Rania kemudian berlari mengitari meja makan lalu duduk di sebelahnya Dario. Gadis cantik yang masih berumur delapan belas tahun itu kemudian menyangga kepalanya yang miring dan terus tersenyum menatap wajah Dario dari arah samping.
Dario bisa merasakan napasnya Rania karena gadis yang ia akui di dalam hatinya sangat cantik itu duduk lumayan dekat dengan dirinya.
Dario kemudian berkata tanpa menoleh ke Rania, "Bisa nggak kamu duduk agak Jauhan? Napas kamu ganggu banget"
Rania langsung menegakkan wajahnya dan bangkit berdiri lalu berkata, "Kalau gitu, aku akan mandi dulu. Habis masak gerah banget"
Tap, tap, tap, tap, Rania langsung berlari kencang menuju ke kamarnya Dario.
Dario membeliak kaget mendengar kata mandi. Namun, saat pria tampan berbola mata biru itu bangkit berdiri ingin menahan Rania, gadis itu sudah menghilang.
Dario meraup wajah tampannya dengan kasar untuk mengusir fantasi liar yang mendesak ingin masuk ke otaknya.
"Dario, dasar tua bangka! Jangan berpikiran mesum saat ini" Gumam Dario lirih sambil meraup wajah tampannya dengan kasar sekali lagi.
Dhuaarrrr! Terdengar suara petir dan Dario sontak berlari kencang ke kamarnya bukan karena suara petir tapi karena suara teriakan kencangnya Rania.
Karena teriakan kencang Rania, Dario langsung masuk ke kamarnya dan seketika pria itu menghentikan langkahnya lalu menaik turunkan jakunnya ketika kedua bola mata birunya menangkap pemandangan yang mampu membuat pertahanan diri di seluruh jiwa dan raga seorang pria normal seperti dirinya luluh lantak.
Rania berdiri di depan Dario dengan tubuh dibalut handuk mandi. Handuk mandi itu kecil dan hanya mampu menutupi tubuh Rania sampai batas pantat. Paha putih dan kaki jenjang Rania yang ramping terpampang nyata di depan Dario. Lalu, Dario menelan air liurnya saat ia melihat tubuh dan rambut Rania masih basah ditambah dengan raut wajah Rania yang ketakutan. Seketika Dario mengalami sesak napas, jantung berdegup kencang, darah berdesir hebat di hati, perutnya melilit, dan dia tidak bisa menggerakkan badannya untuk berbalik badan.
Penderitaan Dario semakin bertambah saat terdengar kembali bunyi, dhuaaarrrrrr! Dan Rania berlari kencang lalu memeluk pinggangnya.
Tubuh Rania yang menempel erat di tubuh Dario bergetar hebat dan gadis itu terisak ketakutan.
Sial Kenapa aku diberikan ujian seberat ini? Rutuk Dario di dalam hatinya.
Dario kemudian memegang bahu Rania lalu mendorong Rania dengan cepat. Setelah itu ia melepas kaosnya lalu dengan cepat ia memakainya kaosnya ke Rania dengan mendongakkan wajahnya. Dia tidak ingin kedua mata birunya ternodai dengan keindahan gunung kembar.
Rania menunduk melihat kaos Dario yang sudah menutupi tubuhnya. Kaos Dario lebih panjang daripada handuk kecil yang membalut tubuh Rania. Dario menghela napas lega saat ia melihat kaosnya bisa menutupi tubuh Rania sampai ke lutut Rania.
Saat Rania ingin berlari memeluknya, Dario langsung berbalik badan dan berkata, "Lain kali jangan muncul seperti tadi di depan cowok. Itu berbahaya!"
Bruk! Rania nekat memeluk Dario dari arah belakang dan membuat Dario refleks menunduk. Dario melihat jari jemari lentiknya Rania terpaut di atas perutnya.
Dario mematung dan membiarkan gadis itu memeluknya sampai bunyi petir tidak terdengar lagi.
Dario kemudian berkata sambil mengurai gelungan tangan Rania di pinggangnya, "Selesaikan mandi kamu!"
Rania langsung menggelengkan kepalanya di punggung Dario sambil berkata, "Aku takut"
Dario menghempaskan tangan Rania dengan pelan lalu ia berputar badan dan langsung memberi jarak antara dirinya dengan Rania.
