sebagai penakluk wanita itu, tetap saja memiliki sisi lemah dan hanya kepada sang mama Moohan akan menunjukkan kerapuhannya tersebut.

"Ma, Mama beli kue, ya? Aromanya harum, Ma." Moohan beringsut dan kembali menegakkan punggungnya.

"Iya, Hen. Tadi sewaktu mau ke bandara, mama lihat ada seorang perempuan muda menggendong bayi dan sepertinya dia berjualan. Mama nyuruh Pak Lee untuk berhenti dan ketika mama lihat ternyata dia jualan kue basah kesukaan kamu, mama langsung saja borong kuenya. Tuh, di depan sama keranjangnya juga," terang sang mama, membuat Moohan langsung melongok ke bangku depan dan mengambil beberapa potong kue sekaligus.

Pria tampan itu langsung menyuapkan kue basah yang menguarkan aroma harum ke dalam mulutnya dan kemudian mengunyah serta merasakannya dengan sepenuh hati. "Enak banget, Ma. Gurih, manis, dan lembut," terangnya, menilai kue yang dibeli sang mama.

Wanita anggun yang duduk di samping Moohan tersenyum. "Kalau kamu suka, besok mama akan belikan lagi. Sepertinya, dia berjualan di sekitar stasiun dan itu dekat dengan rumah," ujar sang mama.

Moohan mengambil lagi dan lagi, memakan kue-kue tersebut dengan sangat lahap. Sang mama memperhatikan putra tunggalnya itu sambil tersenyum. Tiba-tiba Pak Lee memelankan laju mobilnya, membuat Mama Brenda bertanya. "Ada apa, Pak?"

"Ada orang tua yang lagi nyeberang jalan sembarangan, Nyonya. Beruntung wanita penjual kue tadi segera datang membantu," jawab Pak Lee seraya menunjuk arah depan.

Mama Brenda melihat ke arah yang ditunjuk Pak Lee dan benar saja, wanita anggun tersebut tersenyum ketika melihat wanita muda yang tadi kuenya dia borong. "Wanita itu sungguh berhati tulus. Padahal dia saja sedang kerepotan membawa banyak barang belanjaan sambil menggendong bayi, tetapi masih saja memikirkan keselamatan orang lain," tuturnya seraya mengamati wanita yang ternyata adalah Thalia.

"Pak, di depan situ berhenti ya, Pak. Barangkali dia butuh tumpangan," pinta Mama Brenda.

"Baik, Nyonya."

"Tidak usahlah, Ma. Aku sudah lelah dan ngantuk, ingin segera tidur di rumah Mama," tolak Moohan yang kini sudah memejamkan mata, setelah kenyang makan kue yang dibeli sang mama dari Thalia.

"Hen, kasihan. Dia menggendong bayi, lho!" protes sang mama.

"Dia habis belanja, itu artinya dia punya uang, Ma. Dia bisa naik taksi, kan?" kekeuh Moohan yang tidak mengijinkan Pak Lee menghentikan laju mobil tersebut. Pria tampan tersebut tidak tertarik untuk melihat ke arah orang yang dibicarakan sang mama, matanya tetap terpejam.

Mama Brenda menghela napas panjang. "Ya sudahlah ... lanjut saja, Pak." Sang mama memilih mengalah dan mobil mewah yang dikendarai Pak Lee terus melaju perlahan melewati Thalia begitu saja.

"Itu ... bukankah itu seperti mobil nyonya yang tadi memborong kueku?" gumam Thalia bertanya pada diri sendiri dengan dahi berkerut dalam. Netranya mengamati mobil yang berjalan perlahan dan baru saja melewatinya.

'Andai nyonya itu berhenti, aku akan menghampirinya untuk mengucapkan terima kasih. Sepertinya kami belum berjodoh. Ya, sudahlah. Lain kali, kami pasti akan dipertemukan kembali,' monolog Thalia dalam diam dan wanita muda itu kemudian melanjutkan langkahnya kembali.

☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕ tbc.

Terpopuler

Comments

Alif

Alif

oon kamu hen,
mau di ksh ktemu sang pujaan hati malah di tolak, munkin benar belum jodoh

