Pengalaman di Deraliye tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman yang luar biasa.
Pelayanan yang ramah dan profesional dari staf restoran yang terlatih dengan baik juga menjadi daya tarik utama. Mereka akan sigap dan segera datang, jika ada pelanggan yang memanggilnya.
Hanya dengan menekan lonceng yang ada di atas meja, dan para pelayan pun akan segera mendatangi meja itu.
Di luar restoran, terlihat Zaid yang baru datang. Turun dari taksi dengan wajah ketus, karena Emir membuat moodnya kacau setibanya dia di Turki.
Dia langsung bergegas masuk dan mencari keberadaan Emir.
Di pojok Restoran, terlihat Emir yang sedang mengobrol bersama seseorang. Zaid pun bergegas mendatangi meja tempat Emir berada.
“Ah, itu dia.” Emir melambaikan tangan melihat Zaid yang menghampirinya.
“Perkenalkanlah dirimu. Dia adalah Jon, sutradara sekaligus wartawan yang sedang menyusun skenario denganku.”
Zaid pun hanya menatap pria yang duduk di depan Emir itu dengan ketus.
“Ini orangnya yang pernah kuceritakan padamu. Dia adalah Agen hantu yang bekerja secara diam-diam dan rahasia, tanpa ada yang mengetahui identitasnya sama sekali.”
Zaid menatap tajam Emir. Astaga, apa dia bodoh? Bagaimana bisa dia berbicara sembarangan pada warga sipil?
“Astaga, aku sudah banyak mendengar tentangmu dari Emir.” Jon berdiri dan menjabat tangan Zaid. Mendekat pada kuping Zaid, lalu berbisik, “Dia itu tukang tipu, jadi, kau harus berhati-hati dengannya.”
Zaid hanya diam tak mengerti. Dia kesal ditambah lagi dengan celotehan 2 orang itu.
“Astaga, sepertinya aku harus pergi dulu. Aku harus datang di lokasi syuting. Kalian pun juga bisa lebih leluasa untuk mengobrol.”
“Hei, Sutradara Jon! Mau kemana kau? Kenapa buru-buru sekali?” seru Emir.
“Baiklah, sampai ketemu lain kali.” Jon pun segera pergi dari restoran private itu.
“Ah, sial!!” umpat Emir.
Perlahan Zaid berjalan mendekati Emir. Memegang pundaknya, lalu mencengkramnya erat-erat. “Apa kau gila? Apa kau mempermainkanku? Bisakah kau …..”
“Duduklah dulu, Zaid. Lepaskan juga tanganmu itu. Astaga, sakit sekali pundakku. Mari kita bicara baik-baik.”
Zaid pun akhirnya duduk karena Emir memelas.
“Kau tak perlu khawatir identitasmu akan terbongkar. Dia adalah sutradara yang tak cukup pintar. Aku bahkan tak percaya jika orang sepertinya bisa menjadi sutradara sekaligus wartawan.”
“Dia juga tak akan pernah percaya padaku, meski aku mengatakan hal yang sebenarnya. Dia menganggap bahwa aku hanya membual.”
“Berulang kali aku berkata sungguh-sungguh, tapi dia tetap bilang bahwa aku mengada-ngada.”
Emir meneguk es kopi yang telah dipesan sebelumnya. “Kau mau pesan apa? Makan? Minum? Katakan saja!”
Zaid menggeleng. “Sudahlah, aku tak lapar. Apa misi yang harus aku selesaikan kali ini? Dimana letak patung Budha atau apalah itu?”
“Sstttt!!!! Jangan terlalu keras!” Emir berdiri. Menutup pintu ruangan private, agar tak ada seorangpun yang bisa mendengar. Karena ruangan itu kedap suara.
“Sial! Memangnya, sepenting apa patung itu hingga agensi harus mencarinya?”
Emir pun kembali duduk. Mengambil sebuah tablet dalam tasnya. “Ini adalah lokasi Patung Budha yang pertama yang telah ditemukan setelah melacak lokasi truk kontainer itu. Terletak di Rusia.”
Emir memberikan tabletnya kepada Zaid.
“Pengusaha Logam, Viktor Bout? Sepertinya aku tahu orang ini. Bukankah dia penjual senjata ilegal?”
“Ah, aku pun mengira bahwa kau juga sudah tahu itu. Ya, kau benar, di rumahnya lah Patung Budha pertama itu berada. Pengusaha Logam hanyalah pengalihannya saja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments