Sebelum kejadian itu terjadi, sekitar kurang lebih tiga puluh menit sebelum pesta api unggun itu dilaksanakan, Pak Richard duduk di depan tendanya dengan sebuah botol minuman yang baru dia minum beberapa teguk.
Kedua tangannya sibuk memainkan ponselnya. Membalas pesan yang dikirim oleh orang tuanya dan juga beberapa rekan-rekannya. Saat asik bermain ponsel tiba-tiba Pak Beni datang menghampirinya.
"Pak Richard, bisa ke depan sebentar nggak, untuk menentukan tempat yang baik diadakannya pesta api unggun?"Pak Beni meminta pendapat Pak Richard.
"Oh iya, pak. Mari kita ke depan. Saya mau lihat dulu lokasinya di sana." sahut pak Richard. Keduanya lalu berjalan beriringan menuju tempat lokasi diadakannya acara malam ini. Kebetulan Suphattra land tepatnya di Ban Khai memang perkebunan khusus buah buahan dan di daerah perkebunan ini disediakan tempat untuk orang yang berwisata agro dan kemping.
Sepeninggalan Richard, terlihat Irene berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Tatapan matanya memindai ke segala arah, takut kalau ada orang yang melihatnya.
Merasa suasananya aman, Irene bergegas mengeluarkan botol kecil berisi cairan obat dari saku jaket yang ia gunakan.
Tanpa membuang waktu, Irene membuka penutup botol obat itu dan memasukkan setengah botol obat tersebut ke ke dalam teh kemasan yang baru saja ditinggalkan oleh pemiliknya.
"Maaf Pak Richard, aku harus melakukan ini. karena jika aku tidak melakukan ini, Bapak selalu saja akan menolak ku. Malam ini bapak akan menjadi milikku. Selama ini kamu selalu mengabaikan aku. Tapi setelah kejadian malam ini, Pak Richard tidak akan bisa menghindar dari tanggung jawab untuk segera menikahi ku."Irene bermonolog sendiri dengan wajahnya yang menampilkan senyum menyeringai.
Setelah berhasil memasukkan obat perangsang tersebut ke dalam minuman Pak Richard, Irene bergegas pergi dari tempat itu. Namun, dia tidak meninggalkan mangsanya begitu saja. Dia hanya bersembunyi di samping tenda milik Pak Beni, yang tidak jauh jaraknya dari tenda Pak Richard.
Beberapa saat kemudian, setelah membantu Pak Beni menentukan lokasi diadakannya api unggun, Pak Richard kembali lagi ke tendanya. Dia duduk di kursi kecil yang ada di depan tendanya. Teh kemasan yang baru beberapa teguk dia minum itu diambil kembali, dan langsung diminum oleh pak Richard sampai tandas.
Setelah itu, Pak Richard kembali memainkan ponselnya kembali.
Beberapa menit kemudian, Pak Richard merasakan hawa panas di dalam tubuhnya. duduknya menjadi gelisah.
Pak Richard membuka dua kancing kemeja lengan pendek yang ia gunakan, untuk sekedar menghilangkan sedikit hawa panas di tubuhnya.
Udara Malam yang begitu dingin di Suphattra land Ban Khai, tidak lagi dirasakan oleh Pak Richard. Hawa panas di tubuhnya terasa lebih dominan dibanding udara dingin di sekitar tempat itu.
Irene yang sudah dari tadi melihat Pak Richard langsung tersenyum sumringah. rencana pertamanya sudah berhasil. sekarang tinggal menjalankan rencana kedua.
Irene menunggu beberapa menit lagi agar reaksi obat itu lebih optimal. Sampai akal sehat pak Richard tidak akan berguna lagi. Di saat itulah nanti dia mengikuti Pak Richard masuk ke dalam tendanya.
Namun, rencana keduanya ini terpaksa harus ditunda sesaat, sebab Irene merasakan mules di perutnya. Dia harus pergi ke toilet untuk buang air besar yang sudah tak tertahan lagi.
Irene lalu setengah berlari menuju ke arah toilet yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tenda yang ia tempati.
Sementara Pak Richard, dia mencoba mengalihkan rasa yang ada di dalam tubuhnya itu dengan ikut bergabung pada acara api unggun.
Namun, belum sampai ke tempat acara itu, Pak Richard merasakan dorongan yang begitu kuat di dalam tubuhnya.
Adik kecilnya kini sudah menegang. Pak Richard lalu mengurungkan niatnya untuk pergi ke acara pesta api unggun itu. Dia Lalu berbelok ke arah tenda.