2025-03-22

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

yah gagal tuh simohan ketemu jodohnya he he

2023-10-18

2

Yoyok Yoyok

Yoyok Yoyok

baik sekali nyonya brenda

2023-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan Maut
2 Sangat Berguna Untukku
3 Cari Tahu Siapa Dia!
4 Menarik
5 Menikah Lagi
6 Semakin Menantang
7 Teman Kencan Tuan Moohan
8 Saya Tidak Minum Alkohol!
9 Ale, Puaskan Aku.
10 Siapa yang Ditemuinya?
11 Tentang Masa lalu Thalia
12 Menjadi Daddy dari Bayinya
13 Harus Kemana Aku Mencarimu?
14 Mendapat Tempat untuk Berteduh
15 Cinta yang Rumit
16 Segera Menemukan Cinta Sejatinya
17 Belum Berjodoh
18 Suara Familiar
19 Ini Tidak Mungkin
20 Merindukan Seseorang
21 Kue Pesanan Tuan Muda
22 Memuluskan Misi
23 Menjaga Anak Kami dengan Baik
24 Memiliki Ikatan Batin dengan Thalia
25 Apa yang Harus Aku Lakukan?
26 Menjadi Single Parent
27 Kontraksi Palsu
28 Mommy Pasti Bisa
29 Mother of My Children
30 Princess Aurora Moohan
31 Maaf Jika Mommy Egois
32 Akal-akalan Dia, Pasti!
33 Asalkan Apa, Mommy?
34 Mati Berdiri
35 Pernikahan Kalian Dipercepat
36 Membujuk Thalia
37 Asisten Tampan
38 Beri Aku Waktu
39 Ikut Terhanyut
40 Ganggu Orang Lagi Pacaran
41 Menghisapnya Seperti King
42 Tidak Sabar Menunggu Pagi
43 Spesial Milik King
44 Kiss Wedding
45 Partner Bercinta
46 Penjilat dan Pecundang
47 Syurga Dunia
48 Love, Aku Menginginkannya
49 Bicara Empat Mata
50 Kamu Pasti Bukan Thaliaku
51 Akulah Daddynya
52 Semua Ini Salah Mama!
53 Tersudut dan Kesal Dalam Waktu Bersamaan
54 Ben, Bawa Aku Pergi Bersenang-senang
55 Melepaskan Kerinduan
56 Menyatu Hingga ke Puncak Nirwana
57 Sempat Berharap Banyak
58 Cinta Sang Mantan Begitu Besar
59 Tidak Punya Etika
60 Lagi Nanggung
61 Nina Ninu
62 Informasi Tentang Sarah
63 Kalian Tidak Boleh Bercerai!
64 Bertemu dengan Aletha
65 Semakin Frustasi
66 Penyesalan Nyonya Grace
67 Menjijikkan!
68 Jangan, Ale!
69 Menjadi Pria Single
70 Hati Ameera Berbunga
71 Calon Mommy Baru Princess
72 Menjadi Mommy dari Anak-anak Kita
73 Pengumuman GA
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Kecelakaan Maut
2
Sangat Berguna Untukku
3
Cari Tahu Siapa Dia!
4
Menarik
5
Menikah Lagi
6
Semakin Menantang
7
Teman Kencan Tuan Moohan
8
Saya Tidak Minum Alkohol!
9
Ale, Puaskan Aku.
10
Siapa yang Ditemuinya?
11
Tentang Masa lalu Thalia
12
Menjadi Daddy dari Bayinya
13
Harus Kemana Aku Mencarimu?
14
Mendapat Tempat untuk Berteduh
15
Cinta yang Rumit
16
Segera Menemukan Cinta Sejatinya
17
Belum Berjodoh
18
Suara Familiar
19
Ini Tidak Mungkin
20
Merindukan Seseorang
21
Kue Pesanan Tuan Muda
22
Memuluskan Misi
23
Menjaga Anak Kami dengan Baik
24
Memiliki Ikatan Batin dengan Thalia
25
Apa yang Harus Aku Lakukan?
26
Menjadi Single Parent
27
Kontraksi Palsu
28
Mommy Pasti Bisa
29
Mother of My Children
30
Princess Aurora Moohan
31
Maaf Jika Mommy Egois
32
Akal-akalan Dia, Pasti!
33
Asalkan Apa, Mommy?
34
Mati Berdiri
35
Pernikahan Kalian Dipercepat
36
Membujuk Thalia
37
Asisten Tampan
38
Beri Aku Waktu
39
Ikut Terhanyut
40
Ganggu Orang Lagi Pacaran
41
Menghisapnya Seperti King
42
Tidak Sabar Menunggu Pagi
43
Spesial Milik King
44
Kiss Wedding
45
Partner Bercinta
46
Penjilat dan Pecundang
47
Syurga Dunia
48
Love, Aku Menginginkannya
49
Bicara Empat Mata
50
Kamu Pasti Bukan Thaliaku
51
Akulah Daddynya
52
Semua Ini Salah Mama!
53
Tersudut dan Kesal Dalam Waktu Bersamaan
54
Ben, Bawa Aku Pergi Bersenang-senang
55
Melepaskan Kerinduan
56
Menyatu Hingga ke Puncak Nirwana
57
Sempat Berharap Banyak
58
Cinta Sang Mantan Begitu Besar
59
Tidak Punya Etika
60
Lagi Nanggung
61
Nina Ninu
62
Informasi Tentang Sarah
63
Kalian Tidak Boleh Bercerai!
64
Bertemu dengan Aletha
65
Semakin Frustasi
66
Penyesalan Nyonya Grace
67
Menjijikkan!
68
Jangan, Ale!
69
Menjadi Pria Single
70
Hati Ameera Berbunga
71
Calon Mommy Baru Princess
72
Menjadi Mommy dari Anak-anak Kita
73
Pengumuman GA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!