Naik Taksi

"Maaf Tuan, saya nggak berani belanja keluar sendirian." Jawab Lala mencari alasan, dan alasan itu membuat Gavin geleng kepala.

"Makanya jangan badan doang yang di gedein, otaknya juga!"

Seketika Lala menarik nafas dalam mendengar cacian Gavin. Ingin membalas ucapan tersebut tidaklah mungkin, sehingga yang bisa dia lakukan hanya diam mendengarkan setiap kata kata kasar dari mulut Gavin.

"Maaf Tuan." Hanya dua kata itu yang bisa di ucapkan oleh Lala.

"Maaf, maaf. Kamu tahu kan apa pekerjaan kamu di sini? Kamu itu pembantu, jadi ya harus mau dong kalau dapat perintah!" Bentak Gavin dengan nada tinggi.

Sepertinya alasan dia tidak di terima oleh Gavin, sehingga Lala harus tetap berangkat belanja sesuai perintah Gavin.

" Kamu belanja atau keluar sekalian dari rumah ini? Masih banyak orang yang ngantri kerja di rumahku!"

Dengan begitu sombong Gavin berkata kasar kepada Lala. Janda muda itu tidak bisa mengelak. Yang dia harapkan pada hari itu adalah tidak akan bertemu dengan mantan suaminya, karena pria itu bekerja sebagai kernet angkutan kota, sehingga dia berkeliaran dia sepanjang jalan.

"Baik Tuan, saya akan pergi." Jawab Lala tanpa berani memandang wajah majikannya. Namun, ketika Lala mendengarkan kepala, dia sudah tidak mendapati majikannya tersebut di hadapannya. Rupanya pria arogan itu sudah kembali masuk ke dalam kamarnya, tanpa menyahuti ucapan Lala.

"Dasar sombong!" Gerutu Lala dalam hati.

Sebelum keluar dari rumah, Lala mengenakan masker dan juga jaket serta topi agar tidak ada yang mengenali dirinya. Bahkan dia juga menggunakan kaca mata. Ketika bertemu Vina, Lala memang sedang membawa sebuah tas yang berisi beberapa pakaian karena dia berniat pergi dari rumah untuk mencari pekerjaan. Atau sekedar numpang di rumah temannya dulu selama belum mendapat kerja. Akan tetapi nasib baik membawanya bertemu dengan Vina sehingga dia langsung dia ajak ke rumah yang sekarang menjadi tempat kerjanya.

Tak lupa Lala selalu berdoa di sepanjang jalan selama keluar dari rumah majikannya. Pandangannya tidak berani mengarah ke tempat lain selain menunduk ke bawah hingga dia tiba di supermarket yang dia tuju. Di sana dia bisa bernafas lega karena mantan suaminya tidak mungkin berada di area elite tersebut. Perlahan Lala melepas kaca mata, serta topi yang singgah di kepalanya. Setelah itu dia mulai mengamati daftar tulisan pada kertas yang dia bawa, lalu segera mencari barang barang tersebut.

Satu jam sudah Lala berada di tempat perbelanjaan itu, dan kini dia sudah bersiap membayar belanjaannya dia meja kasir. Uang yang di berikan oleh Gavin hanya di pakai sebagian saja karena pria itu memang memberikan uang dalam jumlah yang banyak. Setelah mengantongi semua barang barangnya, Lala bergegas pulang.

Selama perjalanan, dia tidak berani menaiki angkot ataupun ojek. Sehingga dia memilih menggunakan taksi yang biayanya empat kali lipat dari kendaraan umum. Sempat ada kekhawatiran jika majikannya marah jika dirinya menggunakan sebagian uang untuk naik taksi, tetapi yang dia pikirkan saat itu hanya keselamatannya.

"Bodo amat lah! Ntar kalau di marahin ya di dengerin aja. Yang penting aku aman dan selamat. Lagian nih duit banyak banget, masak iya harus marah marah kalau aku pakai satu lembar buat bayar taksi?" Gumam Lala dalam hati selama perjalanan pulang.

Lala kembali mengucapkan syukur ketika dia bisa kembali ke rumah majikannya dengan selamat tanpa harus bertemu dengan mantan suaminya, kini dia tinggal menghadapi majikannya yang mungkin akan marah ketika tahu uangnya kepakai banyak untuk naik taksi.

"Ini kembaliannya Tuan." Ujar Lala sembari menyerahkan beberapa jumlah uang kepada Gavin.

"Mana struknya?" Tanya Gavin dengan ketus. Kemudian Lala menyerahkan satu kertas kecil berisi deretan harga barang belanjaannya.

"Kembaliannya kurang seratus ribu. Dimana?" Tanya Gavin lagi dengan wajah meneror. Ternyata benar dugaan Lala, bahwa majikannya akan mempermasalahkan uang yang dia gunakan untuk naik taksi.

"Heh, kamu tuli ya? Dimana uang yang seratus ribu? Kamu curi ya? Baru juga jadi pembantu udah main korupsi!"

Kalimat yang di ucapkan oleh Gavin tersebut begitu menyinggung hati Lala, jika bukan karena menghindari mantan suaminya, dia juga tidak ingin menggunakan uang itu.

"Maaf, Tuan. Saya tidak mengambilnya. Tetapi uang itu saya gunakan untuk... Untuk... Naik... Taksi... Tuan," Jawab Lala dengan terbata bata.

"Apa? Naik Taksi? Belagu amat jadi pembantu aja pakai naik taksi? Harusnya kamu naik becak atau angkot!"

Terpopuler

Comments

inayah machmud

inayah machmud

ya ampun gavin emang turunan kakek sama bapak nya, , angkuh, ,, sombong dan arogan nya. .. bikin orang sebel... terus kata-kata yg keluar dari mulut nya nyelekit banget. .. yg sabar ya lala. ..

2023-07-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!