Pak Richard terus berjalan di depan tenda tenda yang berjejer rapi itu. Sampai akhirnya dia berada di tenda paling ujung. Di tempat ini Pak Richard sudah tidak bisa menguasai dirinya lagi. Hingga akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke tenda yang bukan miliknya.
Irene yang sudah selesai membuang hajatnya itu berlari kembali ke arah tenda. Dia sudah tidak sabar lagi untuk menjalankan rencana keduanya.
Namun, saat dia sudah sampai di depan tenda Pak Richard, dia sudah tidak melihat pria itu lagi. Hanya ada botol kosong bekas minuman saja yang ada di tempat itu.
Irene lalu membuka tenda Pak Richard, namun dia tak menemukan sosok pria yang dia cari.
"loh pergi ke mana Pak Richard? apa dia pergi ke acara api unggun itu?"tanya Irene dalam hati lalu dia bergegas melangkah ke arah lokasi tempat diselenggarakannya acara api unggun dan game.
****
Keesokan paginya, Amor dan Moresette bangun lebih dulu daripada Dora. Keduanya lalu keluar dari dalam tenda untuk bergabung dengan mahasiswi yang lain membuat sarapan.
Sementara Dora, dirinya masih berada di alam mimpi. Tadi malam dirinya susah untuk memejamkan mata, Karena tiap kali dia memejamkan matanya bayangan akan kejadian itu kembali terlintas. Hingga akhirnya jam 02.00 dini hari Dora baru bisa terbang ke alam mimpi.
Beberapa saat kemudian, Dora bangun dari tidurnya. Dia merasakan tubuhnya terasa remuk, seperti baru ditimpa ratusan kilo beban.
Apalagi area sensitifnya sampai saat ini masih terasa nyeri. Sehingga membuat Dia sedikit kesusahan untuk bergerak.
Perlahan dia bangun dari posisi tidurnya. Dia raih tas ransel yang tidak jauh dari tempat duduknya saat ini.
Dora lalu mengambil sebuah cermin kecil dari dalam tasnya. Dilihat pantulan wajahnya di cermin itu, masih terlihat pucat.
Tanpa sengaja Dora melihat tanda merah pada bagian lehernya. Setelah dia menelisik lebih jelas lagi, ternyata ada beberapa tanda merah bekas jejak pria itu tadi malam.
Dia Lalu memeriksa area sekitar dadanya. Di sana juga terdapat banyak tanda merah. telapak tangan yang mengepal kuat, bulir menetas kembali dari kedua sudut matanya.
Dora tidak tahu lagi Bagaimana nasib masa depannya. Bagaimana nanti resikonya, jika orang tuanya juga mengetahui dirinya sudah tidak suci lagi.
Ternyata inilah yang selama ini ditakutkan oleh kedua orang tuanya. Selama ini Papa dan Mamanya membatasi pergaulan dan kegiatannya di luar rumah adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya juga.
Andai saja waktu bisa diputar ulang, dia pasti tidak akan ikut kegiatan semacam ini. kegiatan yang justru menjerumuskannya ke lembah kenistaan.
"Maafkan Dora Ma......, Maafkan Dora Pa...., Dora sudah tidak bisa menjaga diri Dora dengan baik. Dora sudah mencoreng nama baik keluarga." batin Dora lirih.
Dora lalu menghapus air matanya. Dia tidak ingin matanya kelihatan sembab yang dapat mengakibatkan kedua sahabatnya curiga.
Untuk sementara ini dia berusaha menganggap seolah-olah kejadian malam itu tidak pernah terjadi.
Dia berusaha bangkit dari tempat duduknya. dia Lalu mencari baju yang bagian kerahnya yang bisa menutupi tanda merah pada bagian lehernya.
Bibirnya saat ini sangat pucat. Kini sudah dipoles dengan lipstik berwarna merah muda. kini terlihat lebih segar dibandingkan sebelumnya.
Setelah mengganti pakaiannya, Dora lalu keluar dari dalam tenda. Dan berjalan perlahan ke arah kerumunan mahasiswi.
Dora mencoba menahan rasa perih di bagian inti tubuhnya. Sebisa mungkin dia menyamarkan rasa sakit itu. Agar para mahasiswi-mahasiswa dan juga dosen tidak mengetahui kondisi Dora saat ini.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Elly Sari Narulita
kasian dora
2023-07-17
0
Kadek Bella
lanjut
2023-06-04
1
mama Al
hahahaha ...yang namanya niat buruk pasti bakal ada halangannya
2023-06-03
2