Dario keluar dari dalam kamar mandi dan pria tampan itu langsung mundur selangkah saat kedua bola mata birunya menangkap dress dengan tali terikat di atas kedua pundak dan bahu Rania yang putih mulus terpampang nyata. Kemudian naluri alaminya Dario sebagai pria yang sangat normal membuat otaknya memerintahkan kedua bila mata pria itu untuk bergerak turun sampai ke atas lutut Rania di mana pucuk kain dress seksi itu berakhir. Dario refleks bergumam frustasi, "Oh my God!"
Rania tersenyum lebar lalu bertanya dengan nada bicara ceria dan santai, "Apa kau menyukai dress yang aku pakai ini, Dario? Aku belum pernah memakai dress seperti ini. Mama tidak pernah mengijinkan aku memakai dress seperti ini"
Alih-alih menjawab pertanyaannya Dario, pria itu memegang kedua bahu Rania lalu Dario mendorong Rania sampai ke ranjang. Pria tampan berbola mata biru itu terus mendorong Rania sampai Gadis cantik berkulit putih bening itu jatuh rebah di atas kasur. Lalu, dengan cepat Dario menyelimuti Rania tanpa mengucapkan kata apapun.
Rania bangun sambil bertanya, "Apa kau menyukainya? Kenapa tidak menjawab? Apa aku tampak jelek pakai dress ini?"
Dario mengusap kasar wajahnya lalu pria itu kembali mendorong bahu Rania lalu menarik selimut sampai ke ujung leher Rania sambil berkata, "Tidurlah!"
Rania langsung mengerucutkan bibirnya dan bergumam, "Kenapa kau tidak pernah memujiku? Aku pakai apapun kau juga tidak pernah mengomentarinya"
Dario yang masih berdiri tegak di samping ranjang dan masih menatap Rania, menghela napas panjang dan kembali berkata, "Tidurlah! Kalau kamu nurut aku akan ajak kamu jalan-jalan lagi besok pagi"
Rania membeliak dengan senyum lebar lalu bertanya, "Benarkah?"
"Hmm" Sahut Dario sambil berbalik badan untuk memasang duvet di atas lantai.
Apa itu duvet? Duvet ialah kain dengan jahitan yang dapat diisi dengan isian quilt. Duvet ini memiliki fungsi seperti selimut yang dapat menghangatkan ketika cuaca sedang dingin dan terasa sejuk meskipun cuaca sedang panas.
Rania langsung mengatupkan bibir dan memejamkan mata dengan senyum ceria.
Dario mengambil bantal dan saat pria itu menemukan Rania telah memejamkan mata, dia tersenyum dan bergumam di dalam hatinya, kamu cantik memakai apapun Rania dan kamu sungguh-sungguh menyiksaku kalau kamu pakai dress seperti yang kamu pakai malam ini.
Rania turun dari atas tempat tidur dan menyusul Dario. Rania berbaring di atas duvet dan mengajak Dario berciuman. Lalu, tangan Dario menarik turun tali yang terikat di atas pundak kiri Rania sambil mengerang frustasi saat tangan Rania bermain lincah di atas tubuhnya yang mengeras. Dario langsung bangun dan duduk tegak di atas duvet karena mimpi panas itu. Dario meraup kasar wajahnya yang penuh keringat sambil mengumpat lirih, "Sial! Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu?"
Dario membuka kaosnya karena ia tiba-tiba merasa kegerahan padahal jam dua dini hari itu tengah hujan dan AC kamar menyala di suhu yang cukup rendah. Pria tampan itu kemudian bangkit berdiri dan sambil memakai kembali kaos putihnya, ia melangkah keluar dari dalam kamarnya.
Di tengah halaman depan asrama, Dario disilaukan oleh sorot lampu yang sangat terang.
Melihat ada seseorang yang berdiri di tengah halaman, Anzel langsung mematikan lampu mobil dan menghentikan mobilnya. "Sepertinya itu pamannya Ken" Anzel lalu bergegas membuka pintu mobil lalu turun dari salam mobil mewahnya dengan tidak sabar.
Anzel berlari ke depan dan berhenti tepat di depannya Dario untuk bertanya, "Apakah Anda pamannya Kenneth? Dokter Dario?"
Dario menatap pemuda tampan di depannya dengan memicingkan mata sambil berkata, "Iya. Aku Dario"
Anzel langsung menjabat tangan Dario dan dengan senyum lebar ia berkata, "Saya Anzel. Senang bertemu dengan Anda, Dokter Dario. Emm, berarti Anda tahu di mana tunangan saya?"
