Satu minggu setelah kepergian Melati, Kemuning mulai bisa mengikhlaskan semuanya. Dia mulai bisa menerima kenyataan ini, jika anaknya memang hanya bisa bertahan sampai saat ini.
Kemuning memulai kembali aktivitasnya, bekerja di mansion sebagai pelayan. Namun sekarang statusnya yang sedikit berbeda, karena dia yang sudah menjadi kekasih Tuan Muda. Sebenarnya keraguan itu masih ada dalam diri Kemuning, dia tahu jika Anston mencintainya. Namun apa memang benar akan mencintai Kemuning selamanya, atau cintanya hanya sementara saja. Kemuning hanya takut Anston akan menyesal suatu saat nanti.
"Ning kamu di panggil Pak Hadi, katanya bantu menyiapkan makan malam. Malam ini Nyonya Besar pulang bersama dengan anak pertamanya dan juga menantunya" kata Mbak Ati
Kemuning mengangguk, dia segera melakukan tugasnya itu. Membantu Pak Hadi menyiapkan makan malam, mulai dari memotong sayuran hingga megupas bumbu dapur yang harus di siapkan.
"Tuan Muda sudah datang dari Kantor, kamu sambut dia Ning"
Kemuning langsung menoleh pada Pak Hadi dengan wajah yang bingung. "Kenapa saya Pak? Kan biasanya Bapak yang menyambut Tuan Muda kalau kembali dari bekerja"
"Turuti saja perkataan saya!"
Kemuning benar-benar tidak bisa membantah karena dirinya juga tidak berani dengan Pak Hadi yang begitu dingin dan selalu tegas dalam berbicara apapun. Jadinya tidak mungkin Kemuning akan berani membantah ucapannya.
Kemuning berdiri di depan pintu, menatap Asisten Glen yang membukakan pintu untuk Tuan Muda. Tangan Kemuning memegang handel pintu dengan sedikit bergetar. Mau bagaimana pun status hubungan mereka saat ini. Tentu Kemuning belum terbiasa, rasa takutnya pada Anston tetap ada. Karena mau bagaimana pun, Kemuning sadar jika mereka terlalu berada di sastra sosial yang jauh berbeda.
"Selamat malam Tuan" ucap Kemuning sambil menganggukan kepalanya.
Anston tersenyum tipis melihat Kemuning yang menyambutnya. Dia mengelus kepala Kemuning sekilas, membuat gadis itu terdiam dengan wajahnya yang langsung memanas. Kemuning mengikuti Anston dan Asisten Glen masuk ke dalam rumah. Ketika Anston sudah duduk di sofa, Kemuning langsung mengambilkan sandal rumah untuk Anston.
"Apa yang kau lakukan?!"
Kemuning yang sudah berlutut di atas lantai dan sudah memegang kaki Anston untuk membuka sepatunya, langsung mendongak. Menatap bingung pada Anston yang berkata dengan nada yang seolah dia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Kemuning ini.
"Saya mau membuka sepatu anda, Tuan"
Memang seperti ini hal yang sering di lakukan oleh Pak Hadi pada Anston. Kemuning hanya melakukan saja apa yang sering di lakukan oleh Pak Hadi.
"Duduk, aku bisa membukanya sendiri. Kau wanitaku yang seharusnya aku hargai, bukan merendahkan diri seperti ini"
Kemuning terdiam, matanya berkaca-kaca mendengar itu. Jelas dia tidak pernah merasakan dirinya di anggap sangat berharga di mata seorang pria. Bahkan mantan suaminya saja tidak pernah memperlakukan Kemuning seperti ini.
"Tapi Tuan, biasanya Pak Hadi akan melakukan ini jika Tuan pulang dari...."
"Aku bilang duduk, Kemuning!"
Kemuning langsung mengangguk, dia berdiri dan beralih duduk di samping Anston disana. Menundukan kepalanya dengan tangan yang saling bertaut. Kemuning sangat gugup, apalagi ketika dia melihat para pelayan lain yang melihat semua ini. Seorang pelayan yang duduk bersebelahan bersama dengan Tuan Muda. Hal yang pastinya akan menjadi bahan perbincangan.
