Pagi ini Kemuning sudah mengerjakan beberapa pekerjaan. Pelayan yang lain juga sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing sebelum pulang dan ganti jam kerja dengan yang lain.
"Ekhem. Bisa ikut saya sebentar"
Kemuning menoleh dan melihat Nyonya besar yang berdiri tidak jauh darinya. Kemuning menganggukan kepalanya pelan, tentu dia tidak mungkin bisa menolak ucapan Nyonya Besar.
Nyonya Besar membawanya ke taman belakang. Sengaja memilih tempat yang cukup sepi untuk bisa berbicara dengan leluasa pada Kemuning tanpa harus di dengar yang lain. Duduk di sebuah meja bundar kecil yang tersedia di taman. Duduk berhadapan.
"Saya tahu jika anak saya yang memulai duluan, tapi kamu tahu sendiri jika semuanya tidak akan mungkin di lajutkan. Jika Anston tidak bisa menyerah dengan semua ini, saya minta kamu yang meninggalkan dia. Kamu tidak mau 'kan kalau Anston menjadi anak yang tidak lagi menurut pada Ibunya. Asal kamu tahu, dia adalah anak yang sangat nurut dan tidak pernah melukai hati saya. Dia selalu menurut apa yang saya inginkan"
Kemuning hanya diam dengan wajah yan menunduk, tangannya meremas rok yang dia pakai. "Saya tidak bisa melakukan apapun, Nyonya. Karena Tuan Muda yang selalu meminta saya untuk bersamanya"
"Saya tahu, kamu saja yang tinggalkan dia. Jangan membuat Anston menjadi anak yang melawan Ibunya. Kamu juga seorang Ibu dan pastinya kamu juga merasakan bagaimana jika anakmu sendiri melawan padamu. Jadi tolong pergi tinggalkan anak saya!"
Nyonya besar berdiri dan langsung berlalu begitu saja. Kemuning memejamkan matanya hingga air matanya menetes begitu saja. Saat ini dia benar-benar bingung dan tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Kenapa sakit sekali, apa memang aku sudah jatuh cinta padanya. Sampai rasanya begitu sakit"
Kemuning menutup wajahnya dengan tangisan yang pecah. Dia tidak mungkin bisa melawan Nyonya besar, dia tidak seberani itu untuk membantahnya. Tapi hatinya tidak menginginkan hal ini. Kemuning seolah sudah terlanjur nyaman dengan perhatian dari Anston.
Kemuning menatap lurus ke depan dengan tatapan yang menerawang. Entah apa yang harus dia lakukan saat ini. Pergi meninggalkan Anston, mungkin dia bisa melakukan itu. Namun entah bagaimana caranya dia pergi tanpa harus Anston mengetahuinya.
"Kemuning"
Deg..
Kemuning langsung menoleh saat dia mendengar suara bariton yang membuatnya tegang. Kemuning mengusap air matanya, dia melihat Anston dengan tersenyum. Mencoba untuk menutupi kesedihan dalam dirinya.
"Sedang apa kau disini?" tanya Anston yang mengelus kepala Kemuning dan duduk di sampingnya.
Kemuning tersenyum. "Hanya menikmati udara pagi hari saja sebelum pulang"
"Aku antar untuk pulang ya sekarang"
Kemuning menggeleng pelan, dia tidak bisa terus membiarkan Anston untuk terus menaruh harapan lebih padanya. Karena Kemuning juga tidak tahu harus bagaimana dia bersikap setelah baru saja Nyonya besar meminta dirinya untuk menjauh dari Anston.
"Sayang, saya ingin berbicara dengan anda..." Kemuning mengubah posisi duduknya, menatap Anston dengan lekat. Membaranikan diri untuk meraih tangan pria itu. "...Jangan pernah melawan Nyonya Besar, aku tahu bagaimana perjuangan seorang Ibu untuk melahirkan anaknya. Apapun yang terjadi, jangan sampai anda membuat Nyonya besar sakit hati"
Anston menatap Kemuning dengan kening berkerut. "Kenapa kamu bicara seperti itu? Kamu tidak berniat meninggalkan aku 'kan"
Kemuning terdiam, dia jelas melihat tatapan Anston yang seolah tahu apa yang sedang berada dalam pikirannya. Tidak bisa menjawab apapun, Kemuning hanya diam. Dia tidak mempunyai jawaban apapun, karena apa yang di ucapkan oleh Anston adalah apa yang ada di dalam pikirannya.
