Pendopo itu digunakan beberapa orang untuk bersantai dan menikmati pemandangan yang indah.
Di lantai 2, terlihat Zaid yang sedang berdiri dan memantau Can. Berdiri di tepi pagar dengan kamera di tangannya. Memotret semua orang yang berada di sekitar Can.
Menggunakan kamera A 200 dengan lensa jarak jauh untuk menghasilkan jepretan foto yang maksimal.
Sejak 2 jam lalu, Zaid sudah berada di pendopo itu. Menyaksikan apa yang dilakukan Can di kedai kopinya sendiri. Melakukan semacam pengamatan sebelum aksi yang akan dilakukannya.
Saat dia tengah asyik memotret dan melihat hasil jepretannya, tiba-tiba saja Anna datang dari belakang dan langsung merebut kamera Zaid.
Zaid pun cukup terkejut karena Anna tiba-tiba datang dan langsung merebut kameranya, tanpa berbasa basi.
“Astaga, sepertinya kamera ini sangat mahal.” Anna melihat beberapa hasil jepretan di kamera. “Tenang saja. Aku hanya akan menghapus foto Kakak Can dari kameramu.”
Zaid hanya diam dan menatap Anna. Melihat Anna mengingatkan Zaid pada Alice yang baru ditinggalkannya beberapa bulan lalu.
Anna banyak memiliki kemiripan dengan Alice. Rambut bergelombang, sedikit pirang, serta memiliki bola mata berwarna biru indah.
Hanya berbeda di postur dan sifatnya. Anna lebih centil dan memiliki tinggi badan yang hanya mencapai 160 cm. Hanya setinggi dibawah pundak Zaid.
“Siapa kau?” tanya Zaid.
Anna mendengus. “Apa katamu? Siapa kau? Seharusnya aku yang bertanya. Siapa kau?” Anna menoleh ke atas. Menatap Zaid dengan ketus.
“Apa kau seorang reporter? Wartawan? Aku sudah banyak sekali bertemu dengan reporter dan wartawan sepertimu. Siapa namamu?”
Zaid hanya diam menghela nafas panjang.
“Hmmm, rupanya kau tak ingin menjawab pertanyaanku, ya? Lantas, kenapa kau bersusah payah untuk mengambil foto-foto Kak Can? Apa kau pikir aku tak menyadarinya? Aku sudah curiga denganmu sejak awal.”
“Tapi, saat aku mendiamkannya, kau malah terus memotret ke arah kami. Kau sudah melakukan paparazzi. Meski Kak Can adalah seorang artis selebriti, kau tidak boleh mengambil foto seenaknya sendiri. Itu sudah ada dalam peraturan.”
Anna terus ngoceh dan menghapus semua foto Can di kamera. Sungguh seorang manajer yang sangat bertanggung jawab. Hingga tangannya berhenti menekan tombol saat melihat fotonya sendiri di kamera Zaid.
“Apa-apaan ini?” Menunjukkan foto itu kepada Zaid. “Apa maksudnya ini? Kenapa juga ada fotoku di kamera ini?”
“Ah itu. Itu karena kau terlihat cantik,” jawab Zaid singkat.
Anna menekuk wajahnya ketus. Salah tingkah. Wajahnya sedikit memerah karena Zaid memujinya.
“Astaga.” Anna mengambil ponsel pintar dari saku, lalu memotret Zaid, tepat di depan wajahnya. Cekrek!!!
“Kita sudah impas. Karena aku tak pandai mengingat wajah seseorang, maka aku akan menyimpan fotomu.”
“Jika kau sampai tertangkap lagi olehku, maka aku akan menuntutmu. Tidak ada negosiasi apalagi damai untukmu,” ucapnya ketus.
Setelah menghapus semua foto yang berkaitan dengan Can, Anna mengembalikan kamera itu pada Zaid.
“Lain kali, pakailah kamera yang lebih kecil lagi. Kameramu sangat berat.” Anna berbalik, lalu berjalan pergi meninggalkan Zaid.
Zaid pun hanya tersenyum kecil melihatnya.
***
Di Beyazit. Bekas ruko yang kini dijadikan tempat tinggal sekaligus basecamp untuk Zaid. Kondisinya sudah lebih membaik. Sudah tak kumuh berdebu, bersarang, seperti saat kedatangan Zaid pertama kalinya di sana.
Beberapa orang-orang Emir membersihkan ruangan itu dengan cepat, sehingga dapat digunakan secepatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments