Dua hari berlalu dan keadaan Melati juga tidak lebih baik dari sebelumnya. Kemuning semakin bingung harus melakukan apa. Sampai saat ini mantan suaminya juga belum bisa dia hubungi. Membuat Kemuning semakin bingung saja.
"Ri, kamu tolong jaga Melati malam ini ya. Aku tidak mungkin juga harus terus libur bekerja. Aku butuh banyak uang untuk saat ini"
"Iya Ning, kamu pergi saja bekerja. Biar Melati, aku aja yang jagain"
Kemuning mencium kening anaknya sebelum dia pergi dari ruang rawat anaknya itu. Kemuning tetap harus bekerja meski pikirannya sedang sangat kacau sekarang ini. Tapi mau bagaimana lagi karena dia tidak mungkin terus ambil cuti bekerja.
Sampai di mansion mewah itu, Kemuning langsung membantu Pak Hadi untuk menyiapkan makan malam. Menata makanan yang sudah di masak oleh Pak Hadi di atas meja makan.
"Ning, tadi Tuan Muda bilang, dia ingin makan malam di dalam kamar. Kamu tolong antarkan ya"
Kemuning mengangguk, karena dia juga tidak mungkin menolak perintah dari Pak Hadi ini. Namun dia sedikit ragu ketika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tentang Tuan Muda yang mengajaknya untuk berpacaran.
Sebenarnya bercandaan apa yang membuat Tuan Muda harus melakukan ini. Mengajak seorang pelayan untuk berpacaran.
Kemuning menghembuskan nafas pelan, sebelum dia mengetuk pintu kamar Tuan Muda. Setelah mendengar suara Tuan Muda yang mengizinkan dia masuk, Kemuning langsung memutar handel pintu dan masuk ke dalam kamar Tuan Muda.
"Makan malamnya, Tuan"
Kemuning menata makanan yang di bawanya di atas meja, mengangguk hormat pada Tuan Muda yang sedang duduk di sofa yang berada di depannya itu.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan"
Anston hanya menjawab dengan deheman saja. Dia menatap Kemuning yang sudah hampir keluar dari kamaranya. "Ke taman belakang jam 9 malam, tidak kurang dan tidak lebih. Telat satu menit saja, saya pecat kamu!"
Kemuning menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah Tuan Muda yang menatapnya dengan lekat. Menundukan kembali wajahnya karena dia tidak seberani itu untuk menatap Tuan Muda terlalu lama.
"Untuk apa saya harus ke taman, Tu..."
"Ikuti saja perkataanku, kenapa kau malah balik bertanya"
Kemuning mengerjap mendengar suara dingin Tuan Muda. Dia langsung mengangguk. "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi keluar dulu. Selamat makan malam, Tuan"
Kemuning langsung keluar dari kamar Tuan Muda. Dia sangat bingung dengan permintaan Tuan Muda yang tiba-tiba saja memintanya untuk pergi ke taman malam hari begini.
Saat Kemuning tiba di dapur belakang, tempat dimana para pelayan tinggal dan makan malam bersama. Kemuning merasa aneh dengan tatapan teman-teman seprofesinya. Kemuning merasa aneh dengan semua ini, ada yang aneh di tempat kerjanya ini.
"Orang tuh ya, kelihatan baik dan lugu di depan kita orang-orang susah. Kalau di depan orang kaya, rela buka baju dan naik ke atas ranjangnya. Hanya untuk menadapatkan uang" ucap Mbak Maya
"Iya ya, gak nyangka juga si"
"Mbak, mereka bicara tentang siapa Mbak?" tanya Kemuning pada Mbak Ati yang duduk di sampingnya.
"Sudahlah Ning, jangan di dengarkan. Mungkin hanya sedang membicarakan artis saja"
Kemuning terdiam sambil melihat wajah Mbak Ati yang terlihat tidak seramah biasanya. Benar-benar menemukan keanehan di lingkungan pekerjaannya ini. Selama tiga hari tidak masuk kerja, apa yang telah terjadi hingga semua orang terasa berbeda dan berubah padanya. Bahkan Mbak Ati yang biasanya sangat baik dan ramah padanya. Namun sekarang juga terlihat berbeda.
"Kamu tidak makan Ning? Apa sudah makan bersama dengan Tuan Muda? Mumpung Nyonya besar sedang pergi ke luar negara ya?"
Kemuning menatap Mbak Maya, ucapan Maya benar-benar membuat Kemuning bingung. "Maksud Mbak apa?"
"Bukannya kamu sudah pacaran dengan Tuan Muda ya? Hebat banget ya, baru kerja beberapa bulan saja sudah bisa mendapatkan Tuan Muda di rumah ini. Menyerahkan apa kamu pada Tuan Muda? Tubuh kamu ya?"
"Padahal Tuan Muda akan segera menikah dengan Dokter Sila. Masih saja mau menjadi wanita panggilannya Tuan Muda" ucap salah satu pelayan disana, ikut menimpal ucapan Maya barusan.
"Kalian semua diam, jangan asal menudu! Kemuning tidak seperti itu" Mbak Ati yang ikut emosi dengan ucapan Maya dan yang lainnya yang terus memojokan Kemuning.
"Sudah Mbak"
Kemuning menahan tangan Mbak Ati yang sudah berdiri dan ingin menyerang Maya. "Aku tidak ada hubungan apapun dengan Tuan Muda. Lagian kalian mendapat kabar darimana? Aku tidak ada hubungan apapun dengan Tuan Muda"
Kemuning keluar dari dapur belakang itu, dia menghela nafas pelan ketika kabar itu yang langsung mudah tersebar. Lagian untuk apa juga Tuan Muda melakukan ini. Apa dia sengaja ingin membuat aku di caci habis-habisan oleh orang-orang. Gumamnya dalam hati.
Pukul 09.00
Kemuning langsung ke taman belakang rumah ini yang begitu luas dan nyaman. Terkadang jika ada waktu untuk rehat sebentar, maka Kemuning selalu diam di taman ini. Menenangkan dirinya dengan suasana yang hening.
Namun suasana taman kali ini sungguh berbeda. Kemuning melihat lampu taman yang berkerlap-kerlip dan beberapa bunga yang tersebar di sekitar taman. Kemuning merasa heran dengan suasana taman kali ini, dia terus berjalan hingga di dekat kolam ikan itu, Kemuning melihat Tuan Muda yang berdiri disana dengan wajah tampannya.
Jantung Kemuning berdebar melihat Tuan Muda, di tangannya ada sebuah buket bunga dan juga buket coklat. Langkah Kemuning melambat, dia merasa bingung dengan semua ini. Suasana taman yang tidak bisa dia tafsirkan untuk apa Tuan Muda merubah taman ini.
"Tuan, ada apa ya saya di suruh kesini?"
Kemuning menatap seorang pria yang berdiri tidak jauh dari mereka bersama dengan Pak Hadi. Sekarang Kemuning semakin bingung dengan semua ini.
"Saya kasih tahu kamu, apapun yang dikatakan Tuan Muda, kamu harus mengiyakan. Jangan menghancurkan harapan Tuan Muda, karena ini adalah pertama kalinya dia seperti ini"
Ucapan Pak Hadi beberapa saat yang lalu terlintas dalam ingatan Kemuning. Saat itu Kemuning hanya mengiyakan saja, karena dia juga tidak mungkin berani membantah ucapan Tuan Muda juga.
"Kemuning, aku mencintaimu. Jadilah kekasihku"
Deg..
Kemuning terdiam melihat buket bunga dan coklat yang di berikan Tuan Muda padanya. Ucapan Tuan Muda barusan lebih membuatnya terkejut lagi. Kemuning menatap Tuan Muda dengan lekat, namun dia tidak melihat sebuah candaan atau kebohongan. Tuan Muda benar-benar berkata dengan tulus.
"Loh kok menangis?" Anston terkejut ketika melihat air mata yang menetes di pipi Kemuning.
Kemuning tersenyum, dia mengusap air mata yang menetes begitu saja. Ada rasa bahagia dan haru yang tidak bisa Kemuning tahan. Dia yang begitu kesepian dan tidak lagi merasakan ada seseorang yang akan mencintainya.
"Saya sangat berterima kasih untuk semua ini Tuan. Tapi saya merasa tidak pantas untuk Tuan"
"Kemuning"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments