Ceria

Alih-alih menjawab pertanyannya Rania, Dario langsung membopong Rania dan berlari ke kamarnya. Setelah menutup pintu dengan tumitnya, Dario menurunkan Rania dengan perlahan di atas ranjang dan berkata, "Tetap di kamar!" Sambil membuka kepangan rambutnya Rania.

Rania langsung memeluk Dario dari arah belakang saat Dario berbalik badan. Pria tampan itu seketika mematung. Akal sehat dan gairah yang bergejolak sebagai pria normal yang sudah lama tidak bersentuhan dengan wanita, kembali beradu sengit.

Rania menempelkan pelipisnya di punggung Dario dan berkata, "Kenapa kau lepas kepangan rambutku, Dario?"

Dario menengadah dan menghela napas panjang untuk mengumpulkan semua akal sehatnya. Kemudian ia menunduk untuk memandangi tangan Rania yang masih mendekap erat perutnya. Dario kemudian berkata, "Karena kepangan rambut itu disukai semua pria dan aku tidak mau melihat ada pria lain menyukai kepangan rambut kamu"

Rania tersenyum senang dan kembali bertanya, "Kenapa? Kenapa kau tidak mau melihat ada pria lain menyukai kepangan rambutku?"

"Menurut lah dan lepaskan tangan kamu! Aku akan pulang lebih awal hari ini dan mengajakmu jalan-jalan" Sahut Dario.

Rania mencebikkan bibirnya dan bertanya di dalam hatinya, Kenapa dia masih belum mau ngomong kalau dia juga ada rasa sama aku?

"Rania? Kalau kamu tidak lepaskan tangan kamu detik ini juga, tawaranku yang tadi aku batalkan dan........."

Rania langsung melepaskan tangannya, menegakkan badan, dan berkata, "Balik badan dulu dan kasih senyuman kamu ke aku!"

Dario masih memunggungi Rania dan bertanya, "Kenapa aku harus lakukan itu?"

"Karena kamu punya banyak hutang penjelasan sama aku dan aku cuma butuh kamu membayarnya dengan senyuman kamu tiap pagi" Sahut Rania.

"Kalau aku tidak mau" Sahut Dario.

"Aku akan nempel kayak Koala. Kau tahu, kan, kalau aku sudah nempel susah untuk lepas"

Dario mewek dan setelah mengulas senyum di wajahnya dia berbalik badan dengan pelan. "Sudah puas?" Tanya Dario di depan Rania.

"Kamu sangat tampan kalau tersenyum" Rania menatap Dario dengan takjub.

Dario berdeham untuk mengusir rona merah yang hampir tersembul di kedua pipinya karena pujiannya Rania itu. Lalu, pria tampan itu berbalik badan kembali dan terdengar suaranya Rania, "Tunggu!"

Dario kembali menghadap Rania dan menatap Rania dengan penuh tanda tanya di wajahnya.

"Aku ingin lihat senyum kamu lagi" Rania lalu bangkit berdiri dan menggelitik perutnya Dario.

Pria tampan itu tersentak kaget dan di sela tawa ringannya Dario berkata, "Rania hentikan! Aku harus segera mandi dan berangkat ke barak"

Rania mengentikan gelitikannya dan tersenyum lebar lalu berkata, "Oke, mandilah! Aku akan menunggu kamu di sini dan jangan lupa sama janji kamu"

Dario berbalik badan dengan cepat dan berlari ke kamar mandi dengan wajah mewek. Di dalam kamar mandi Dario langsung membenturkan punggungnya di tembok dan mengelus dadanya sambil bergumam lirih, "Rania! Sampai kapan kau akan menyiksaku?"

Rania kembali duduk di tepi ranjang dan menggoyangkan kedua kakinya dengan senyum cerah ceria.

Dario muncul dari dalam kamar mandi dan pria tampan itu langsung keluar dari dalam kamar tanpa menoleh ke Rania.

Rania langsung berteriak, "Hati-hati dan cepat pulang, ya!"

Dario menutup pintu kamar dan langsung berlari ke halaman depan menuju ke mobil Van yang akan membawanya berserta tim ke barak pengungsian penduduk sekitar yang terkena wabah malaria dan ada penyakit baru yaitu pes.

Setelah turun dari Van, semua tim dokter di bawah pimpinannya Dario turun dan naik kapal karena barak pengungsian itu berada di seberang sungai. Setelah turun dari kapal mereka kembali naik mobil Van dan mereka masih harus menempuh perjalanan selama satu jam.

