Tidak Menyerah

Keesokan harinya, Dario tertegun di depan jemuran baju setelah ia menjemur baju Rania.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencium gadis itu kemarin. Bodoh banget kamu Dario!" Geram Dario pada dirinya sendiri.

"Sial! Aku juga lupa mampir ke rumahnya kemarin untuk minta maaf dan menjelaskan kebodohanku kemarin" Rutuk Dario.

"Aarrghhhhh! Kenapa aku jadi pusing dan bingung begini?!" Dario menjambak rambut gondrongnya.

Sedangkan Rania bangun dengan wajah terkejut. "Kenapa aku tidur di sofa? Apa Dario datang ke sini semalam? Aaaaaa! Kenapa aku ketiduran, sih?" Rania kemudian berlari ke dapur untuk bertanya ke bibi Gum, "Bi, apa kemarin ada tamu yang datang ke sini malam-malam? Cowok tampan dan gagah?"

Bibi Gum mengerutkan keningnya lalu menggelengkan kepala sambil berkata, "Nggak ada, Non"

"Nggak ada? Bibi yakin?"

"Iya, yakin banget. Nggak ada yang datang ke sini malam-malam"

"Apa Dario takut masuk ke sini karena sudah malam, ya?" Gumam Rania.

"Apa, Non? Non ngomong apa? Bibi nggak denger"

"Nggak ada Bi. Aku akan mandi, sarapan, laku pergi ke rumah teman" Sahut Rania.

"Baik, Non" Sahut Bibi Gum.

Beberapa jam kemudian, Rania masuk ke dalam halaman Vila-nya Dario karena gerbangnya terbuka lebar. Namun, bukan Dario yang ia temukan. Melainkan wanita cantik dengan baju seksi yang pernah ia temui dan sangat ia benci karena rasa cemburu dan posesifnya.

"Di mana Dario?" Tanya Rania.

"Dario sudah pergi ke rumah sakit pagi-pagi buta dan menitipkan paper bag ini ke kamu"

Rania meraih paper bag dari tangan wanita yang sangat ia benci lalu ia melongok isi paper bag itu. "Bajuku?" Rania bergumam lirih.

"Namaku Paloma. Siapa nama kamu?"

Alih-alih menjawab pertanyaannya Paloma, Rania justru balik bertanya, "Kenapa kau selalu ada di rumahnya Dario? Kau bahkan bukan kekasihnya Dario juga bukan istrinya Dario"

"Lalu, bagaimana denganmu sendiri Nona kecil? Kenapa kau selalu ke sini?"

"Aku pasiennya Dario" Lalu, Rania berputar badan dan pergi begitu saja tanpa pamit. Rania memilih menunggu taksi online di ujung jalan karena kesal. Kesal pada Dario karena Dario ingkar janji dan Dario tidak menjawab panggilan telepon maupun pesan text darinya. Rania juga kesal pada wanita seksi dan cantik yang bernama Paloma itu karena wanita itu masih sering ke rumahnya Dario.

Di dalam taksi online, Rania merogoh paper bag dan terkejut saat ia menemukan sebuah amplop. Rania segera membuka amplop tersebut dan membaca surat dari Dario di dalam hati, maafkan aku Rania. Lupakan kebodohanku kemarin. Jangan berharap apa-apa dari ciumanku kemarin. Itu hanya ciuman untuk meredakan tangisan kamu. Maafkan aku juga karena kemarin aku lupa mampir ke rumah kamu. Kemarin banyak pasien dan banyak operasi. Aku pulang sudah sangat larut dan lelah. Kita adalah dokter dan pasien. Ingat itu!

Rania meremas surat dari Dario dan bertekad di dalam hatinya, tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan kamu, Dario.

Lalu, gadis cantik itu berkata ke supir taksi online, "Pak, ke rumah sakit Kasih aja"

"Lho, Non, harus sesuai aplikasi dulu baru bisa......."

"Matikan aplikasinya dan saya akan bayar sesuai yang Bapak minta!" Sahut Rania dengan nada kesal.

"Wah, kalau gitu, oke banget, Non"

Beberapa jam kemudian, Rania bergegas turun dari taksi online dan masuk ke rumah sakit. Rania menghentikan langkahnya di meja informasi, "Saya ingin bertemu dengan Dokter Dario"

Petugas di bagian informasi yang kali ini ramah langsung tersenyum dan berkata, "Maaf. Dokter Dario hari ini........"

"Rania........."

