Rania adalah pewaris tunggal Grup Buana. Grup Buana menguasai banyak sektor bisnis dan dipimpin oleh CEO wanita yang adalah mamanya Rania.
Mamanya Rania mendapatkan Rania dari hasil perkosaan. Untuk itulah ia tidak peduli sama Rania sejak lahir. Meskipun dia tidak menggugurkan janinnya dan mau melahirkan bayi itu, tapi mamanya Rania tidak mau merawat dan mengasuh Rania sejak Rania lahir. Mamanya Rania bahkan selalu mengurung Rania di dalam istananya dan mendatangkan guru untuk mengajari Rania berbagai macam norma kesopanan dan ilmu yang ada di dunia ini.
Rania yang lahir tanpa ayah dan terbiasa hidup sendiri di rumah mewah bak istana karena mamanya sangat sibuk dan tidak pernah peduli padanya, tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik tetapi pendiam.
Mamanya Rania yang bernama Senja Buana hanya bisa ditemui oleh Rania tiga bulan sekali, itu pun hanya selama satu Minggu. Kepulangannya selama seminggu itu pun tidak digunakan oleh mamanya Rania untuk mengobrol dengan Rania. Jadi, mau mamanya pulang atau tidak, sama sekali tidak ada bedanya bagi Rania.
Penyakit Rania ditemukan tepat di umur Rania yang kedelapan belas. Leukimia itu masih bisa disembuhkan dengan menjalani pemeriksaan intensif dan Rania harus dirawat inap di rumah sakit selama satu bulan penuh. Namun, Rania masih enggan menjalaninya. Dia masih ingin bebas melakukan hobinya melukis di dalam kamarmya yang luas.
Meskipun mamanya Rania menolak Rania dan selalu mengabaikan Rania, naluri seorang Ibu tetap lah ada. Akhirnya mamanya Rania memutuskan untuk bekerja dari dalam negeri detik itu juga dan meskipun dia akan pulang larut malam, paling nggak dia bisa melihat dan memantau kondisinya Rania setiap hari di malam dan pagi hari.
Bibi Gum bangkit berdiri saat wanita berumur empat puluh lima tahun itu melihat Rania keluar dari dalam ruang one day care.
"Kita pulang sekarang, Non?"
"Sebentar, Bi. Bibi duduk aja lagi! Aku masih ada urusan ke ruang informasi. Bentar aja" Sahut Rania.
"Baik, Non" Bibi Gum kembali duduk.
Rania ingin berlari dan segera sampai ke bagian informasi rumah sakit swasta yang sangat besar itu, tapi apa daya fisiknya lemah saat ini. Akhirnya Rania hanya bisa melangkah lebar semaksimal yang ia mampu.
Setelah berjalan selama sepuluh menit, Rania akhirnya sampai di depan meja melingkar yang di atasnya ada tulisan tebal dan besar, Bagian Informasi.
Rania meletakkan kedua lengannya di atas meja dan bertanya ke petugas yang berjaga di balik meja informasi itu, "Saya adalah pasiennya Dokter Dario. Dokter dengan bola mata biru dan......"
"Iya, saya tahu Dokter Dario. Lalu, apa yang bisa saya bantu?" Sahut petugas di bagian informasi yang terlihat tidak ramah itu.
Rania menatap wanita bertubuh subur dan berwajah jutek itu dengan menghela napas kesal, kemudian ia kembali bertanya, "Apakah saya boleh meminta alamatnya Dokter Dario?"
"Dokter Dario berpesan ke semua karyawan yang ada di bagian informasi untuk tidak memberikan alamat beliau ke pasiennya atau ke siapa saja yang menginginkan alamat beliau"
Rania kembali menghela napas kesal dan mencoba usahanya yang terakhir, "Kalau nomer teleponnya? Atau nomer ponselnya?"
Petugas di balik meja informasi itu langsung bangkit berdiri dan berkata, "Dengar Nona kecil, kalau kamu ingin bertanya-tanya soal penyakit kamu ke Dokter Dario, maka bertanyalah pas kamu diperiksa sama beliau, titik nggak pakai koma. Beliau tidak mengijinkan siapa pun membagikan nomer ponselnya juga alamatnya, titik nggak pakai koma lagi"
Rania merapatkan bibirnya untuk menahan umpatan dan langsung pergi dari meja bagian informasi dengan langkah lebar dan wajah cemberut.
Namun, pas ia berdiri di depan bibi Gum, Rania langsung mengulas senyum di wajah cantiknya.
"Sudah selesai, Non? Kita pulang sekarang?" Tanya Bibi Gum sambil bangkit berdiri dengan senyuman.
"Sudah, BI. Ayo kita pulang" Sahut Rania.