Anston mengelus kepala Kemuning dengan lembut, dia tersenyum menatap wajah putih alami wanitanya itu. "Bagaimana keadaan kamu sekarang? Kok sudah masuk bekerja saja, padahal kamu masih bisa ambil cuti"
Kemuning tersenyum, meski sangat kaku. Karena mau bagaimana pun dia sangat takut dengan Anston. Dia tetap majikan Kemuning yang tidak mungkin bisa Kemuning hilangkan fakta tentang itu.
"Saya tidak papa, saya sudah bisa untuk kembali bekerja lagi"
Anston menatap Kemuning dengan lekat, jika ada orang yang bertanya kenapa dirinya lebih memilih Kemuning saat ini, padahal masih banyak wanita di luaran sana yang jelas lebih baik darinya. Anston akan menjawab jika dia juga tidak tahu. Apa alasaannya dia memilih Kemuning untuk menjadi wanitanya. Anston benar-benar tidak tahu, karena dia hanya mengikuti hatinya saja.
"Emm. Sebaiknya anda segera mandi, Tuan. Bukannya Nyonya besar akan segera kembali"
Anston mengangguk, dia tahu jika Kemuning masih belum terlalu nyaman berdekatan dengannya. Semuanya masih terlalu tiba-tiba bagi Kemuning. Ya, Anston juga merasakan itu. Dia juga merasa aneh, karena dirinya bisa jatuh cinta secepat ini pada Kemuning. Namun lagi-lagi, semua ini hanya hatinya yang menentukan.
"Bantu aku siapkan untuk mandi"
"Ba-baik Tuan"
Tidak ada alasan untuk Kemuning bisa menolak permintaan Anston ini. Mau bagaimana pun situasinya saat ini, Anston tetaplah majikannya. Kemuning mengikuti Anston ke kamarnya yang berada di lantai atas.
"Saya siapkan dulu air untuk anda mandi"
Kemuning langsung berlalu ke kamar mandi, dia mengisi bak mandi dengan air hangat dan juga tetesan aroma terapi. Kemuning keluar dari kamar mandi dan terkejut saat melihat Anston yang berdiri di depan pintu kamar mandi, hanya menggunakan celana panjang saja. Pakaian atasnya sudah dia lepas. Kemuning menundukan wajahnya, dia merasa malu sendiri melihat tubuh polos Anston.
"Kenapa? Lihat wajah pacarnya dong, kok malah nunduk kayak gitu" Anston terkekeh sendiri melihat ekspresi Kemuning. Dia meraih dagu Kemuning dan mengangkat wajahnya agar menatap ke arahnya.
"Tu-tuan, saya sudah siapkan air untuk anda mandi"
Cup..
Dengan tanpa kompromi, Anston langsung mengecup bibir Kemuning. Yang awalnya berupa kecupan biasa, kini mulai menjadi sebuah ciuman dengan luma*tan-luma*tan halus yang di berikan. Kemuning benar-benar terkejut dengan apa yang di lakukan Anston padanya. Namun dia juga tidak bisa menolak, karena hatinya yang mulai tersentuh dengan setiap perlakuan lembut Anston padanya.
Sadar atau tidak, namun perlahan tangan Kemuning mengalung di leher Anston. Dia mulai menikmati ciuman yang diberikan oleh Tuan Muda itu. Anston hanya tersenyum tipis tanpa melepaskan ciumannya. Dia sangat senang ketika bisa mendapatkan respon yang baik dari Kemuning. Setelah beberapa hari, Kemuning selalu terlihat sangat kaku di depannya.
Melepas tautan bibir mereka, Anston menyatukan keningnya dan Kemuning. Nafas keduanya memburu. "Aku mencintaimu, Kemuning"
Kemuning seolah baru sadar dengan apa yang baru saja dia lakuakan dengan Anston. Membuat dia langsung menjauhkan tubuhnya kembali dari pria itu dengan mengusap bibirnya yang masih tersisa bekas ciuman itu.
"Maaf Tuan, saya permisi keluar dulu. Anda segeralah mandi, takut airnya malah keburu dingin"
Kemuning menganggukan kepalanya dengan penuh hormat dan segera pergi dari hadapan Anston. Hal itu membuat Anston sedikit bingung untuk menyikapi Kemuning, karena sepertinya Kemuning masih belum bisa menerima Anston sepenuh hatinya. Terlihat masih ada keraguan yang besar dalam diri Kemuning.
Aku akan tetap memperjuangkanmu dan membuat kamu yakin denganku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments