Dario membeliak kaget dan refleks memegang kedua bahu Rania lalu mendorongnya.
Rania mengerjapkan mata. Dia sendiri juga terkejut akan keberaniannya sendiri.
Gila! Aku sudah mengecup bibir Dario? Batin Rania.
Dario melepaskan kedua bahu Rania sambil berkata, "Anggap saja tidak pernah terjadi. Pulanglah!"
Alih-alih berbalik badan lalu pulang, Rania meletakkan buku sketsa gambar di dada Dario lalu menahan buku sketsa gambar itu dengan satu tangan.
Dario menunduk dan bertanya, "Kau mau apa?"
Rania berjinjit dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dario secara perlahan sambil berkata, "Bukankah seharusnya kamu balas mengecup aku?"
Dario langsung memeluk pinggang kecilnya Rania lalu menariknya. Dario memepetkan badannya pada badan gadis cantik yang terus ia tatap.
Rania seketika mematung dan menelan air liurnya saat ia melihat jakun Dario naik turun dari jarak yang sangat dekat.
Dario meletakkan tangan kanannya di atas tangan Rania yang masih melekat di dadanya sambil berkata, "Tadi adalah ciuman pertama kamu, kan? Kamu masih anak kecil. Aku tidak ingin mencium anak kecil yang belum berpengalaman seperti kamu"
Wajah Rania seketika terasa panas dan gadis cantik itu langsung menyemburkan, "Tadi bukan ciuman pertamaku. A......aku sudah be...berapa kali berpacaran dan berciuman dan aku bukan anak kecil!"
"Benarkah?" Dario berucap sembari menyentuh daun telinganya Rania.
Rania seketika merinding dan semakin membeku. Dadanya bergemuruh kencang dan perutnya terasa geli.
"Kalau ciuman tadi bukan ciuman pertama kamu, kenapa wajah dan kuping kamu semerah ini?"
Rania langsung mendorong Dario dan menarik tangannya dari dada pria yang umurnya dua kali lipat dari umurnya. Buku sketsa gambar Rania langsung merosot cepat ke tanah.
Dario membungkuk untuk mengambil buku sketsa gambar yang jatuh itu dan Rania langsung berlari pergi meninggalkan Dario karena, malu.
Rania terus berlari sampai ke ujung jalan dan memilih untuk menunggu taksi online di sana alih-alih di depan gerbang Vila-nya Dario.
Sementara Dario berdiri mematung memandangi lukisannya Rania. Dario kemudian melangkah masuk ke rumahnya dan di tengah halaman ia kembali membungkuk untuk mengambil payung yang Rania tinggalkan.
Dario dikejutkan dengan kehadiran wanita cantik berbaju seksi. "Paloma, kenapa kau ke sini lagi?" Dario bertanya acuh tak acuh sambil memasukkan payung ke tempat payung yang ada di dekat pintu.
"Aku masak makanan kesukaan kamu. Rendang jengkol" Sahut wanita yang bernama Paloma itu.
Dario berjalan melintasi Paloma tanpa menoleh ke wanita itu sambil berkata, "Lain kali nggak usah masak untukku! Aku bisa masak sendiri" Dario lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya. Klek! Dario langsung mengunci pintu kamarnya sebelum Paloma menerobos masuk.
Paloma yang sudah berdiri di depan pintu dan hendak menyentuh pegangan pintu langsung menarik lagi tangannya sambil bergumam, "Dia masih belum bisa melupakan Aryati tunangannya. Padahal Aryati sudah lama meninggal dunia. Kenapa dia masih belum bisa menerima cintaku? Kenapa?"
Dario duduk di tepi ranjang dan kembali memandangi lukisannya Rania. Di lukisan itu Dario dilukis Rania dengan wajah tersenyum padahal Dario ingat betul bahwa dirinya sama sekali tidak mengulas senyum. Dario bahkan sudah lupa kapan dia tersenyum indah seperti yang terlihat di lukisannya Rania.
Dario mengusap lukisan dirinya dan tersenyum tipis lalu pria yang masih tampak menawan, tampan, dan gagah itu bergumam, "Dia gadis yang sangat unik. Terima kasih Rania. Kau sudah mengingatkanku akan senyuman ini aku bahkan sudah lupa akan senyumanku sendiri"
Sementara itu, Senja terus melangkah mundur sampai punggungnya membentur tembok. Kenneth langsung mengungkung tubuh Senja sambil berkata, "Kenapa kau terus melangkah mundur? Aku cuma ingin mengobrol dengan kamu, Senja"
Senja terus menatap kedua bola matanya Kenneth yang ternyata berwana keabu-abuan kalau dilihat dari jarak yang sangat dekat.
Kenneth menatap lekat kedua bola mata Senja yang dibingkai kelopak mata yang indah sambil memainkan rambut indah panjangnya Senja.
Kenneth dan Senja saling pandang cukup lama.
Saat Kenneth nekat menunduk perlahan untuk mencium bibir Senja, terdengar bunyi langkah kaki yang mendekati kelas mereka. Kenneth langsung berbisik, "Urusan kita belum selesai" Lalu, pemuda tampan itu melangkah mundur dan berbalik badan meninggalkan Senja.
Senja memegang dadanya yang bergemuruh kencang lalu berjongkok karena kakinya tiba-tiba melemas.
Asisten pribadinya Rania yang bernama Welas langsung berlari mendekati Senja sambil bertanya dengan wajah panik, "Ibu kenapa? Ibu sakit?"
Senja menyahut, "Aku baik-baik saja. Tapi tolong bantu aku berdiri"
Welas kemudian membantu Senja bangkit berdiri.
Senja langsung memegang erat lengan asisten pribadinya sambil berkata, "Bantu aku berjalan ke mobil. Kakiku entah kenapa lemas banget saat ini"
"Baik, Bu" Sahut Welas.
Keesokan harinya, Rania berlari keluar dari istana yang telah mengungkungnya sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Rania pergi ke Vila-nya Dario jam enam pagi karena ia ingin memasak sayur asem yang sudah ia pelajari secara kilat semalam lewat internet.
Kenneth yang membuka pintu langsung mendelik kaget dan menyemburkan, "Kau! Kenapa kau ke sini sepagi ini?!"
"Aku ingin memasak dan aku sudah bawa bahan-bahannya"
"Mama kamu tahu kamu ke sini sepagi ini?" Tanya Kenneth sembari membiarkan Rania melangkah masuk ke dalam.
Rania berjalan melintasi Kenneth sambil berkata, "Mama pergi ke luar kota selama seminggu dan Mama berangkat kemarin sore"
"Hah?! Ke mana Mama kamu pergi dan menginap di hotel mana? Apa kau tahu?"
Rania meletakkan semua bahan masakan yang dia bawa di atas meja dapur lalu menoleh ke Kenneth untuk bertanya, "Kenapa kau ingin tahu Mamaku pergi ke mana dan menginap di hotel mana?"
Kenneth langsung menggaruk pucuk kepalanya sambil meringis lalu bocah tampan itu berkata, "Ada mata kuliah yang belum aku pahami dengan baik. Jadi, aku mau menemui Mama kamu untuk........."
"Mama ada di kota M dan menginap di hotel The Rain kamar 507 VVIP" Sahut Rania sambil mengupas sayuran.
"Oke, thank you untuk informasinya. Anggap saja rumah sendiri. Emm, Paman Dario masih ada mandi di kamarnya. Jangan terlalu berisik, oke?!" Kenneth mengacungkan ibu jari tangan kanannya di depan Rania.
Rania menganggukkan kepalanya dan mengacungkan ibu jari tangan kanannya ke Kenneth.
Kenneth kemudian berlari ke garasi untuk segera melompat di atas motor sport kesayangannya dan meluncur ke bandara untuk mengejar wanita pujaan hatinya.
Sementara itu, Dario langsung mundur selangkah saking kagetnya dan pria tampan itu mengernyit saat ia melihat Rania duduk di meja makan dengan bertopang dagu.
"Kau?! Kenapa kau ada di sini sepagi ini?" Dario langsung menautkan kedua alisnya sambil melangkah pelan ke meja makan.
Rania tersenyum lebar lalu bangkit berdiri dan menyodorkan mangkuk berisi sayur asem hasil masakannya ke Dario, "Duduk dan cicipi lah masakanku"
Dario duduk dan setelah menghela napas panjang ia mencicipi masakannya Rania.
"Gimana?" Rania mengatupkan kedua tangan di depan dada dan memandang Dario dengan harap-harap cemas.
"Terlalu manis dan rasa asemnya kurang"
"Oh, aku aka. memperbaikinya" Rania langsung berlari ke dapur dan Dario mengulas senyum geli lalu pria tampan itu bergumam lirih, "Sebenarnya cukup enak masakan kamu ini. Tapi, karena kamu udah nekat datang sepagi ini mengacak-acak dapurku, maka aku perlu memberi kamu sedikit pelajaran"
Beberapa menit kemudian Rania kembali menyodorkan masakannya ke Dario, "Sekarang cicipi lah! Aku sudah memperbaikinya"
"Ini terlalu asin"
"Ah, kok, bisa? Baiklah aku akan perbaiki lagi" Rania kembali berlari ke dapur dan Dario kembali tersenyum geli.
Beberapa menit kemudian Rania muncul kembali di depan Dario dan berkata, "Cicipi lah! Aku rasa kali ini sudah pas"
Dario mencicipinya dan berkata, "Kenapa malah jadi hambar?"
Rania langsung menggaruk kepalanya dan saat Rania kembali berputar badan untuk berlari ke dapur, Dario langsung berkata, "Rania, jangan berlari ke dapur lagi! Aku akan makan masakan kamu"
Rania memutar badannya kembali dengan perlahan lalu menatap Dario dengan sorot mata senang. "Kau tahu namaku? Kau memanggil namaku? Lalu, kau akan memakan masakanku?"
Dario mengabaikan semua ucapannya Rania dan pria tampan itu terus makan tanpa menoleh ke Rania.
Rania terus menatap Dario dengan wajah berseri-seri. Dia sangat bahagia Dario tahu namanya dan Dario memanggil namanya. Rasanya Rania ingin terbang ke langit sekarang juga saking bahagianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
auliasiamatir
wahh ini keren nih, kirain tadi burger atau apa gitu, taunya rendang zengkol...
kesukaan kita sama dario 🤣🤣
2023-09-04
0
Nabil abshor
rendaaang jengkol,,,🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️ estetik sekali,,,, unik dan wooow,,,, haaaaah😮💨😮💨😮💨
2023-06-12
0
anggita
dario.. rania
2023-06-12
0