Rania yang belum ingin pulang karena ia ingin menunggu Dario pulang, terpaksa masuk ke dalam mobil mamanya karena mamanya sudah bersedekap dan mendelik.
Kenneth merebut kunci mobil dari tangan Senja sambil berkata, "Perjalanan ke kota cukup jauh dan medannya cukup sulit dan licin setelah hujan. Jalan bergelombang dan naik turun cukup berbahaya untuk seorang wanita. Biar aku yang nyetir"
"Ken! Kamu........."
"Aku tidak mau berdebat. Masuklah ke mobil dan aku yang nyetir. Kau tidak suka telat datang ke kampus, kan? Jadi, lebih baik aku yang nyetir, kan?" Kenneth tersenyum lebar.
Senja mendengus kesal dan terpaksa melangkah mengitari mobil mewahnya menuju ke pintu mobil yang satunya.
Sementara itu, di jok belakang, Rania terus menatap nomer ponselnya Dario. Kedua ibu jarinya Rania tiba-tiba terasa gatal ingin memencet huruf-huruf yang nampak di layar ponselnya dan mengirimkan pesan text ke Dario.
Rania mengetik, "Hai! Terima kasih sudah merawatku semalam" Tapi, Rania menghapus pesan text itu.
Lalu Rania mengetik kembali, "Selamat pagi, Dok. aku Rania"
Tapi, Rania menghapus lagi pesan text yang ia ketik untuk Dario.
Lalu, Rania menyandarkan kepalanya sambil bergumam di dalam hatinya, untuk apa aku mengetik pesan text untuk manusia goa itu? Pasti nggak akan dibuka dan dibaca. Dasar manusia goa......manusia goa.......manusia goa, huh!
Rania menghela napas panjang lalu menegakkan kembali kepalanya.
Rania melotot ke layar ponselnya dan refleks berteriak kencang, "What!!!!!! Oh, No!!!!"
Senja terkejut dan menoleh ke jok belakang, "Kau kenapa?"
Kenneth melongok ke rear-mirror vision dan ikutan bertanya, "Iya, ada apa teriak?"
Rania langung menyahut, "Nggak papa" Sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas selempangnya.
Sial! Kenapa aku kirim pesan text manusia goa sebanyak lima kali ke Dario? Aduh gimana, nih? batin Rania sambil mewek sendiri dan menjambak rambut indahnya yang ada di pucuk kepala.
Senja dan Kenneth kemudian saling pandang lalu saling mengalihkan pandangan mereka ke depan dalam diam.
Keheningan di dalam mobil membuat Kenneth akhirnya menyalakan tape dan mencari siaran radio yang pas untuknya.
Senja membiarkannya.
Rania merogoh tas selempangnya untuk mengambil telepon genggamnya karena ia ingin melihat apakah Dario membalas pesan text aneh yang ia kirimkan, namun Rania kembali menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya sambil bergumam lirih, "Ah, bodo amat!"
Di sebuah ruangan yang cukup luas dengan bau disinfektan yang cukup kental, Dario yang tengah asyik bekerja di depan meja berbentuk persegi dan berwarna putih, dengan malas merogoh saku kemeja dinasnya untuk mengambil telepon genggamnya yang terus berbunyi, kling, kling, kling, kling, kling.
"Kenapa aku bisa lupa pasang mode silent? Untung saja dari tadi ponselku nggak bunyi" Gumam Dario sambil membuka layar ponselnya.
Dario memencet notifikasi di salah satu aplikasi chat dan seketika ia mengernyit kaget, "Manusia goa? Siapa yang mengirim pesan text manusia goa sebanyak ini? Dasar gila!" Dario langsung menonaktifkan ponselnya dan memasukkannya kembali ke saku kemeja dinasnya. Lalu, ia kembali asyik berkutat dengan pekerjaannya.
Rania langsung berlari masuk ke kamarnya. Ia meninggalkan Kenneth dan mamanya begitu saja.
Kenneth menoleh ke Senja, "Aku tunggu kamu bersiap-siap"
Senja menatap Kenneth dengan heran, "Untuk apa menunggu aku?"
"Tentu saja kita berangkat bareng ke kampus. Aku, kan, tidak bawa motorku"
"Kau.......nggak! Kau naik taksi online saja. Aku akan pesankan taksinya dan......."
"Kau tega?" Kenneth langsung mewek di depan Senja.
Senja menatap Kenneth dengan wajah penuh tanda tanya.
"Aku sudah temani kamu kemarin dan hari ini. Bahkan sudah kasih kamu sarapan, masak sekarang kau mengusirku"
Senja menghela napas panjang lalu dengan sangat terpaksa ia berkata, "Oke, untuk kali ini saja kita berangkat bareng ke kampus. Tapi kita nanti masuknya bergantian. Aku dulu yang masuk ke dalam kampus baru kamu yang masuk kemudian"
"Siap, Bu dosen" Sahut Kenneth dengan senyum ceria.
Sepeninggalnya mama dan Kenneth, Rania berlari keluar dari dalam kamarnya dan pamit ke bibi Gum, "Bi, aku pergi pinjam buku ke rumah teman dan mau belajar bersama sebelum masa liburan sekolah selesai"
"Iya, Non. Tapi rumah teman Non di mana dan biar Pak Bagas menyiapkan mobil untuk mengantarkan Non"
Rania mencium pipi bibi Gum dan langsung berbalik badan sambil berkata, "Aku naik taksi online saja, Bi. Biar Pak Bagas anter Bibi belanja saja"
Bibi Gum hanya bisa menghela napas panjang menatap punggung Rania yang cepat sekali menghilang dari pandangannya.
Rania mendekap payungnya Dario lalu menepuk-nepuk tas selempangnya yang berisi buku sketsa gambar, pensil khusus untuk melukis, dan spidol warna-warni khusus untuk melukis.
"Aku akan melukis Dario nanti sebagai permintaan maaf telah mengatai dia manusia goa lewat pesan text nanti. Semoga dia nggak marah" Gumam Rania dengan wajah cerah ceria dan jantung bergemuruh. Dia sudah tidak sabar bertemu kembali dengan pria pujaan hatinya dan tidak sabar ingin melukis pria itu.
Beberapa jam kemudian, Rania berlari masuk ke dalam Vila-nya Dario begitu saja karena pintu gerbang vila itu terbuka lebar. Rania berlari sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru halaman depan bisa tersebut untuk mencari keberadaannya Dario dan.......Bruk! Pelipis Rania menabrak sesuatu yang terasa empuk, hangat, dan basah.
"Kenapa kau kemari lagi?" Suara dalamnya Dario membuat Rania refleks melangkah satu langkah ke belakang, menatap Dario secara perlahan, lalu meringis di depan Dario.
"Kenapa kau kemari lagi?" Dario kembali bertanya dengan suara yang lebih dalam dan terdengar lebih seperti menggeram kesal.
Rania menjulurkan payung yang ia genggam dengan kedua tangannya ke depan sambil berkata, "Aku mau mengembalikan payung ini"
"Ambil saja dan pulang!" Dario berucap sembari melangkah melintasi Rania.
Rania langsung mengekor langkah lebarnya Dario dengan kaki-kaki kecilnya sambil berteriak, "Tunggu!"
Dario menghentikan langkahnya secara dadakan dan bruk! wajah cantik Rania menubruk punggung kerasnya Dario.
"Aduh! Kenapa berhenti mendadak?! Hidungku bisa patah" Rania berteriak kesal.
Dario memutar badan dengan pelan dan langsung menatap Rania dengan bersedekap.
Rania kembali meringis di depan Dario.
"Aku punya banyak payung. Nggak usah kamu kembalikan. Sekarang pulang lah!"
Rania meletakkan payung yang sedari tadi ia dekap di atas tanah lalu gadis cantik itu langsung menggenggam pergelangan tangan Dario.
Dario sontak melepas sedekapnya dan menggeram, "Lepaskan tanganku!"
Alih-alih melepaskan tangan Dario, Rania justru menarik tangan Dario. Karena penasaran dengan apa yang Rania ingin lakukan terhadapnya, Dario membiarkan Rania menariknya.
Rania menghentikan langkahnya di tengah kebun kopi, lalu melepaskan pergelangan tangan Dario.
Dario mematikan alisnya dan menunggu apalagi yang akan dilakukan oleh gadis cantik yang menurutnya aneh itu.
Rania mundur beberapa langkah dan sambil menopang buku sketsa gambar ia berkata, "Tetap seperti itu dan jangan bergerak sampai aku selesai melukis dirimu!"
Dario langsung berbalik badan dan Rania langsung berteriak, "Kalau kau pergi dan nggak mau aku lukis, aku akan nekat melompat ke punggung kamu saat ini juga dan terus menempel seperti Koala"
Dario kembali berputar badan lalu menatap Rania dengan wajah kesal.
"Nah, diam di situ! Jangan bergerak sampai aku selesai melukis kamu"
Dario terpaksa menuruti kemauan Rania.
Beberapa menit kemudian Dario dibuat gemetar oleh Rania saat gadis itu tiba-tiba menyentuh dada telanjangnya sambil berkata, "Lebih rileks, jangan kaku!"
Jantung Dario seketika berdetak abnormal saat ia menunduk dan pandangannya beradu dengan mata lentiknya Rania yang cantik. Jantung Rania berdetak abnormal dan gadis cantik itu nekat berjinjit dan mengecup bibir Dario.
Sementara itu di dalam ruang kelas yang sudah sepi, Kenneth yang sengaja keluar paling akhir menghampiri mejanya Senja.
Kenneth tiba-tiba menyentuh pucuk kepala Senja sambil berkata, "Maaf, ada debu di rambut kamu"
Senja mendongak kaget dan Kenneth bisa melihat dengan jelas Senja gemetar.
"Kamu sudah punya Rania, tapi kenapa tubuh kamu gemetar seperti ini padahal aku cuma mengambil debu yang nempel di rambut kamu. Apa kamu tidak pernah disentuh pria sebelumnya selain Papanya Rania?" Kenneth bertanya sambil mengamati wajah cantiknya Senja yang tengah merona kini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
auliasiamatir
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-06-23
0
@🔵🍁⃟𐍹 𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 ⬪ᷢ♛⃝꙰ ❤
yuhuuu aku mampir kk
2023-06-20
0
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)
mantap👍👍
semangat terus buat authornya
2023-06-12
0