Rania langung berputar dan menatap Dario dengan senyum ceria. Lenyap sudah kekesalannya pada Dario.

Dario langsung berkata ke petugas di meja informasi, "Aku akan bawa pasienku" Lalu, pria tampan itu menarik pelan tangan Rania ke dalam mobilnya.

Dario menutup pintu mobil menghidupkan mobil, dan setelah menyalakan AC mobil, pria tampan itu menoleh ke Rania untuk bertanya, "Apa kau tidak membaca suratku?"

"Sudah. Makanya aku datang ke sini. Aku, kan, pasien kamu" Rania menjawab pertanyaan Dario dengan wajah santai tanpa dosa.

"Pasien? Apa yang kau rasakan saat ini?" Dario langsung menyentuh kening Rania dan menautkan kedua alisnya, "Syukurlah kau tidak demam. Apa kau merasakan pegal di seluruh badan kamu?"

Rania yang masih tersenyum senang dan menatap Dario dengan sorot mata penuh kekaguman hanya menggelengkan kepala.

Dario menatap Rania dengan kekhawatiran penuh dan kembali bertanya, "Apa hidung kamu mimisan dan ......."

Cup! Rania mengecup bibir Dario.

Dario mendelik kaget, "Rania!"

"Aku hanya mengembalikan ciuman kamu kemarin. Katanya aku kau suruh untuk melupakan ciuman kamu kemarin" Ucap Rania masih dengan wajah santai tanpa dosa.

Dario menarik napas dalam-dalam lalu melepaskannya dengan perlahan sambil memejamkan kedua matanya untuk mengumpulkan semua kesabarannya.

"Sekarang kita ini apa? Aku tidak sakit berarti aku bukan pasien kamu hari ini. Lalu, kita ini apa?"

Dario langsung membuka mata dan berkata, "Kita ini teman"

"Teman?" Rania langung menghapus senyum ceria di wajah cantiknya.

"Iya"

"Kalau teman berarti aku boleh minta tolong, dong"

Karena masih merasa bersalah soal ciumannya kemarin, Dario berkata, "Boleh. Mau minta tolong apa?"

"Aku ingin melukis kamu lagi. Emm, untuk aku pasang di kamarku. Kita, kan, teman. Nggak papa, kan, kalau aku memasang lukisan kamu di kamarku"

"Terserah kamu. Lukis lah aku sekarang sebelum aku pergi ke luar kota . Ada wabah malaria di luar kota dan aku harus ke sana bersama dengan tim dokter lainnya" Sahut Dario.

"Aku akan melukis kamu pas bertugas. Aku nggak mau melukis kamu di sini. Aku akan ikut kamu ke tempat wabah malaria itu"

"Tidak bisa dan tidak boleh! Kamu bisa ketularan dan........"

"Katanya kita teman dan kamu sudah bilang kalau aku boleh minta tolong sama kamu" Rania langsung menunduk dan merengut.

Dario menghela napas panjang, "Apa kamu akan menangis lagi kali ini?"

Rania yang masih menunduk langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.

Dario yang tidak tahan melihat wanita menangis di depannya langsung berkata, "Oke! Oke! Kamu boleh ikut aku. Tapi, kamu harus selalu berada di dekatku dan nurut sama aku" Ucap Dario sambil memasangkan sabuk pengamannya Rania.

"Baiklah. Lalu, apakah kita akan tinggal satu kamar Dario?" Tanya Rania sambil menatap Dario dari samping dengan senyum cerah dan Dario hanya menghela napas panjang.

"Dario? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?"

"Duduk dengan benar! Jangan menoleh ke aku terus!"

"Apa kamu akan membelikan aku baju? Aku tidak bawa baju ganti. Kita akan menginap di tempat wabah itu cukup lama, kan? Berapa hari? Tiga hari? Satu Minggu?"

Dario diam seribu bahasa dan hanya menghela napas panjang.

Sementara itu Kenneth tengah berbunga-bunga karena Senja berjanji akan menceritakan semua masa lalunya Senja setelah mereka makan malam.

Terpopuler

Comments

Spyro

Spyro

Wah pak dokter uda mulai mencair, udah mau ngajak Rania. Tapi ingat ya pak, tujuan kesana mau ngobatin pasien loh, bukan mau ngobatin yg laen 🤣🤣🤣🤣

2023-06-30

0

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Ayo lanjut lagi.
Semangat thor

2023-06-17

0

Om Rudi

Om Rudi

lanjut lagi

2023-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!