Dario menarik tangannya sambil bertanya, "Tunangan?"
"Maaf, saking senangnya saya bisa bertemu dengan Anda, Dokter Dario, saya menjabat tangan Anda tanpa permisi. Emm, iya, saya ke sini mencari tunangan saya, Rania. Gadis yang manis dan cantik, berambut panjang hitam yang sangat indah, dan berkulit putih bening. Anda tahu di mana gadis dengan ciri-ciri seperti itu dan gadis itu bernama Rania" Anzel menatap Dario dengan wajah penuh harap bahwa dia akan mendapatkan jawaban yang ia cari dan dia bisa segera dipertemukan dengan Rania yang sudah sangat ia rindukan.
Tiba-tiba Dario merasakan hatinya seperti disayat sembilu dan perutnya mules tanpa sebab. Pria tampan bermata biru itu sontak mengumpat di dalam hatinya, sial! Masak iya aku cemburu sama pemuda ini?"
"Paman? Kenapa Anda diam saja dan terus menatap saya seperti itu?"
Dario langsung berkata, "Aku tidak tahu gadis dengan ciri-ciri seperti itu"
"Tapi, saya yakin Rania ada di sini. Di mana kamarnya Rania, Paman?"
"Aku tidak tahu. Cari saja di tempat lain. Aku mau balik ke kamar" Dario hendak berbalik badan dan Anzel langsung menahan lengan Dario sambil berkata, "Tunggu dulu, Paman"
Dario kembali menatap Anzel tanpa mengatakan apapun.
"Saya, emm, apakah saya boleh tidur di mess ini? Apakah masih ada kamar kosong? Kalau harus ke hotel ini masih sangat pagi dan saya lelah sekali saat ini" Ucap Anzel.
"Kamar di sini semuanya sudah terisi. Kalau kamu mau tidur di sini, tidurlah di ruang tengah. Kamu masuk lewat pintu kanan itu lalu belok kiri" Setelah berkata seperti itu Dario langsung balik badan dan melangkah lebar meninggalkan pemuda yang mengaku sebagai ringannya Rania itu.
Anzel menatap punggung Dokter Dario sambil bergumam lirih, "Dia beda banget dengan Ken. Dokter Dario sama sekali tidak ramah" Lalu, Anzel melangkah ke pintu yang tadi ditunjuk oleh Dario dan setelah ia menemukan ruangan dengan sofa yang cukup besar, Anzel langsung merebahkan diri di sana lalu dengan cepat pemuda tampan itu tertidur lelap saking lelahnya telah menyetir sendirian selama berjam-jam.
Setelah masuk ke dalam kamar, Dario duduk di tepi ranjang dan menatap Rania sambil bergumam lirih, "Berani benar kau anak kecil. Kau terus mencari dan menggodaku. Kau terus menyiksaku padahal kau sudah punya tunangan"
"Siapa yang punya tunangan?" Tiba-tiba Rania membuka mata dan langsung menanyakan pertanyaan itu.
Dario mendengus kesal karena kaget dan pria tampan itu langsung berkata dengan wajah sebal tanpa sebab, "Tunangan kamu yang bernama Anzel ada di ruang tengah. Dia mencari kamu"
"Hah?! Kenapa dia bisa ada di sini?" Rania langsung bangun dan duduk tegak di atas kasur.
Dario mendengus kesal, "Jadi benar kalau dia adalah tunangan kamu?"
Rania tersenyum lebar dan langsung menangkup wajah Dario, "Kamu cemburu?"
Dario menatap Rania dengan sorot mata penuh kecemburuan.
Rania menahan wajah Dario yang ingin melengos sambil berkata, "Aku lihat di mata kamu. Kamu cemburu, kan, Dario? Dengarkan baik-baik, dia bukan tunanganku. Dia memang dijodohkan denganku. Tapi, aku tidak pernah menyetujui pertunangan itu. Kau tahu kenapa aku menolak perjodohan itu?"
Dario menggelengkan kepalanya.
Rania yang masih menangkup wajah Dario langsung mengulas senyum penuh cinta lalu berkata, "Karena di hatiku sudah dipenuhi rasa cinta untuk kamu Dario. Iya! Aku mencintaimu Dario!" Rania tiba-tiba meninggikan suaranya dan Dario langsung membungkam mulut Rania sambil mendelik kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Spyro
Ya jelas gak ramah, kan kamu saingannya 😂
2023-08-21
0
Spyro
Takut khilaf, langsung ditutup yak 😂
2023-08-21
0
Aerik_chan
bunga untuk karya kakak yang kece
2023-06-29
0