Sejak hari itu Lala resmi bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Vina. Tapi kali itu dia hanya akan memiliki satu majikan selama tiga minggu ke depan, sebab Vina serta Garda tengah pergi ke luar kota.
Sebenarnya Lala tidak begitu bersemangat dengan posisinya saat tersebut, mengingat bagaimana mulut pedas Gavin jika sedang berbicara kepadanya. Akan tetapi, gaji yang di berikan oleh Vina membuat Lala tergiur.
"Ah sudahlah, aku terima saja pekerjaan ini. Lagian si pria rese itu hanya di rumah waktu malam hari saja. Aku yakin aku tidak akan sering mendengar kata kata pedas dari dia." Ujar Lala dalam hati.
Setelah memberi semangat kepada dirinya sendiri, dia mulai melakukan tugas tugasnya untuk mengurus semua pekerjaan rumah. Tentu begitu melelahkan, tetapi hal itu tidak lebih melelahkan dari pada dia harus berlari menghindari kejaran mantan suaminya.
Pria yang pernah berstatus sebagai suami Lala tersebut memang kerap mengejarnya. Mereka bercerai karena mantan suami Lala menderita tempramental sehingga sering bertindak kekerasan kepada Lala. Selama dua tahun menjalani rumah tangga dengan mantan suaminya, Lala sempat hamil dua kali, tetapi kehamilan itu mengalami keguguran dua duanya. Mungkin karena Lala terlalu stress sehingga berpengaruh kepada kesehatan janinnya.
Hari telah berganti sore dan tiba waktunya Gavin pulang dari kerja. Di saat seperti itulah Lala mulai deg degan serta menyiapkan mental baja jikalau sewaktu waktu majikannya itu akan melontarkan syair syair pahitnya. Namun, ternyata lain dari yang di bayangkan oleh Lala. Majikannya tersebut diam seribu bahasa ketika tiba di rumah. Bahkan setelah masuk ke dalam kamarnya, dia sudah tidak menampakkan hidung lagi.
"Kenapa ya itu orang?" Tanya Lala dalam hati. Saat itu Lala mencoba menerka bahwa mungkin majikannya itu sedang berduka karena keluarganya sedang di timpa musibah, sementara dirinya harus tetap tinggal di rumah dengan setumpuk pekerjaan.
Meski ada rasa iba dan ikut berbela sungkawa melihat keadaan keluarga majikannya, tetapi tidak bisa Lala pungkiri bahwa dia sedikit bersyukur karena berkat keadaan itu dia tidak banyak makan hati karena mendengar kalimat pedas Gavin serta Garda.
"Kasihan juga sih lihat mereka, semoga aja mereka di beri ketabahan." Lala memanjatkan doa untuk keluarga sang majikan.
Dua hari sudah Garda serta Vina pergi meninggalkan rumah. Dan selama waktu itu, tidak sekalipun Gavin mengajak Lala berbicara. Namun, tidak pada hari itu ketika Gavin membuka lemari es dan dia lihat semua persediaan makanan, minuman serta buah buahan di dalamnya telah habis.
Karena masih merasa canggung untuk mengajak bicara Lala, lebih tepatnya bukan canggung, melainkan gengsi. Gavin bergegas menuju ke kamar nya untuk mengambil selembar kertas serta bolpoin. Di sana dia menuliskan berbagai macam persediaan yang biasa di beli bundanya ketika ke super market. Meski tidak pernah ikut berbelanja, tetapi Gavin hafal isinya sebab semua yang di sediakan di dalam lemari es tersebut atas permintaannya. Usai membuat catatan seputar makanan, minuman serta buah buahan, Gavin mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya untuk dia berikan kepada Lala.
Pria dingin yang selalu menjunjung rasa gengsi itu berjalan mendekati Lala, dan hal itu sempat membuat jantung Lala berdetak kencang. Bukan merasa deg degan karena akan di pinang oleh seseorang, melainkan deg degan jika akan mendengar syair pahit dari majikannya. Dan ternyata, hingga pria itu berlalu dari hadapannya, tidak ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Yang tertinggal di meja hanyalah selembar kertas dengan puluhan lembar uang ratusan ribu di atasnya.
Perlahan Lala memperhatikan uang serta lembaran kertas tersebut, dan setelah dia baca, barulah dia paham jika dia di suruh berbelanja. Awalnya dia sempat tercengang melihat sejumlah uang yang di berikan majikannya. Akan tetapi, detik selanjutnya muncul kepanikan di pikirannya jika dia harus keluar dari rumah untuk berbelanja. Bagaimana jika sewaktu waktu dia bertemu dengan mantan suaminya? Setelah terlintas akan hal itu, Lala memberanikan diri untuk memanggil majikannya lalu berbicara dari hati kepadanya.
"Tuan, maaf. Saya tidak bisa menjalankan perintah anda." Belum sempat Lala memberi penjelasan, lidahnya mendadak membeku dengan tenggorokan tercekat hingga membuat mulutnya mendadak membisu ketika dia melihat reaksi dari majikannya.
Seketika langkah pria dingin itu terhenti lalu berbalik badan. Kedua alisnya yang menyatu membuat wajahnya nampak garang dan membuat Lala ketakutan.
"Apa kamu bilang?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
inayah machmud
pasti lala ga mau pergi belanja karena takut ketemu sama mantan suami nya. ..
2023-07-08
1