Dengan langkah lebar, Gavin menuju ke kamar Lala. Tanpa mengetuk pintu, dia lekas nyelonong masuk tanpa permisi.
"Aku beri kamu waktu dua puluh empat jam untuk istirahat, setelah itu kamu harus pergi dari rumah ini!" seru Gavin kepada Vina sambil berdiri di depan pintu.
"Per-pergi Tuan?" sahut Vina merasa terkejut.
"Telinga kamu tuli? Iya, P-E-R-G-I!" Tegas Gavin.
"Tapi Tuan, saya..." kalimat Vina lekas di sambar oleh Gavin.
"Tidak ada tapi tapian, masih baik kamu hanya aku usir. Harusnya kamu itu aku mintai ganti rugi atas biaya pengobatan kamu, serta biaya makan suami kamu selama satu bulan! Tapi aku yakin, orang miskin seperti kamu tidak akan punya uang untuk membayarnya!" seru Gavin.
"Ganti rugi Tuan? Biaya makan suami saya satu bulan? Apa maksudnya Tuan?" tanya Vina. Dia benar benar di buat bingung oleh majikannya.
"Tentu saja ganti rugi biaya pengobatan kamu yang harus memanggil Dokter ke rumah! Di tambah lagi, suami kamu minta makan padaku! Sebenarnya aku tidak peduli dengan nasib kalian, tapi aku hanya tidak ingin dia mengamuk sembarangan di rumah ini. Jadi aku terpaksa memberinya jatah makan selama satu bulan, lalu aku usir dia dan larang dia datang ke rumah ini lagi!" ungkap Gavin.
"Apa?" Vina tercengang mendengar penjelasan majikannya. Ada rasa kesal dan juga kagum yang di rasakan oleh Vina kepada sang majikan. Kesal, karena bicaranya seenak jidat. Sementara kagum, karena di balik sifat arogannya, ternyata majikannya masih punya rasa belas kasihan meski dia enggan untuk mengakuinya.
Merasa sudah cukup memberi penjelasan kepada asistennya, Gavin pun melangkah keluar dari kamar Vina. Namun, langkahnya mendadak terhenti ketika asistennya tersebut kembali memanggilnya.
"Tunggu Tuan, saya mohon jangan usir saya. Saya tidak tahu harus kemana lagi? Laki laki itu akan selalu mengejar saya. Tolong beri saya waktu atau syarat apa saja, asal saya masih di beri izin tinggal di sini. Nanti, jika saya sudah menemukan tempat tinggal lain, saya akan pergi," pinta Vina dengan memelas.
"Tidak, tidak, tidak! Aku tidak mau terlibat lagi dalam masalah kalian. Lagian, dia itu suami kamu. Harusnya kamu nurut dong sama suami? Pantas saja jika suka mukulin kamu, orang kamunya aja nggak nurut jadi istri!" cecar Gavin kepada Vina dengan enteng.
"Dia bukan suami saya lagi, tapi dia itu mantan suami saya. Kami sudah bercerai selama satu tahun, tapi dia masih mengejar saya. Dulu memang saya yang menggugat, karena hampir setiap hari saya mendapat perlakuan kasar. Dia juga sering tidak menafkahi saya, bahkan dia pernah mendorong saya ketika hamil muda, sehingga saya mengalami keguguran. Semenjak kejadian itu, saya memutuskan untuk berpisah dari dia tanpa menunggu persetujuannya. Pengadilan Agama mengabulkan gugatan saya, mengingat kondisi mental serta kekerasan yang sudah sering saya terima. Sebenarnya, bisa saja dia saya laporkan polisi lalu di penjara, tetapi saya kasihan pada mantan ibu mertua saya yang sudah tua dan sakit sakitan. Jika mantan suami saya di penjara, maka ibunya akan tinggal sendiri tanpa ada yang menemani," ungkap Vina panjang lebar menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Dia berharap, dengan penjelasan yang sudah dia utarakan, akan membuat majikannya tersebut berbelas kasihan padanya, sehingga memberinya izin tinggal di rumahnya lagi. Namun, harapan itu berbanding terbalik dengan tanggapan sang majikan yang hanya memberikan satu komentar,
"Makanya, sebelum menikah itu di lihat dulu bibit, bebet dan bobotnya!"
Glek! Susah payah Vina menelan saliva mendengar kalimat itu. Rasanya sia sia dia telah menceritakan semua masalah keluarganya, jika hanya di tanggapi dengan komentar seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
inayah machmud
ngenes banget nasibnya lala. ..
2023-07-14
1