Saat Rania hendak melangkah, Rania tiba-tiba merasa mual dan ia segera berlari masuk ke dalam ruangan one day care lalu segera melesat masuk ke toilet. Dia masuk ke bilik yang kosong dan muntah-muntah di dalam bilik itu. Dia kemudian menutup kloset memencet tombol di kloset untuk mengguyur muntahannya. Lalu, gadis cantik berambut hitam panjang sebahu yang sangat indah, bertubuh ramping dengan tinggi badan seratus enam puluh lima centimeter yang sangat ideal, duduk di atas kloset itu untuk melepaskan lelah sejenak.
Tiba-tiba terdengar pintu toilet dikunci dan terdengar suara pria dan wanita tertawa cekikikan. Kemudian terdengar suara dua orang terngah-engah. Rania menutup mulutnya yang ternganga lebar.
Mereka sedang bercinta di toilet ini? Nekat bener mereka. Batin Rania.
Lalu terdengar pekik keras pria dan wanita. Si wanita lalu berkata dengan napas terengah-engah, "Enak sekali, Dok"
Dokter? Lalu, apakah wanita itu juga seorang dokter? Rania membuka pelan pintu bikin toilet untuk mengobati rasa penasarannya. Dia melihat seorang pria tampan memakai jubah dokter dan seorang wanita memakai seragam perawat.
Rania menutup kembali bilik toilet saat wanita itu berkata, "Sampai ketemu nanti malam, Dok"
Aku yakin banget kalau mereka bukan pasangan suami istri. Tapi, Bodo amat dengan urusan mereka. Ah, Aku bisa memanfaatkan momen ini untuk meminta nomer ponsel dan alamatnya Dokter Dario ke mereka. Rania membatin dengan seringai lebar.
Rania kemudian membuka bilik toilet lebar-lebar dan kedua pasangan yang habis bercinta itu menoleh ke Rania dengan wajah kaget.
Rania langsung berkata dengan wajah acuh tak acuh, "Saya tidak akan melaporkan Anda berdua.Tapi ada syaratnya"
Wanita yang memakai baju perawat langsung berlari keluar dari dalam toilet dengan wajah memerah malu.
"Apa yang kamu mau, anak kecil?" Pria berjubah dokter langsung menyahut.
"Apa Anda tahu nomer ponsel dan alamat dokter Dario? Dokter dengan bola mata biru dan memiliki timbre suara yang dalam" Sahut Rania.
"Kau hanya minta nomer ponsel dan alamatnya Dokter Dario?" Tanya pria berjubah dokter.
"Hmm" Sahut Rania singkat.
"Wah, boleh juga nyali kamu, bocah ingusan. Kau memergoki aku bercinta dengan seorang perawat di toilet ini dan akan tutup mulut kalau aku........"
"Cepat berikan!" Rania membuka telapak tangan kanan di depan pria berjubah dokter itu dengan mata melotot dan nada meninggi
"Sial! Berani benar anak ingusan seperti kamu memelototi aku dan........"
"Nggak mau berikan? Oke, aku akan keluar dan aku akan........."
"Iya! Baiklah!" pria berjubah dokter itu merogoh saku dalam jas kedokterannya untuk mengeluarkan buku memo kecil dan menulis di atas buku memo kecil itu dengan pensil yang selalu ia bawa di saku jasnya.
"Nih!" Dokter itu kemudian meletakkan secarik kertas kecil di atas telapak tangan kanan Rania yang masih terbuka.
Rania menggenggam kertas itu dan langsung berbalik badan meninggalkan pria berjubah dokter itu
"Janji jangan bocorkan ke siapa pun kejadian yang ada di toilet ini" Teriak dokter pria tersebut.
Rania langsung mengangkat tangan kanan ke atas dan melambaikannya tanpa menghentikan langkahnya dan tanpa menoleh ke belakang.
Dokter pria itu meraup wajah tampannya dengan kasar dan bergumam, "Sial Nyali anak ingusan itu besar juga, cih!"
Akhirnya Rania masuk ke dalam mobil dan mendekap tas selempangnya sambil bergumam di dalam hatinya, akhirnya ku menemukanmu, Dokter Dario.
Dua jam kemudian, Rania dibopong oleh Pak Pramono, supir pribadinya Rania ke kamar karena Rania ketiduran. Pak Pramono yang sudah menganggap Rania seperti putrinya sendiri karena ia mengikuti tumbuh kembangnya Rania sejak bayi, membaringkan Rania di atas ranjang dengan perlahan.
Lalu, Pak Pramono menoleh ke Bibi Gum, "Aku kembali ke depan, Bi. Kalau ada apa-apa langsung panggil aku"
"Baik, Pram. Terima kasih" Sahut Bibi Gum.
Bibi Gum kemudian meninggalkan Rania sendirian di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
lanjut, rania😂
2023-07-04
0
Spyro
Aje gilee, nekat bgt km Nia. Baru ktmu hri itu, lgsung dtengin rumahnya 😂😂 sat set sat set yaa kamuuu
2023-06-09
0
Spyro
😂 Maju terus pantang mundur ya say..
2023-06-09
0