Dengan mengulas senyum di bibir, Lala membawa tasnya kembali masuk ke kamar. Dia masih kurang percaya dengan apa yang di katakan oleh sang majikan. Tetapi, nyatanya sekarang dia kembali menempati kamar yang selama ini menjadi tempat tidurnya.
"Terima kasih Tuhan, Engkau senantiasa melindungi ku," ucap Lala mensyukuri keadaannya.
Setelah merasa posisinya di rumah itu sudah kembali aman, Lala bergegas keluar kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tak lupa juga, dia berniat untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Gavin, dengan bersikap baik serta menuruti semua perintahnya meski menjengkelkan.
"Pagi Tuan, " sapa Lala ketika dia melihat majikannya sudah rapi mengenakan jas serta dasinya. Dia tengah menikmati sarapannya di meja makan.
"Apa Tuan mau di masakkan sesuatu untuk menu makan malam?" Tanya Lala dengan senyum ramah.
"Memang situ berani belanja keluar?" Gavin memberikan jawaban yang membuat Lala mengangkat kedua alisnya.
"Oh iya, aku kan nggak berani belanja keluar," sahut Lala dalam hati seraya menutup bibirnya dengan telapak tangannya.
"Nggak usah kePEDEan, aku melarang kamu pergi karena Bunda menegur ku. Kalau saja Bunda tidak menegur ku, sudah ku suruh pergi kamu pergi jauh jauh dari hadapanku!" tegas Gavin, lalu segera dia meneguk segelas susu yang ada di meja.
Mendadak Lala kembali di buat kecewa setelah tadi sempat melambung dengan ucapan sang majikan. Karena merasa tau diri, Lala pun lekas undur dari dari hadapan Gavin.
"Maaf Tuan, saya permisi. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," cakap Lala dengan mengatupkan kedua tangan, sebelum melangkah kembali ke dapur.
"Duh, bodoh amat sih diriku ini! Harusnya aku nggak usah sok baik jika akhirnya hanya mempermalukan diriku sendiri!" gerutu Lala sambil menepuk nepuk dahinya. Namun, mendadak dia menghentikan langkahnya ketika dia mendengar sang majikan memanggil.
"Aku harap kamu jangan pernah menampakkan diri keluar. Kamu harus tetap di dalam. Aku nggak mau jika lelaki kemaren mengamuk seenaknya di rumahku!" ujar Gavin dengan datar.
Mendengar kalimat itu, sejenak Lala berpikir lalu bertanya,
"Baik Tuan. Tapi, jika boleh saya tahu, kenapa kemaren Tuan mengizinkan dia masuk?" tanya Lala dengan ragu, dan pertanyaan itu berhasil membuat Gavin sedikit kesulitan untuk menjawab. Dia tidak mungkin mengakui bahwa niatnya menyuruh masuk lelaki itu karena dia ingin tahu permasalahan antara Lala dengan lelaki tersebut. Karena jika sampai dia berkata jujur, maka dia pastikan asistennya itu akan kembali merasa kePEDEan. Hingga pada akhirnya, dia menjadikan Pak Salim sebagai kambing hitam.
"Siapa juga yang menyuruhnya masuk? Itu mutlak inisiatif Pak Salim!" tukas Gavin, kemudian segera berlalu dari hadapan Lala agar tidak mendapat pertanyaan pertanyaan yang macam macam.
"Pak Salim? Aku kan sudah memberi pesan pada Pak Salim agar tidak membukakan pagar untuk laki laki gila itu, lalu kenapa Pak Salim malah membukakannya? Sepertinya aku perlu bicara dengan Pak Salim lagi," tutur Lala dalam hati.
Setelah majikannya pergi, Lala mengamati area sekitar mansion. Kini tinggal ada dirinya dan juga Pak Salim di area mansion tersebut. Dan ketika Lala melihat penjaga gerbang tersebut tengah berdiri di halaman usai menutup gerbang, Lala pun memanggilnya.
"Pak Salim...." teriak Lala, hingga terdengar di telinga Pak Salim. Tetapi dia masih kebingungan mencari asal suara, karena Lala berdiri di balik jendela.
"Pak Salim, di sini. Di jendela..." teriak Lala sekali lagi. Pak Salim pun menemukan asal suara, lalu sejenak mendekat ke arah Lala.
"Iya neng, ada apa? Kenapa ngumpet begitu? Eneng sudah lebih sehat ya?" tanya Pak Salim bertubi tubi.
"Iya Pak, saya takut kalau laki laki kemaren melihat keberadaan saya. Lagian, Tuan menyuruh saya untuk tetap berdiam diri di rumah. Saya tidak boleh keluar rumah," jawab Lala.
"Oh begitu, terus kenapa neng manggil saya?" tanya Pak Salim kemudian.
"Itu Pak, saya mau tanya. Maaf sebelumnya, kenapa sih Pak Salim kemaren mengizinkan laki laki itu masuk? Kan udah saya bilang, dia itu orang gila. Jadinya kalau di biarin masuk, ngamuk ngamuk kan dia?" tukas Lala kepada Pak Salim.
"Maaf juga sebelumnya neng, saya hanya mematuhi perintah. Karena Tuan yang menyuruh saya untuk membukakan pintu pagar agar laki laki itu bertemu dengan neng," jawab Pak Salim dengan jujur.
"Apa? Pak Salim serius?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments