Rania bangun lebih pagi dari biasanya karena ia ingin segera pergi ke rumah sakit untuk bertemu lagi dengan Dario. Rania sangat merindukan suara Dario yang seksi dan kebapakan. Rania juga sangat ingin menatap wajah tampan Dario secepatnya.
Rania melemparkan baju kesepuluh yang dia coba pagi ini ke dalam keranjang dengan wajah cemberut. "Kenapa aku belum menemukan baju yang pas untuk aku pakai pagi ini? Biasanya aku asal pilih aja tapi kenapa pagi ini rasanya, kok, salah terus milih baju"
Rania kemudian mengambil Midi Dress sepanjang lutut. Rania tersenyum senang melihat bayangannya di cermin di dalam balutan Midi Dress berwarna kuning jeruk, kakinya terlihat lebih jenjang. Model dress-nya yang melebar di bagian bawah membuat Rania tampak menggemaskan. Gadis cantik itu kemudian memilih sneakers berwarna putih polos untuk tampil lebih kasual. Rania tampak sangat manis, imut, segar, dan menggemaskan.
Gadis cantik itu kemudian berlari kecil keluar dari ruang ganti baju lalu duduk di depan meja rias. Rania yang tidak pernah berdandan karena ia sudah memiliki kulit wajah yang putih dan halus, pagi ini duduk cukup lama di depan meja rias. Dia memakai bedak tabur lalu memakai lipstick berwarna natural Kemudian Rania mengepang rambutnya.
Rania keluar dari dalam kamarnya dan saat ia masuk ke ruang makan, bibi Gum sontak terkejut dan berkata, "Wah, Non Rania cantik banget hari ini. Emangnya mau ke mana, Non?"
"Mau ke rumah sakit, Bi"
"Lho, jadwalnya Nona mengikuti pengobatan kan, nanti sore?"
"Aku mau ambil ponselku yang ketinggalan di ruangannya dokter, Bi"
"Ooooo, perlu Bibi temani?"
"Nggak usah, Bi. Aku pergi sama.Pak Pramono saja"
"Baiklah. Non, sarapan dulu biar Bibi suruh Pak Pramono bersiap-siap. Oh, iya, Mamanya Non pulang kemarin malam. Tapi karena pulangnya sangat larut, Bibi rasa mamanya Non masih tidur saat ini"
"Hmm. Makasih, Bi untuk infonya. Biarkan Mama tidur sepuasnya. Aku berani, kok, berangkat sendiri ke rumah sakit"
"Baik, Non"
Rania kemudian mengambil roti tawar, mengolesi roti dengan mentega, menaburkan butiran cokelat di atas mentega, lalu ia mengambil empat lembar roti tawar segi empat, 200 ml susu cair rasa vanila dan 1 butir telur ayam dari dalam lemari es, kemudian ia kocok lepas telur ayamnya. Lalu, ia menuangkan 4 sdm minyak sayur ke dalam wajan anti lengket, Rania membuat roti panggang ala Rania. Rania memakai taburan gula pasir dan bukan Meises.
Lalu, Rania memotong semua roti panggang yang sudah jadi berbentuk segitiga lalu menatanya ke dalam kotak makanan berwarna biru muda. Bibi Gum langsung bertanya, "Tumben bawa bekal, Non"
Rania menutup wadah makanan lalu mendekapnya dan berkata dengan senyum ceria, "Iya, Bi, hehehehe. Pak Pram udah siap?"
"Udah Non"
Rania.mencoum pipi bibi Gum lalu melangkah ke depan dengan lompatan-lompatan kecil.
Bibi Gum tersenyum senang melihat Rania bahagia.
Pak Pram pun ikutan bahagia melihat Rania terus tersenyum lebar dan mau mengajak ngobrol Pak Pram. Padahal biasanya Rania lebih senang melihat ke jendela dan berdiam diri.
Setelah Pak Pramono memarkirkan mobil dengan benar di area parkiran rumah sakit swasta terbesar di kota J itu, Rania mengucapkan, "Terima kasih"
"Sama-sama, Non. Pak Pram akan menunggu, Non di sini"
"Baik, Pak Pram. Terima kasih" Lalu, Rania turun dari dalam mobil dengan wajah semringah.
Rania tersenyum lebar saat ia melewati meja informasi karena dia sudah tahu di mana ruangannya Dokter Dario dan dia merasa sangat bangga.
Rania duduk di bangku yang tepat menghadap ke ruangannya Dario. Jantung Rania berdebar-debar dan perutnya tergelitik aneh saat ini. Dia tidak sabar menunggu Dario datang.
Seorang perawat mendekati Rania untuk bertanya, "Maaf, apakah Adik sudah diperiksa suhu badan, berat badan, dan pemeriksaan lainnya? Kalau belum, mari ikut saya"
Rania langsung melambaikan tangan dan berkata, "Saya tidak periksa, kok. Saya mau ambil telepon genggam saya yang ketinggalan di ruangannya Dokter Dario"
"Oh, baiklah kalau begitu. Dokter Dario sebentar lagi datang. Beliau selalu datang tiga puluh menit lebih awal" Sahut perawat tersebut dengan senyum ramah.
"Terima kasih, Sus" Sahut Rania.
Tidak lama kemudian, Rania melihat Dario melangkah ke arahnya. Rania langsung bangkit berdiri da. mengulas senyum paling cantiknya.
Dario langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa melirik Rania.
Rania merapatkan bibirnya dan sambil menunduk untuk melihat penampilannya, Rania bergumam, "Apa aku berlebihan berdandan seperti ini? Dia bahkan tidak mau melirikku"
Saat Dario membuka pintu dan menyerahkan telepon genggamnya Rania, Rania langsung menyodorkan wadah makanan ke Dario sambil berkata, "Inj roti panggang ala Rania karena roti panggang ini bikinanku sendiri. Hehehehe. Cicipilah! Kamu pasti belum sarapan, kan?"
Dario menahan wadah makanan itu dan berkata, "Ambil ponsel dan kotak makan kamu lalu pulanglah! Aku tidak butuh roti panggang bikinan kamu itu"
Rania langsung berbsisik, "Kalau kamu tidak mau menerima roti panggang bikinanku ini, aku akan menangis histeris"
"Kau tidak mungkin segila itu, kan?" Dario menatap Rania dengan menyipitkan mata.
"Mau coba?" Rania membuka mulut dan Dario langsung mengambil kotak makan dari tangan Rania sambil berkata, ,"Oke, aku terima roti panggang bikinan kamu dan ini ponsel kamu"
Rania menerima ponselnya dengan wajah semringah.
"Kenapa masih berdiri di depanku? Pulanglah! Kau sudah dapatkan yang kamu mau, kan?" Dario mendekap kotak maka. yang berisi roti panggang bikinannya Rania.
"Aku mau mencicipi roti panggang itu. Aku belum mencicipinya tadi. Jam buka praktek jam sembilan, kan, masih ada lima belas menit, aku rasa cukup untuk ......."
Dario lalu menunduk menatap kotak makan yang ia dekap, lalu ia melihat Rania dengan sorot mata penuh tanda tanya.
"Boleh, kan?" Tanya Rania kemudian.
"Kau belum sarapan juga?" Tanya Dario.
"Belum" Rania tersenyum lebar dengan harapan Dario akan mengajaknya makan roti panggang bersama.
Dario tampak ragu mengajak Rania sarapan bersama.
Rania langsung berkata, "Kau mau aku pingsan lagi di depan kamu? Aku sama sekali belum makan dan minum dari tadi karena aku bikin roti panggang itu"
"Baiklah. Ayo masuk ke ruanganku. Kita sarapan sebentar" Dario membuka pintu ruangannya lalu melangkah masuk.
Rania mengekor langkah Dario dengan senyum ceria. Setelah menutup pintu, Rania duduk di depan Dario dengan senyum cerah dan dia terus menyala Dario sambil menopang dagunya di atas meja.
"Kenapa menatapku terus? Belum pernah melihat seorang pria sebelumnya?" Tanya Dario sambil membuka kotak makan.
"Belum pernah sedekat ini"
"Apa kamu tidak pernah melihat Ayah kamu sedekat ini?" Dario memberikan satu roti panggang berbentuk segitiga ke Rania.
Rania menerimanya sambil berkata, "Aku tidak punya Ayah"
Dario langsung mematung di depan Rania dan berkata, "Maafkan aku"
Rania langsung menyahut sambil mengunyah, "Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa tumbuh sejak bayi tanpa Ayah"
Dario langsung berkata untuk mengalihkan percakapan yang kurang mengenakkan hati itu, "Hmm, roti panggang ini enak. Terima kasih"
"Sama-sama" Sahut Rania dengan senyum lebar.
"Jangan senyum selebar itu. Bibir kamu hampir sampai ke pelipis kamu, tuh" Ucap Dario tanpa ekspresi.
Rania tertawa renyah dan terus menatap Dario. Dia senang bisa sarapan bersama Dario di pagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
auliasiamatir
kkkkkk lucu jadinya,
keponakan dario suka sama mak nya Rania,
nah Rania suka sama Dario
masa nanti kalau kadi mak nya Rania manggil Rania tante 🤣🤣🤣
2023-06-23
0
Spyro
Eh gimana gimana....
Jadi Rania naksir si om, trus keponakan si om naksir mamanya Rania 😂 trus tmnnya keponakan si om trnyata dijodohin sama Rania 😁 begitulah ya kira2 penjabarannya
2023-06-19
0
Spyro
pgen ngomong, deketin dulu anaknya. Tapi keinget klo Rania dan Senja gk begitu akrab
2023-06-19
0