Sementara itu, Kenneth mengajak Senja sarapan dan di dalam langkah mereka menuju ke restoran yang ada di dalam hotel tempat mereka menginap, Kenneth berkata, "Aku mencintai kamu, Senja. Sangat. Aku tidak peduli dengan perbedaan umur kita dan tidak peduli dengan masa lalu kamu. Aku akan anggap Rania sebagai Putriku. Yeeaahhh walaupun jarak umurku dan Rania cuma terpaut tujuh tahun. Aku juga akan pelan-pelan membuktikan cintaku padamu. Kamu jangan terbebani perasaanku ini. Kita santai saja menjalaninya"

Senja menghela napas panjang dan berkata, "Sudah selesai ngomongnya? Dari tadi kau nyerocos terus dan tidak memberikan waktu untukku bicara" Senja mengerucutkan bibirnya.

Kenneth menghentikan langkahnya, menghadap Senja, lalu memegang kedua bahu Senja dan berucap dengan senyum geli, "Kau menggemaskan sekali dan sepertinya aku harus memberikan apresiasi yang kayak untuk wajah imut kamu saat ini" Kenneth mengecup bibir Senja dan Senja langsung menepuk dada Kenneth lalu mendelik. Kenneth sontak melepas tawa renyahnya.

Senja menatap punggung Kenneth yang berjalan mendahuluinya dengan kesal dan Kenneth langsung berkata, "Ayo! aku menunggumu" Kenneth menengadahkan telapak tangannya di samping kiri dan Senja langsung melangkah lebar mendahului Kenneth tanpa tanpa meletakkan tangannya di tangan Kenneth.

Kenneth memandang punggung Senja dengan senyum geli lalu pria tampan itu berlari kecil dan langsung menggenggam tangan Senja sambil berkata, "Aku takut ada cowok lain melirik cewek secantik ini kalau aku tidak menggenggam tangannya"

Senja melirik tajam ke Kenneth sambil menarik tangannya.

Namun, Kenneth menahan tangan Senja sambil berkata, "Kalau kau tarik terus tangan kamu maka aku akan kecup lagi bibir kamu"

Senja langsung membiarkan tangannya digenggam Kenneth dan pria tampan itu seketika mengulas senyum senang.

Dan Anzel harus gigit jari karena dia tidak berhasil bertemu Rania di saat ia ingin mengajak Rania makan siang bersama.

"Rania ikut sama Dokter Dario? Apakah Dokter Dario itu adalah pamannya Ken? Apakah ini Dokter Dario yang sama?" Gumam Kenneth di depan kemudinya. Lalu, Anzel menelepon Kenneth, "Halo?"

"Ya, halo, ada apa?" Sahut Kenneth.

"Kamu di mana sekarang ini?" Tanya Anzel.

"Aku ada di luar kota. Mengurus mata kuliah yang belum aku pahami" Sahut Kenneth dengan nada santai dan wajah ceria.

"Oh, mata kuliah apa itu?" Tanya Anzel dengan nada penasaran.

"Mata kuliah risalah hati, hehehehehe" Kenneth meringis saat tatapannya bertabrakan dengan kerucut kesal di bibir Senja.

"Dasar gila! Kau kejar cewek yang kau taksir itu sampai ke luar kota?" Anzel menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh geli.

"Iya, banget, dong, masak, iya doang, hehehehe" Kenneth kembali meringis saat ia melihat Senja mulai bersedekap dengan menyipitkan mata.

"Dasar playboy!" Anzel kembali terkekeh geli.

"Eits! Jangan salah, aku bukan playboy lagi sekarang. Aku hanya akan bertahan pada cewek ini seorang" Kenneth menatap tajam kedua bola mata cantiknya Senja.

"Oke, aku percaya" Sahut Anzel dengan mendengus kesal karena jiwa jomblonya tiba-tiba merana.

"Ada apa kau nelpon aku?" Tanya Kenneth kemudian.

"Apa Paman Dario kamu tengah pergi ke barak pengungsian sekarang ini?"

"Iya. Kenapa?" Tanya Kenneth.

"Apa aku boleh minta alamat barak itu?"

"Oke. Aku akan tutup telepon ini dan aku akan kirimkan alamat barak itu sekalian mess yang ditempati oleh Paman Dario dan tim dokter" Sahut Kenneth.

"Makasih, Ken" Sahut Anzel.

"Siap" Sahut Kenneth.

"Aku akan menyusul Rania di sana" Sahut Anzel dengan wajah ceria penuh antusias.

Terpopuler

Comments

Spyro

Spyro

Lanjut thor 😍

2023-08-02

0

Spyro

Spyro

Ciyee, sudah mulai cemburu 😁

2023-08-02

0

Santai Dyah

Santai Dyah

lnjt thor

2023-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!