Rania menatap Dario dan sambil mengerucutkan bibirnya gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
Dario menghela napas panjang lalu bertanya, "Lalu, apa mau kamu?"
"Maukah kamu memandikan aku?"
"Rania! Jangan bercanda seperti ini!" Dario sontak mendelik dan membentak Rania.
Rania sampai mengangkat kedua pundaknya ke atas dan mengerjapkan mata beberapa kali saking kagetnya. Lalu, tampak ada genangan air mata di kedua pelupuk mata gadis cantik itu.
Sial! Aku sudah membuatnya ketakutan. Sesak Dario di dalam hatinya.
"A.....aku benar-benar takut kalau mandi pas hujan begini. Aku takut petir dan takut kalau mati lampu. Bibi Gum biasanya memandikan aku" Rania menunduk dan menangis.
Melihat Rania ketakutan dan menangis, entah kenapa Dario merasa tidak tega.
Lalu, pria tampan berbola mata biru itu berkata, "Aku tidak bisa memandikan kamu karena aku pria dan kamu wanita. Aku akan duduk di tepi ranjang dan masuklah ke kamar mandi"
Rania mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan pipinya memerah cantik.
Sial! Kenapa aku ingin mendekatinya dan mengusap pipi cantik yang penuh air mata itu saat ini juga? Batin Dario.
Namun, Dario masih bisa mengendalikan dirinya. Pria tampan itu masih berdiri tegak di depan Rania dengan jarak yang sangat aman.
Rania kemudian berkata, "A.....apakah aku boleh tidak menutup pintu kamar mandinya? Jadi, kalau tiba-tiba mati lampu aku bisa langsung berlari keluar"
"Terserah kamu. Tapi, jangan lakukan ini saat kamu bersama dengan cowok lain selain aku" Sahut Dario.
Dario mengijinkan Rania membuka pintu kamar mandi karena arah pintu kamar mandi berlawanan dengan letak ranjangnya Dario. Ranjangnya Dario menghadap tembok kamar mandi dan akan aman-aman saja kalau Rania membuka pintu kamar mandi.
Rania tersenyum senang dan langsung berbalik badan untuk kembali masuk ke dalam kamar mandi dan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda gara-gara petir di luar sana.
Dario Kemudian melangkah ke ranjang dan duduk di tepi ranjang yang mengarah ke pintu masuk. Jadi, Dario membelakangi arah yang menuju ke kamar mandi.
Sedangkan Rania tengah senyum-senyum sendiri di dalam kamar mandi. Gadis cantik itu bergumam lirih sambil memegang dadanya yang bergemuruh kencang, "Ah, dia mau menungguku mandi" Rania langsung menangkup wajahnya yang tiba-tiba terasa panas dan kembali bergumam lirih, "Kenapa rasanya seperti ditunggui seorang suami? Ah, senangnya hatiku kalau dia beneran suamiku saat ini"
Sementara itu, Senja tengah dikejutkan dengan kemunculan Kenneth di depan pintu kamar hotelnya.
"Kau?! Kenapa kau bisa ada di sini?" Senja menautkan kedua alisnya di depan Kenneth.
"Apa kau percaya kalau aku katakan ini adalah takdir yang indah kita bisa bertemu lagi di sini?" Kenneth tersenyum penuh arti dan Senja langsung menutup pintu kamarnya, namun Kenneth dengan sigap berhasil menahan pintu itu. Senja sontak menggeram, "Lepaskan pintunya atau aku akan berteriak"
"Teriak saja dan kita lihat apa yang akan aku katakan nanti" Sahut Kenneth dengan senyum lebar.
Sementara itu, Perasaan nyaman berendam di dalam bathtub dengan air hangat dan perasaan gembira ditunggui Dario di tepi ranjang membuat Rania mulai mengantuk berat. Dia bangun di pagi-pagi buta dan mulai diserang rasa kantuk yang sangat berat di saat hati dan badannya merasakan semua kenyamanan tersebut di atas. Lalu, gadis cantik itu menjadi ketiduran di dalam bathtub.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Om Rudi
lanjut lagi
2023-06-14
0
Om Rudi
ternodai atau berselera?
2023-06-14
0
Om Rudi
napasnya bau pandan ya? hahaha
2023-06-14
0