"Kamu sudah berniat untuk meninggalkan aku? Iya?" nada suara Anston sudah terdengar dingin dan naik satu oktaf.
Melihat Kemuning yang hanya diam dan menunduk, membuat Anston yakin kalau Kemuning memang sudah berniat untuk meninggalkannya. Anston langsung berdiri di hadapan Kemuning. Menatapnya dengan tajam.
"Jangan membuat diri kamu terbebani dengan semua ini. Aku akan menyelesaikan semuanya. Tugas kamu hanya tetap berada di sampingku dan bertahan untuk itu"
"Tapi saya tidak bisa, Tuan. Saya tidak mau membuat anda dan Nyonya besar malah jadi berseteru hanya karena ini"
"Kemuning, aku tidak akan membiarkan kamu pergi. Bagaimana pun caranya, aku akan tetap mempertahankanmu. Kalau kamu pergi, maka kamu telah menghancurkan hidup dan harapanku selama ini"
Kemuning mendongak dan menatap Anston yang berbalik dan pergi darisana. Namun sebelum pria itu pergi jauh dari pandangannya, Kemuning langsung mengejarnya dan memeluk Anston dari bekalang.
"Maafkan saya, tapi saya tidak tahu harus melakukan apa. Saya tidak bisa melihat anda dan Nyonya besar berseteru terus menerus"
Anston menghembuskan nafas kasar, dia mengelus tangan Kemuning yang berada di perutnya. "Sudah aku bilang, kamu hanya perlu diam dan tetap berada di sampingku"
Kemuning mengangguk, hatinya juga tidak rela jika harus pergi meninggalkan Anston di saat hatinya sudah mulai benar-benar jatuh cinta pada Anston.
"Saya mencintai anda"
Anston berbalik, dia menatap Kemuning dengan tidak percaya. Akhirnya Anston bisa mendengar ungkapan cinta itu dari wanitanya, tidak percaya jika sekarang Anston benar-benar telah mendengar ungkapan cinta dari Kemuning.
"Kamu bilang apa?"
Kemuning menunduk, tangannya saling bertaut. Dia sangat malu dengan ucapannya itu, namun memang itu yang dia rasakan saat ini. Dia mencintai Anston, bahkan dia yang sangat sulit untuk membuka hati. Tapi lambat laun dirinya luluh juga dengan ungkapan cinta Anston dan ketulusan yang diberikan pria itu padanya. Kesungguhan yang juga belum pernah Kemuning dapatkan dari siapapun. Termasuk dari mantan suaminya, dulu.
"Saya..."
"Ubah cara bicaramu itu, kenapa masih pakai saya anda, saya anda. Kita sepasang kekasih sekarang"
Kemuning mendongak, dia menatap Anston dengan lekat. Lalu tersenyum dengan penuh keyakinan. "Aku mencintaimu"
Anston tersenyum mendengar itu, dia langsung memeluk Kemuning dan mengecup keninnya dengan lembut. Anston tidak menyangka akan mendengar ungkapan cinta dari Kemuning, setelah sekian lama dia menunggu ungkapan cintanya akan di balas oleh Kemuning.
"Terima kasih karena sudah menjadi pria yang memperjuangkan aku dengan begitu tulus. Terima kasih sudah menerima aku dengan segala masa lalu dalam hidupku" ucap Kemuning dengan air mata yang menetes begitu saja.
Anston mengangguk dengan senyuman yang merekah. Dia mengecup puncak kepala Kemuning dengan lembut. "Aku akan selalu memperjuangkanmu, sampai kapan pun. Karena hanya kamu yang sekarang sangat aku cintai"
Kemuning mendongak, masih dalam pelukan Anston. Menatap pria itu dengan matanya yang berkaca-kaca. "Apapun yang terjadi, yang perlu kamu ingat adalah aku sangat mencintaimu. Hatiku sudah menjadi milikmu"
Anston mengangguk, dia mengecup bibir Kemuning hingga ciuman penuh keharuan itu terjadi di taman ini. Meski mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya setelah hari ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Seru Thor....🥰🥰
Good Kemuning...👍🏻👍🏻
Good Anston...👍🏻👍🏻
Aku Mendukung Kalian...
Bersatulah demi Cinta Kalian berdua...
2023-06-11
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Kuatkan Cinta Kalian
Anston ❤️ Kemuning...
2023-06-10
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Berharap Anston dan Kemuning bisa melawan dan menolak keinginan Nyonya Besar...😠😠
2023-06-10
0